Untuk itu, penulis buku ini menyarankan perlu berhati-hati ketika pendapatan sedang naik dan mencapai puncak nya. Pada posisi naik dan puncak ini, hindari  berbelanja secara berlebihan seperti membeli rumah besar dan mewah, mobil mewah, dan lain sebagainya. Aset-aset tersebut akan menjadi beban berat ketika arus uang masuk sudah menurun.
Jika hal tersebut terjadi pada Anda, maka pasti Anda akan menjadi Poor Dad. Anda akan jatuh miskin ketika pendapatan tersebut menyusut tajam pada hari tua Anda. Anda akan mengalami nasib tragis menjadi Poor Dad.Â
Sebaliknya, lanjut penulis buku ini, yang telah berada di daftar New York Times best sellers selama lebih dari enam tahun dan menerima banyak ulasan positif dari beberapa kritikus, menganjurkan untuk menyisihkan sebagian uangmu pada aset yang terus menghasilkan, atau, pada earning bearing assets. Aset-aset ini akan sangat membantu ketika pendapatan menurun atau ketika memasuki usia pensiun.
Pesan Robert kiyosaki ini penulis pegang teguh. Ketika take home income penulis sebagai pegawai Kementerian Keuangan RI mulai naik secara significant di tahun 2005, yang pada waktu ini Menteri Keuangan dijabat oleh Sri Muljani Indrawati, penulis tidak terburu-buru untuk mengambil kredit motor, kredit mobil, kredit renovasi rumah, dan lain sebagainya. Sebagian pendapatan disimpan dalam tabungan biasa dan sebagian lagi disimpan dalam surat berharga Surat Utang Negara (SUN).Â
Penulis tidak tertarik untuk investasi pada valuta asing dan/atau logam mulia seperti emas. Lebih tidak tertarik lagi dengan berbagai tawaran investasi yang menggiurkan seperti kasus Koperasi Pendawa Depok, Jawa Barat, termasuk juga tawaran investasi pada Itik Emas yang menjanjikan keuangan hampir 100 persen dalam setahun. Ada beberapa kolega saya yang terjerat investasi bodong ini dan sekarang dalam posisi keuangan yang cukup sulit dan dapat dikatakan menjadi poor dads.
Penulis baru berani renovasi rumah di tahun 2007 dengan sebagian besar hasil investasi di SUN dan tabungan biasa serta sebagian dari pendapatan bulanan yang disisihkan. Baru di tahun 2009 penulis kredit mobil baru dengan DP lebih dari 50 persen dari harga mobil. Kredit mobil ini dilunasi dalam waktu tiga bulan. Beli motor baru secara tunai baru di tahun 2010.
Sebagian dari pendapatan bulanan yang disisihkan, sebagian lagi dari tabungan, sebagian yang lain lagi dari kredit tetap BRI, serta pinjaman dari keluarga, penulis membeli tanah dan dibangun rumah petak kontrakan. Kredit BRI yang diambil di tahun 2011 penulis lunasi dalam waktu lima tahun yaitu di tahun 2015.Â
Tahun 2016, penulis kembali membeli tanah untuk dibangun rumah indekost. Sumbernya juga sebagian dari tabungan dan sebagian dari program kartu kredit BNI dengan tenor satu tahun serta tingkat bunga 0,9 persen per bulan. Rasanya dua kali penulis ambil kredit berbasis kartu kredit BNI ini. Kredit perbankan tidak eligible lagi karena usia sudah lebih dari 60 tahun.Â
Bulan September 2018, penulis mulai pensiun dari PNS. Take home pay menurun drastis. Belanja dapur saja tidak cukup apa lagi untuk meneruskan pola kuliner eat out hampir setiap week end. Kegiatan untuk liburan juga belum terpikirkan kembali.
Alhamdullilah, masih ada tambahan aliran uang masuk di masa usia pensiun sekarang ini. Itu dari rumah petak dan rumah indekost. Masih cukuplah untuk hidup cukup sejahtera. Yang lebih penting lagi, penulis relatif terhindar dari sindrom Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki.
lihat juga: Cara Santai Mengenal SSK Indonesia