"Sementara di sisi lain ada pekerjaan yang lebih mendesak, seperti penganggruran, lapangan kerja, BPJS, BUMN strategis. Jangan sampai pemindahan ibu kota ini mengeyampingkan hal yang seharusnya menjadi utama."
(Himam MIladi, Kompasiana, klik disini)
Pandangan Prof Emeritus Emil Salim, yang tayang di Tempo.co, klik disini:Â
Ia (Emil Salim) menilai, lebih baik melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dibandingkan dengan pemindahan ibu kota. "Jadi kita harus mendahulukan  SDM di atas segala-galanya,"
Selanjutnya, Fahri Hamzah di DetikNews, menyatakan:
"Jakarta itu dibuat Bung Karno (Presiden RI pertama Sukarno) dan didesain sebagai ibu kota. Jadi sebetulnya sulit meninggalkan Jakarta sebagai ibu kota. Terlalu bersejarah legacy dari Bung Karno dan banyak sekali hal-hal yang tidak bisa ditinggalkan dari kota ini."
Ditambahkan juga oleh Fahri bahwa ibukota Indonesia Jakarta terkait dengan legacy Jakarta kota Maritim, front water city, jadi salah sekali jika dipindahkan jauh ke tengah pulau yang berarti jauh dari laut. Mmm,, Washington D.C., Canberra, Putrajaya Malaysia, dan Tokyo, jauh dari laut Bung Fahri.Â
Fadli Zon bersuara senada dengan Sherly. Suara Fadli Zon ini tayang pada CNBC.com, 16 Agustus 2019, seperti:
"Sementara itu Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menolak rencana Presiden Joko Widodo untuk memindahkan ibukota ke wilayah Kalimantan. Fadli menyebut rencana tersebut dinilai tidak sejalan dengan kondisi perekonomian RI saat ini."
Dengan demikian, dapatlah kita simpulkan bahwa Anies untuk kasus pemindahan ibukota ini bersebrangan dengan banyak pendukung dan simpatisan Probow0 serta beberapa pihak/pakar yang netral.
Penulis cenderung berpendapat bahwa inisiatif pemindahan ibukota adalah sejalan dan bukan sebaliknya berlawanan dengan kebijakan pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, perbaikan pelayanan kesehatan, reformasi BUMN, dan lain sebagainya tersebut.Â