Areal pusat elektronik lantai tiga Dusit ini biasa padat sekali. Pengunjung bukan saja orang Jabodetabek tetapi juga dari banyak wilayah Indonesia yang lain serta dari luar negeri termasuk wisatawan Cina.
Pada hari-hari libur, Sabtu dan Minggu biasanya kawasan pertokaan Mangga Dua ini sangat ramai. Tetapi itu tidak terlihat pada hari Sabtu kemarin. Yang lebih mencengangkan lagi adalah lantai dasar Mall Mangga Dua ini yang biasanya dipenuhi oleh berbagai counter pameran dan promosi produk baru tetapi di hari itu diisi oleh deretan panjang dua baris berhadap-hadapan pondok-pondok kuliner sedrhana yang sepih dan hanya terisi satu dua pondok saja.
Mungkin hal yang kurang lebih serupa juga dirasakan oleh Kompasianer yang lain. Misalnya, sepih nya toko-toko bahan bangunan, warung dan restoran, serta mall-mal disekitar Anda.
Kompasianer mungkin juga sudah mendengar kabar Bangkrutnya (terancam bangkrut) beberapa maskapai penerbangan nasional seperti Sriwijaya dan Lion Air. Mungkin juga Kompasianer sudah melihat kinerja yang kurang menggembirakan dari beberapa BUMN papan atas.Â
Mungkin juga rekan Kompasianer sempat melirik pertumbuhan makro ekonomi kita di Era Jokowi ini. PDB kita relatif tidak bergerak setelah anjlok di tahun 2014. Angkanya meleset jauh dari target tujuh persen yang dicanangkan Jokowi di tahun 2014. Tahun 2019 ini akan turun lagi yang bisa jatuh mendekati angka tahun 2014 yaitu agak jauh dibawah lima persen.
Dengan demikian, penulis sepakat sekali dengan Ketua Tim Ahli Wapres kita itu. Ekonomi kita sedang susah loh.
Kita memang seharusnya lebih cemas lagi. Kondisi ekonomi kita sekarang ini memberikan sinyal awal dari resesi ekonomi. Ini akan menjadi nyata jika Kabinet Jokowi - Ma'rufAmin tidak membuat kebijakan yang tepat pada beberapa kementerian-kementerian seperti tersebut diatas.
Belum jelas kebijakan apa saja yang akan diterbitkan oleh kementerian negara yang baru tersebut. Belum ada klu atau indikasi bahwa kementerian-kementerian baru tersebut akan menerbitkan beberapa kebijakan penting yang relatif searah dengan lonceng alarm yang dibunyikan oleh Bank Dunia baru-baru ini. Isi dari lonceng alarm Bank Dunia tersebut adalah:
Menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia dan resesi ekonomi tinggal selangkah lagi
Meningkat nya perang Dagang Cina - US dan risiko-risiko geopolitik yang lain.
Terus menurun nya perekonomian Indonesia dan akan tambah melorot seiring dengan penurunan ekonomi global.. dan akan menjadi bencana jika terjadi resesi ekonomi duniaÂ
Bertambah tingginya pelarian modal ke luar negeri sehingga rupiah akan terpuruk dan suku bunga membumbung tinggi
Indonesia gagal mendatangkan investasi asing langsung karena:Â
Mahalnya biaya impor bahan baku dan penolong yang digunakan untuk memproduksi barang-barang ekspor, diperparah oleh panjang waktu pengurusan barang-barang impor dan ekspor serta perlakuan-perlakuan diskresi atas hambatan bukan tarif.
Lonceng alarm ini sudah disampaikan ke pemerintah di awal bulan September ini. Lonceng alarm ini juga sudah diakses oleh banyak media nasional kita. Para akademisi kita juga umumnya sudah mendengar lonceng alarm tersebut. Last but not least, terlihat beberapa Kompasianer juga sudah mendengar gema lonceng alarm Bank Dunia tersebut.
Semuanya tidak ada yang menyanggah lonceng alarm tersebut. Sebagian sudah memberikan respons untuk mitigasi pesan alarm termaksud.Â