Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Derita Kami oleh Banjir di Tahun Baru 2020

24 Januari 2020   19:37 Diperbarui: 24 Januari 2020   20:41 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir adalah hal yang terus berulang di banyak wilayah Indonesia lebih-lebih di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pemandangan yang biasa jika hujan sedikit saja banyak ruas jalan berubah menjadi sungai yang deras. Sedikit hujan saja banyak pemukiman yang terendam hingga puluhan centi meter. 

Penulis masih ingat ketika banjir besar di Jakarta tahun 2017. Penulis memang terbiasa sekitar jam 6.00 pagi sudah turun dari  stasiun KRL Juanda Jakarta Pusat dan ketika itu hujan mulai lebat disini. Penulis yang biasanya jalan kaki ke kompleks perkantoran Kementerian Keuangan di sekitar Lapangan Banteng  saat itu memutuskan naik taksi karena Bajay dilarang masuk dan tidak lupa beli nasi bungkus dulu. 

Sekitar jam 6.00 pagi kantor memang masih sepih dan sangat sepih sekali pagi itu. Penulis selonjor sesudah sarapan dan tertidur dan biasanya terbangun ketika mendengar suara-suara pegawai yang datang sekitar jam 7.30.

Pagi itu baru terbangun sekitar jam 8.00 dan sangat terkejut ketika kantor masih sangat sepi dan areal parkir digenang air sekitar 30 cm. Lebih terkejut lagi ketika membuka WA dan siaran Tv ternyata Jakarta dikepung banjir dan sebagian besar pegawai tidak bisa ngantor hari itu.

Penulis juga beberapa kali pernah berkenderaan melalui arus air seperti sungai yang deras sekali di jalan perumahan kami. Juga sering nyupir di jalanan yang berubah menjadi sungai ketika hujan sedikit lebat. Ini terutama disebabkan oleh banyak sekali atau hampir semua ruas-ruas jalan di wilayah Jakarta dan sekitarnya tidak memiliki got atau gorong-gorong sehingga air hujan semuanya tumpah ke jalan.

Namun, penderitaan banjir yang terbesar penulis alami pada tanggal 1 Januari 2020. Malam tahun baru itu kami ngumpul di rumah saudara di perumahan Cipinang Indah Jakarta Timur. Malam pergantian tahun kami masih sempat menyaksikan kembang api dari lantai empat rumah saudara kami itu.

Hujan masih turun cukup deras ketika itu dan segera kami semua tidur. Penulis mendengar dan merasakan hujan yang sangat lebat ketika terbangun jam 2.00 dan listrik sudah mati ketika itu.

Penulis sangat terkejut ketika terbangun sekitar jam 6.00 pagi. Jalan raya di depan rumah sudah berubah menjadi sungai yang deras. Ketika turun ke dapur di lantai dasar melihat air sudah sedengkul para ART dan menurut mereka air sudah merendam semua mobil di basement.

Air kemudian terus naik dengan cepatnya. Air sudah naik hingga separuh ban mobil kami yang kebetulan parkir di teras dapur yang lebih tinggi. Kami memutuskan untuk segera mencabut kabel aki di seluruh mobil untuk menghentikan suara alarm mobil. 

Siksaan mulai terasa. Sarapan pagi seadanya, air minum sudah menyusut, batere HP sudah mulai menipis dan tidak bisa dicas karena listrik mati. Komunikasi ke luar juga terhenti.

Hujan masih terus turun dan air masih terus naik dan sekitar jam 10.00 pagi rakit-rakit dari Polair dan Basarnas mulai berdatangan untuk evakuasi warga yang rumahnya sudah terendam hingga ke bubungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun