Hasil simulasi memperlihatkan PDIP mendapat jatah 5 kursi, Golkar 3 kursi, Nasdem, PKB, Demokrat, dan PAN masing-masing dua kursi dan terakhir PPP mendapatkan jatah satu kursi. Hanura, PBB, PSI, dan Perindo tidak dapat kursi menteri kabinet termaksud.Â
Skenario proporsional absolut ini sulit untuk dapat diterima. Yang paling dikritisi tentunya Demokrat dan PAN yang baru saja meneyebrang dari kubu PrabowoSandi tetapi diberikan kursi yang sama dengan Nasdem dan PKB. Lebih-lebih PKB yang menginginkan 10 kursi tentunya akan menolak dengan keras postur kabinet seperti ini lebih-lebih jatah kursi sekarang turun dari yang didapat di tahun 2014; kursi 2014 ada 3 sekarang turun menjadi 2.
Penolakan juga tentunya akan datang dari PDIP walaupun sudah bertambah jatah satu kursi. Lebih-lebih bergaining power PDIP sangat kuat karena antara lain sekarang memenuhi Presidential Threshold untuk dimungkinkan tidak berkoalisi dengan Parpol yang lain dalam pengajuan Capres pada Pilpres 2024.
Golkar dan Nasdem tentu saja akan menolak juga komposisi kabinet seperti ini karena jumlah menteri kabinet mereka yang sekarang sama saja dengan yang diperoleh di tahun 2014. Sekarang mereka berjuang lebih keras untuk memenangkan Jokowi - Ma'ruf Amin plus perolehan kursi DPR masing-masing juga bertambah secara significant. Untuk itu coba kita lihat matriks skenario Proporsional Penyesuaian, seperti tersaji dibawah ini.Â
Menurut Skenario Proporsional Penyesuaian ini, masing-masing Parpol mendapat tambahan jatah satu kursi menteri kabinet, kecuali PAN dan Demokrat yang tetap satu kursi. Selain itu, Hanura besutan Wiranto juga diberikan jatah satu kursi. Apakah semua Parpol happy?
Rasanya belum. Misal, Golkar yang merupakan motor kampanye Pilpres JokowiMa'ruf keras sekali menginginkan lima atau enam kursi. Kompromi, Golkar ditambah satu kursi lagi, begitu juga Nasdem, dan PKB. Dengan demikian, jumlah Menteri Kabinet JokowiMa'ruf yang berasal dari Parpol adalah 24 orang.Â
Porsi Parpol pada kabinet ini melejit ke angka 71 persen. Tidak mungkin dapat diterima dan meme obesitas akan menjadi viral.
Cara yang paling sip untuk mengurangi porsi tersebut adalah menambah jumlah menteri kabinet dari 34 menjadi 38, misalnya. Skenario postur kabinet ini dengan demikian menjadi 24, 14, dan 38. Â Dari 38 kursi yang tersedia, 14 jatah profesional dan 24 jatah Parpol. Rasio orang partai di kabinet dengan demikian dapat diturunkan dari 71 persen ke hanya 63 persen. Kelihatannya masih melewati angka psikologis 50 persen. Perlu dikurangi lima orang lagi unsur partai.
Gambar dibawah ini memperlihatkan jumlah menteri kabinet Era Reformasi. Yang terendah pada Kabinet SBY JK dan yang tertinggi di Kabinet SBY Boediono, sama-sama 38 orang menteri kabinet. Potensi 38 menteri pada Kabinet Jokowi - Ma'ruf Amin cukup beralasan berdasarkan analisis diatas.