Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Nasib Tragis Empat Parpol Baru, Kenapa?

24 April 2019   09:41 Diperbarui: 24 April 2019   09:46 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
beberapa sumber. Dokpri

Hasil Quick Count terkini. Hanya sembilan Parpol yang berhasil melaju ke Senayan dalam Pemilu 2019 ini, menurut prediksi Quick Count beberapa lembaga survei papan atas. Kesembilan Parpol tersebut semuanya Parpol lama, mulai dari PDIP hingga PPP. 

Partai politik baru semunya tenggelam. Perolehan suara mereka masing-masing kurang dari tiga persen dan masih jauh untuk mencapai ambang batas empat persen untuk bisa ada wakil yang duduk di Gedung kura-kura Senayan.

Malangnya nasib empat Parpol baru. Partai Persatuan Indonesia (Perindo), yang dimotori oleh pengusaha papan atas Indonesia, Harry Tanoesoedibjo,  hanya mampu mengumpulkan 2,85 persen suara pemilu. Partai Berkarya, partai besutan Tommy Soeharto, hanya memperoleh 2,12 persen suara pemilih, dan PSI Grace Natalie hanya 2,07 persen. Satu lagi Parpol pendatang baru yaitu Partai Garuda hanya mendapat 0,53 persen suara pemilih Indonesia.

Kenapa nasib mereka begitu mengenaskan? Kenapa nasib partai politik baru tersebut demikian buruknya? Ada dua faktor penting yang patut diduga yang menyebabkan keapesan mereka itu. Pertama, faktor uang. Setiap Parpol perlu menghabiskan uang minimal minimal 1,5 triliun rupiah untuk mencapai Gedung Topi Baja Senayan. 

Rinciannya begini. Untuk mencapai ambang batas itu diperlukan sekitar lima juta suara. Asumsikan "harga"satu suara Rp300 ribu. Dengan demikian didapat 5 juta x Rp300 ribu = 1,5 triliun rupiah. Buuanyak uang itu boz. Kelihatannya tidak ada satupun dari parpol baru tersebut yang memiliki dan/atau bersedia menghabiskan uang sebanyak itu. Blesss, terbenam tidak ada kata lain yang lebih tepat.

Kedua, visi misi dari kesemua Parpol baru tersebut tidak nendang kata anak zaman now. Visi misi mereka itu masih sangat umum dan tidak dirasakan mampu untuk menjawab permasalahan dan tantangan sekarang apalagi masa mendatang. 

Misal, visi utama PSI adalah untuk memuliakan partai politik. Apa partai politik sekarang memang hina? tidak ada penjelasan lebih lanjut. Katakanlah seperti yang banyak disajikan oleh data fakta dan persepsi publik bahwa kehidupan Parpol memang demikian hina dan/atau kurang mulia, maka apa yang akan dikerjakan oleh PSI untuk mewujudkan Parpol yang dimuliakan oleh rakyat Indonesia? 

Penulis bolak balik mencari jawaban itu di website PSI. Penulis baca di topik Apa itu PSI, Kenapa itu PSI, dan Cita--cita PSI, dan... belum menemukan jawaban yang lugas. 

Contoh lain, Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Visi Perindo adalah adalah Indonesia sejahtera. Ini identik dengan sebagian visi negara Indonesia, yang sudah ditelan berulang kali oleh rakyat Indonesia. 

Ibarat menu kuliner, seenak apapun jika sudah terlalu sering dimakan akan menjadi bosan, fed up kata orangnya Kang Sam. Ini bukan hal yang baru dan oleh karena itu visi ini sulit menggugah pemilih untuk menjadi pendukung dan/atau mencoblos Partai Perindo.

Faktor lain adalah karena kedaulatan rakyat kita terpasung. Kedaulatan partai dapat dikatakan yang lebih utama. Lihat itu DPR/DPRD dikelola seperti organsisasi perusahaan dan/atau pemerintah dengan fraksi-fraksi. 

Suara fraksi adalah suara partai bukan suara rakyat. Ada anggota DPR/DPRD yang berhalangan langsung diangkat oleh Parpolnya sendiri. Lah rakyat kan memilih orangnya bukan Parpolnya? Awas lou jika bersuara berbeda dengan keinginan Ketum Partai ente bisa kena PAW. 

Faktor ini juga, menurut penulis, merupakan bagian kenapa Parpol baru tersebu semuanya terpuruk.

Kesimpulan. Dua faktor utama yang menyebabkan terpuruknya Parpol baru adalah: (i) kurangnya uang. banyak Caleg dhuafa; (ii) tidak nendangnya visi misi mereka. Faktor tambahan, lingkungan politik kita sekarang adalah didominasi oleh kedaulatan partai. Kedaulatan rakyat terpasung habis dan tidak jelas kapan pasungan itu akan terlepas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun