Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pola Nyeleneh Next Election Paloh dan Trump

25 Juli 2019   15:02 Diperbarui: 27 Juli 2019   13:39 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Berita Surya Paloh mendukung Anies Baswedan menjadi trending topik minggu ini. Politisi PDIP Eva Sundari angkat bicara dengan tone negatif. Sekjen Nasdem angkat bicara dengan narasi defensif dan retorika. Sebagian Kompasianer tayang artikel dengan tone pro Paloh dan sebagian lagi kontra Paloh.

Penulis sendiri juga turut kaget dengan langkah berani Bearded Man kali ini. Dulu, penulis apresiasi langkah banting stir di tahun 2014. Perolehan kursi Nasdem kecil, Paloh langsung banting stir membatalkan niat awal untuk berlaga di Pilpres 2014. Banting stir yang serupa juga dilakukan oleh Ical walaupun ia bergabung dengan Prabowo sedangkan Paloh ke Jokowi. 

Sudah barang tentu Paloh akan mendapatkan big political gains jika Anies terpilih kembali sebagai Gubernur DKI Jakarta di tahun 2022. Big political gains yang even bigger tentu saja akan diperoleh oleh Paloh jika ternyata nantinya Anies berkibar di Pilpres 2024.

lihat juga: Hikmah Polemik Trip Luar Negeri Anies Baswedan

Walaupun demikian, Paloh tentu saja menyadari bahwa Nasdem belum cukup kuat untuk mengusung Capres/Cawapres sendiri. Untuk itu Nasdem perlu berkoalisi dengan satu atau beberapa Parpol lain. Ini sudah terlihat pada langkah awal pertemuan dengan Golkar, PKB, dan PPP beberapa waktu sebelumnya. Koalisi empat Parpol ini lebih dari cukup untuk mengusung Capres/Cawapres 2024.

Paloh yang cerdik dan strategic ini tentu paham bahwa perlu membangun kebersamaan antara ketiga Parpol tersebut. Perlu dibangun dari sekarang. Waktu lima tahun itu tidak lama lagi.

Semangat waktu lima atau empat tahun akan segera datang sudah lebih dulu dikumandang oleh Presiden AS sekarang, Donald Trump. Trump sudah bekoar untuk 2020 sejak dilantik 2017 yang lalu. Frasa kampanye sepanjang masa Trump, klik disini,  adalah:

Donald Trump created a permanent presidential campaign “[P]lease accept this letter as my Form 2 for the 2020 election,” Trump wrote the Federal Election Commission on Jan. 20, 2017. What’s a “Form 2”? Bureaucratic parlance for a politician declaring one’s candidacy. And doing so allowed Trump to legally raise campaign money for an election nearly four years away.

Kesan yang dapat kita petik dari sini adalah Trump sudah siap-siap empat tahun sebelumnya untuk maju kembali dalam ajang Pilpres 2020. Dia disindir oleh banyak warga US sebagai lebih mementingkan untuk mengurus dirinya sendiri agar terpilih kembali ketimbang untuk mengurus negaranya.

Paloh yang juga merupakan politisi senior antar generasi terkesan banyak kemiripannya dengan Trump. Pengusaha media dan sumber daya alam papan atas Indonesia ini dipersepsikan lebih mementingkan untuk lebih berkuasa dalam ajang Pilpres 2024 ketimbang  untuk membangun budaya demokrasi yang lebih baik. 

Budaya demokrasi yang lebih tersebut mencakup modernisasi proses pemilihan Capres/Cawapres dalam kerangka memberikan kesempatan kepada putra/i terbaik bangsa ini untuk mendaftar sebagai Capres/Cawapres 2024. 

lihat juga: A Few Good Men

Mereka itu siapa saja (S&K). Tentu saja bisa dari kader Nasdem sendiri atau kader Parpol lain, atau, juga bisa dari praktisi dan profesional yang tidak memiliki link resmi dengan Parpol manapun. Lebih jauh lagi, mahasiswa, buruh dan kaum milineal juga perlu diberikan eligibility untuk bertarung di ajang yang mulia ini.

Modernisasi termaksud juga terkait dengan proses penetapan Capres/Cawapres. Proses ini perlu menjamin tidak adanya peluang untuk money politics dan/atau praktik dagang sapi. Perlu dibuat aturan keras diskualifikasi dan pidana, jika diperlukan, bagi bakal calon RIOne dan Two yang terbukti melakukan kegiatan money politics dan/atau praktik dagang sapi.

Untuk itu, perlu dirancang suatu skim yang mencakup prinsip a big number. Maksudnya, calon RIOne/Two ditetapkan atas dasar pilihan oleh mayoritas orang-orang dalam jumlah yang besar. Mereka itu dapat saja adalah seluruh anggota Partai Nasdem dan seluruh anggota partai koalisi. Tidak cukup jika hanya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan/atau Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Sangat sangat tidak mencukupi jika hanya ditunjuk oleh Ketum Partai.

Skim alternatif adalah melakukan publik polling. Siapa saja (S&K) boleh vote. Perolehan suara terbanyak, misalnya, akan melaju menjadi Capres/Cawapres Nasdem dan partai koalisinya. 

lihat juga: Konvensi Partai Menuju Pilpres 2024, Jelas Sexy

Gagasan besar modernisasi proses Pilpres Indonesia itu akan mengarah terbentuknya zaken kabinet. Kasak kusuk jumlah kursi kabinet sudah sangat kecil , jika masih ada. Kasak kusuk Dewan Direksi dan Dewan Komisasris BUMN yang juga dipersepsikan masif saat ini juga akan sangat terkendali.

lihat juga: Melirik Potret Kronis Korupsi dan Utang BUMN

Jelas ini akan sangat merongrong political powers Parpol yang ada termasuk political powers Partai Nasdem. Mereka tentunya tidak tertarik dengan wacana modernisasi demokrasi seperti ini. Mereka akan dengan sangat keras menolak gagasan modernisasi tersebut. 

Penulis beberapa kali pernah menyaksikan suara-suara penolakan tersebut di beberapa acara talk show stasiun TV. Mereka dengan keras, sedikit begajul rasanya, langsung memotong pembicaraan wakil dari masyarakat madani yang mengusulkan gagasan modernisasi termaksud.

Walaupun demikian, aspirasi proses pencalonan RIOne dan Two yang lebih transparans dan akuntabel tidak akan pernah mati.  Kelompok-kelompok masyarakat madani akan terus bergerak ke arah itu. Narasi-narasi ini juga akan populer di suarakan oleh Parpol baru dalam perjalanan menuju Pileg 2024.

lihat juga: Calon Legislator dan Partai Baru 2024

Keraskan suara mu untuk demokrasi Indonesia yang labih bermartabat.

Lihat juga: Cara Jitu Membongkar Kartel Politik

https://www.kompasiana.com/almizan59323/5d3aabc4097f3633ee381dc3/pengusaha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun