Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Halal Meneladani Kesuksesan PKS

14 Mei 2019   21:02 Diperbarui: 15 Mei 2019   10:46 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung DPR R.I Senayan Jakarta Pusat

Jelang pengumuman resmi KPU  tanggal 22 Mei nanti, postingan Caleg 2019 yang akan melaju ke Senayan demikian viralnya. Sejauh ini sudah lebih dari 300 Caleg DPR yang dinyatakan hampir pasti melaju ke gedung eksotik berwarna biru itu. Adakah Kompasianer yang termasuk dalam angka 300an tersebut, atau, adakah yang akan termasuk dalam angka 565 Anggota DPR R.I. periode 2019 -2024?

Yang jelas, sudah ada beberapa Kompasianer yang juga Caleg 2019 yang berani menyuarakan kegagalannya untuk melaju ke Senayan.

Diantara mereka itu adalah penulis sendiri  dan tersirat Kompasianer Delianur. Kompasianer Delianur untuk ketiga kali nya bertarung sebagai Calon Legislator pada Pemilu Serentak tanggal 17 April 2019 yang baru lalu.

Pada artikel yang berjudul Adakah Titik Kulminasi Politik Uang?, klik disini, Kompasianer kita itu menyuarakan kagalauan nya atas demikian maraknya praktik politik uang di arena Pileg Indonesia.

Delianur ketika ikut pertama kalinya di 2009 tidak begitu terpukul dengan kegagalan nya karena berharap praktik haram politik uang akan mereda di tahun 2014. Nyatanya itu terus berlanjut dan bahkan tambah menggila di tahun 2014 dan 2019.

Lebih lanjut Kompasianer kita ini membuat estimasi angka 30an miliar rupiah untuk lolos ke kursi DPR. 

Delianur menutup artikel dengan kesimpulan There is no such thing as upper extreme points in money politics di ajang Pileg Indonesia. Praktik politik uang akan terus melejit ke atas secara infinitif, kira-kira begitu menurut Kompasianer kita itu. 

Dalam nuansa yang sama penulis juga menyatakan sangat-sangat besar nya uang dibutuhkan agar seorang Caleg bisa lolos ke Senayan.

Penulis sepakat dengan Delianur bahwa money politics itu bersentuhan langsung dengan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dalam kaitan ini penulis menyatakan bahwa sebetulnya kita belum siap untuk berdemokrasi secara baik.

Orang itu umumnya berpikir Caleg adalah orang kaya. Mindset nya Caleg DPR pasti sudah siap untuk menghabiskan puluhan miliar rupiah. Dengan demikian, Penulis mesem-mesem ingat ketika membaca proposal untuk perbaikan jalan, renovasi rumah ibadah, dan berbagai jenis perlombaan seni dan olah raga. Banyak juga yang mengusulkan acara makan bersama di berbagai restoran yang wah-wah. 

Silahkan klik disini: Pandangan Visioner Sosok Kompasianer Calon Anggota DPR 2019

Secara lebih umum lagi, bahwa perlu nya uang dalam angka 30an miliar untuk lolos ke Senayan diakui oleh banyak orang. Lebih-lebih Tjahjo Kumulo, Mantan Anggota DPR R.I (PDIP) dan saat ini menjabat sebagai Menteri dalam Negeri menyebut angka hingga 43 miliar rupiah untuk mendapatkan 1 kursi DPR. Lihat, misalnya, Kumparan.com, klik disini.

Walaupun demikia, kondisi yang sangat menggetarkan itu tidak mematahkan semangat Delianur dan penulis. Kompasianer Delianur dan penulis sendiri rasanya masih tetap bermimpi untuk lolos ke Senayan.

Mungkin banyak juga Kompasianer yang lain memiliki kesamaan mimpi itu. Namun, akan sangat mungkin kita Kompasianer tidak memiliki atau belum terbayang memiliki uang sebanyak itu hingga tahun 2024.

Jangan buang mimpi itu. Uang bukan satu-satunya yang dapat menghantar kita ke Senayan. Namun, jangan tempuh jalur partai politik yang ada sejauh ini. Buat partai politik baru. Teladani PKS dalam membentuk dan membesarkan Partai Keadilan Sejahterah.

Ikuti PKS, yang tadinya bernama Partai Keadilan, yang membangun partai ini dari bawah; bottom up. Menurut apa yang penulis dengar PKS awalnya berbasis kelompok-kelompok pengajian mahasiswa, kelompok ROHIS (Rohani Islam) Mahasiswa, dan lain sebagainya. Mereka banyak membantu siswa dengan kegiatan bimbel dan pengajian. 

Kompasianer juga memiliki banyak persamaan dengan jaringan-jaringan mahasiswa PKS tersebut. Kompasianer memiliki jaringan yang sangat luas. Jumlah anggota nya (subscriber) lebih dari 10.000 orang dan jumlahnya terus bertambah dalam hitungan jam.

Selain itu, profesi Kompasianer juga sangat dahsyat mulai dari pelajar, mahasiswa, profesional, PNS, TNI/Polri, Pensiunan, usahawan, diplomat, dan lain sebagainya. Kompasianer juga banyak yang berdomisili di luar negeri mulai dari Malaysia, Hong Kong, Australia, Eropa,  hingga di Amerika Serikat.

Yang lebih membangkitkan semangat lagi, topik politik sangat populer di Kompasiana. Rasanya setiap lima artikel baru satu artikel dengan topik politik. Slider Kompasiana yang artinya artikel dapat penghargaan sebagai Head Line selalu berisikan topik politik.

Updating, 15 Mei 2019.

Silahkan baca juga: Mimpi Menenggelamkan Parpol di Ranah Pilkada Indonesia, kilk disini

Gedung bercat biru diatas menunggu kita Kompasianer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun