Eric Thohir merupakan Menteri BUMN Kabinet Jokowi Jilid 2 (KIM) yang banyak menarik perhatian media. Misalnya, CNBC Indonesia, 3 Desember, kemarin, merilis berita yang cukup menggigit dengan judul Catat! Belum Sebulan, Ini 8 Gebrakan Erick Thohir Poles BUMN. Sub judul berita ini juga nendang yaitu Dari Urus Air Minum hingga Batalnya Super Holding.Â
Coba itu kita lihat satu persatu. Apa betul memang menggigit dan nendang? Kita mulai dulu dari Task Force Kereta Cepat
1. Task Force Kereta Cepat Jakarta- Bandung
Diberitakan disini bahwa untuk menjamin tidak adanya keterlambatan, atau, mungkin keterlambatan yang lebih parah, Erick Thohir membentuk Task Force atau Tim Alternatif. Ketua Tim alternatif ini adalah Dirut KCIC itu sendiri.
Apa yang salah dengan Tim Interdep yang ada sejauh ini. Apa Tim Interdep, yang beranggotakan, unsur-unsur Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Keuangan, dan PT KAI Indonesia dengan sendirinya dibubarkan?
Kelihatannya yang diganti hanya ketuanya saja, yang sebelumnya mungkin orang dari Kementerian perhubungan.
Namun, bukankah itu Kebijakan Jokowi sendiri untuk menunda pembangunan KCIC karena kesulitan uang?
2. Perampingan Kementerian BUMN
Erick memang tergolong revolusioner disini. Jika Manpan RB, Tjahjo Kumolo masih sibuk berwacana untuk memangkas jabatan Eselon 3 dan Eselon 4, maka Erick Thohir langsung cuuuss.
Tujuh deputi langsung dirampingkan menjadi tiga deputi. Otomatis, hampir semua jabatan Eselon 3 dan eselon 4 di masing-masing deputi yang dihapus  tersebut yang berjumlah sekitar 200 kursi untuk setiap deputi juga akan dibabat habis.
Namun, ini dapat tidak berarti banyak bagi negara. Tidak akan berarti benyak jika pemangkasan tersebut tidak diiringi dengan pemangkasan jumlah uang yang dihabiskan oleh Bang Erick di sini.
Juga, tidak akan berarti banyak jika reformasi ini tidak dikaitkan dengan fungsi pengawasan terhadap pengawas BUMN yaitu para Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN.
3. Deputi Jadi Komisaris & Direksi BUMN
Kita tahu bahwa ada lima deputi (setingkat Direktur Jenderal) Kementerian BUMN yang dicopot dan diberikan tugas baru di BUMN. Ini baru dapat berarti banyak jika BUMN tersebut bukan dumping grounds saja. Perlu kita kaji lebih jauh iya tidak nya.
4. Ahok Jadi Komisaris Utama PT Pertamina
Apresiasi untuk keberanian Erick mengangkat Ahok untuk jabatan super mewah ini. Namun, apakah PT Pertamina akan menjadi lebih efisien dengan keberadaan Ahok sebagai Komutnya itu?
Penulis meragukan ini. Kenapa? Ingat Tanri Abeng sebagai Komut PT Pertamina sebelumnya: 2014 - 2019. Kurang hebat apanya Tanri Abeng dibandingkan dengan Ahok untuk bidang bisnis manajerial ini?
Hasilnya? Penulis masih mencari bukti
5. Anak Cucu dan Cicit BUMN
Buku Mengurai Benang-benang Kusut BUMN, Yogyakarta: Deepublish, 2017, menulis ada sekitar 1.000 anak cucu dan cicit BUMN. Erick akan mengevaluasi keberadaan anak cucu dan cicit BUMN itu.
Sayangnya, Erick mulai dengan BUMN recehan dulu. Mulai dari perusahaan air minum. Bukan dari PT Pertamina, atau, PT PLN, atau, PT Angkasa Pura, dan seterusnya, dan seterusnya. Masing-masing dari BUMN ini memiliki anak cucu dan cicit mencapai triple digit dengan aset jelas bukan recehan tetapi triliunan.
Akankah Erick sampai yang ke triliunan ini? Penulis meragukannya sebab, misalnya, di awal rezim Rini Soemarno, isu anak cucu dan cicit BUMN ini juga diangkat dan kemudian lenyap begitu saja.
6. Holding BUMN Karya dan Super Holding BUMN.
Isu Holding BUMN Karya dan Super Holding BUMN hangat di era Rini Soemarno. Isu ini kemudian melempem di penghujung masa jabatan Bu Rini.
Erick kelihatannya tidak berminat dengan inisiatif untuk mendirikan Holding BUMN Karya dan Super Holding BUMN.
Memang mendirikan Super Holding yang otomatis menghilangkan Kementerian BUMN itu super sulit dan saya sepakat dengan Erick untuk hal ini.
Saya sepakat juga dengan keputusan Erick untuk membatalkan inisiatif pembentukan holding BUMN Karya. Penulis, lebih jauh lagi, seperti diuraikan dalam buku diatas, memperlihatkan bahwa holding BUMN adalah pemborosan sumber-sumber langka negara yang tidak perlu dilakukan sebetulnya.Â
7. Permen BUMN untuk Pengendalian Pendirian Anak Cucu dan Cicit BUMN
Gagasan Erick untuk menerbitkan Permen dalam rangka pengendalian pendirian anak cucu dan cicit BUMN memang perlu diapresiasi. Selain itu, Permen ini akan menjadi lebih penting juga jika dapat dijadikan rujukan dalam rangka evaluasi dan penciutan anak cucu dan cicit BUMN yang suda ada sejauh ini.
8. BUMN Go Core Bisnis
Inisiatif Erick  untuk mengembalikan BUMN pada bisnis intinya (core bisnis) memang patut diacungkan dua jempol. Ini sebetulnya paralel dengan inisiatif penerbitan Permen Anak Cucu dan Cicit BUMN seperti tersebut diatas.
Adalah suatu keajaiban jika adik kandung Garibaldi Thohir, orang terkaya nomor 16 di Indonesia, berhasil mengurai benang-benang kusut BUMN yang sudah demikian kronis dan menelan ribuan triliun uang negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H