Namun, jika Ahok ditugaskan sebagai direktur utama, iya Ahok akan mengobrak-abrik BUMN itu. Ahok akan berhasil menanamkan semangat pembaharuan dan menggenjot BUMN untuk menjadi lebih efisien sebagai agent of development dengan ini mencakup kontribusi yang lebih besar termasuk kontribusi positive net payment ke negara yang lebih besar, jika sebelum-nya memang itu sudah positive.
Walaupun demikian, itu kan hanya satu BUMN. Satu BUMN moncer tentu saja tidak secara otomatis membuat 143 BUMN plus anak cucu yang berjumlah sekitar 1.000 BUMN menjadi lebih baik dan lebih efisien. Bagaimana kinerja BUMN plus anak cucunya tersebut dalam masa Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin ini tergantung pada keberhasilan Erick, yang putra ketiga Ibunda Edna putri Solo berdarah Tionghoa, mendapatkan A Man like Koh Ahok.
Dalam perspektif yang sedikit berbeda, itu juga tergantung pada Bang Erick, sosok yang juga pernah sebagai pemilik klub bola basket NBA Philadelphia 76ers ini, memberikan tugas yang unik pada TOP CEO BUMN-BUMN yang lain tersebut. Misalnya saja, coba kita lihat untuk BUMN yang berada di sektor kompetitif seperti perbankan dan asuransi.Â
Bang Erick ini, sosok founding father dari Mahaka Grup dan pendiri Jak Tv, penulis yakin sudah mengetahui bahwa keberhasilan empat bank BUMN (Mandiri, BRI, BNI dan BTN) tidak terlepas dari adanya kebijakan dan/atau arahan, tersurat atau tersirat, penggunaan minimal satu bank BUMN dalam semua transaksi finansiel APBN. Nilai transaksi keuangan tersebut tentu saja sangat besar yang setara dengan nilai APBN, yang untuk tahun 2020 adalah sebesar Rp 2.540,4 triliun!
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika sosok putra Mochamad Teddy Thohir, kelahiran Gunung Sugih Lampung Tengah, ini menginginkan kinerja keuangan masing-masing dan/atau kesemua tiga bank BUMN tersebut melebihi kinerja keuangan bank-bank swasta yang lain termasuk melebihi kinerja bank Bank BCA, Bank Panin, dan Bank CIMB Niaga. Ceruk pasar bawaan saja dari bank-bank BUMN termaksud yaitu transaksi-transaksi APBN sudah demikian besarnya.
Diatas kesemua itu, penulis akan lebih terkesan dengan sosok alumnus MBA CSU 1993, USA ini, jika juga sempat merambah isu BUMN sebagai agent of Development. Agent of development dalam perspektif net payment BUMN ke kas negara. Net payment itu adalah penjumlahan positive dari arus uang yang masuk ke kas negara dalam bentuk dividen BUMN untuk negara dengan penjumlahan negatip dari arus uang yang digelontorkan dari kas negara ke BUMN. Uang yang digelontorkan dari kas negara tersebut terdiri dari dua komponen utama yaitu Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pembelian barang modal untuk BUMN yang disalurkan melalui kementerian dan lembaga negara.
Hasil studi Almizan Ulfa menemukan bahwa terjadi negative net payment yang kronis. Hasil studi tersebut yang antara lain ditulis dalam buku "Mengurai Benang-benang Kusut BUMN," diterbitkan oleh Deepublish Yogayakarta tahun 2017 menyatakan bahwa dalam periode 2011 -2016 terjadi negatip net payment sebesar Rp115 triliun.Â
Artinya, arus uang dari kas negara ke BUMN secara keseluruhan berjumlah Rp115 triliun lebih besar dibandingkan dengan arus uang yang masuk dari BUMN, dalam bentuk dividen BUMN untuk negara, ke kas negara dalam periode waktu termaksud. Hasil studi tersebut menemukan juga bahwa terlihat tendensi yang sangat kuat bahwa posisi negative net payment itu akan membengkak pada akhir Kabinet Jokowi - Jusuf Kalla.Â
Harapan kita semua tentu saja, Bang Erick, sosok raja berbagai media nasional ini dan juga adik kandung orang terkaya di Indonesia, Garibaldi Thohir, bukan saja dapat menciptakan Koh Ahok sebagai A New Esemka  Indonesia tetapi juga goes beyond Esemka. Duet Erick dan Ahok kita harapkan dapat secara nyata mentransformasikan BUMN menjadi kontributor kas negara dan bukan sebaliknya, seperti sejauh ini, menjadi predator uang negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H