Budaya demokrasi yang lebih tersebut mencakup modernisasi proses pemilihan Capres/Cawapres dalam kerangka memberikan kesempatan kepada putra/i terbaik bangsa ini untuk mendaftar sebagai Capres/Cawapres 2024.Â
lihat juga:Â A Few Good Men
Mereka itu siapa saja (S&K). Tentu saja bisa dari kader Nasdem sendiri atau kader Parpol lain, atau, juga bisa dari praktisi dan profesional yang tidak memiliki link resmi dengan Parpol manapun. Lebih jauh lagi, mahasiswa, buruh dan kaum milineal juga perlu diberikan eligibility untuk bertarung di ajang yang mulia ini.
Modernisasi termaksud juga terkait dengan proses penetapan Capres/Cawapres. Proses ini perlu menjamin tidak adanya peluang untuk money politics dan/atau praktik dagang sapi. Perlu dibuat aturan keras diskualifikasi dan pidana, jika diperlukan, bagi bakal calon RIOne dan Two yang terbukti melakukan kegiatan money politics dan/atau praktik dagang sapi.
Untuk itu, perlu dirancang suatu skim yang mencakup prinsip a big number. Maksudnya, calon RIOne/Two ditetapkan atas dasar pilihan oleh mayoritas orang-orang dalam jumlah yang besar. Mereka itu dapat saja adalah seluruh anggota Partai Nasdem dan seluruh anggota partai koalisi. Tidak cukup jika hanya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan/atau Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Sangat sangat tidak mencukupi jika hanya ditunjuk oleh Ketum Partai.
Skim alternatif adalah melakukan publik polling. Siapa saja (S&K) boleh vote. Perolehan suara terbanyak, misalnya, akan melaju menjadi Capres/Cawapres Nasdem dan partai koalisinya.Â
lihat juga:Â Konvensi Partai Menuju Pilpres 2024, Jelas Sexy
Gagasan besar modernisasi proses Pilpres Indonesia itu akan mengarah terbentuknya zaken kabinet. Kasak kusuk jumlah kursi kabinet sudah sangat kecil , jika masih ada. Kasak kusuk Dewan Direksi dan Dewan Komisasris BUMN yang juga dipersepsikan masif saat ini juga akan sangat terkendali.
lihat juga:Â Melirik Potret Kronis Korupsi dan Utang BUMN
Jelas ini akan sangat merongrong political powers Parpol yang ada termasuk political powers Partai Nasdem. Mereka tentunya tidak tertarik dengan wacana modernisasi demokrasi seperti ini. Mereka akan dengan sangat keras menolak gagasan modernisasi tersebut.Â
Penulis beberapa kali pernah menyaksikan suara-suara penolakan tersebut di beberapa acara talk show stasiun TV. Mereka dengan keras, sedikit begajul rasanya, langsung memotong pembicaraan wakil dari masyarakat madani yang mengusulkan gagasan modernisasi termaksud.