REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Sering sudah kita mendengar jargon  tech4.0 atau revolusi industri 4.0. Presiden Jokowi juga sudah berulang kali menyuarakan tech4.0 dan itu yang saya ingat sejak awal 2018 serta disuarakan lagi dalam debat perdana Pilpres 2019 tanggal 17 Februari 2019 yang lalu. Beliau antara lain menyinggung isu big data atau cloud hosting. Aura musim Pilpres dan kata kunci nyimpan data di langit (cloud hosting) itu a.l menyebabkan gaung revolusi industri 4.0 Jokowi nyaring sekali saat ini.Â
Sebetulnya, apa itu revolusi industri 4.0? Coba kita lihat kembali icon tech 4.0 yang disajikan pada pojok kiri atas tema gambar artikel ini. Tapi, sekarang kita sajikan versi I-SCOOP, https://www.i-scoop.eu/industry-4-0/, seperti tersaji pada gambar dibawah ini. Posisi Tech 4.0 ada pada bangun silinder nomor 4 (paling kanan).  Ada delapan unsur utama dari Tech 4.0 ini, yaitu:1. Internet of Things (IOT), Prabowo mengatakan onlen-onlen; 2. Cyber security; 3. Augmented reality; 4. Cloud computing; 5. Big  data; 6. System Integration; 7. Simulation, dan 8. Additive manufacturing. Inti dari kedelapan unsur ini adalah robot dan/atau kecerdasan buatan sehingga sebagian besar pekerjaan manusia sudah dialihkan ke robot.
Dalam kalimat I-Scoop:
Industry 4.0 is the evolution to cyber-physical systems, representing the fourth industrial revolution on the road to an end-to-end value chain with Industrial IOT and decentralized intelligence in manufacturing, production, logistics and the industry.
Dengan demikian, apa yang dibicarakan oleh Jokowi sebetulnya lebih pada IOT (Internet of Things), atau, menurut Prabowo itu yang onlen-onlen ya. Mereka membicarakan tahap industrialisasi seperti yang digambarkan oleh silinder nomor 3. Sebagian unsur tahap tiga ini merupakan pendukung unsur tahap industrialisasi keempat (revolusi industri 4.0). Tech 4.0 itu termasuk cloud hosting (tidak perlu server di PC), dan cloud computing (aplikasi matematis sudah tersedia di server nun-jauh jauh di sana di negara anta beranta, yang sering juga disebut negara awan atau server awan (cloud hosting).Â
Jokowi juga, rasanya menyinggung isu big data dan pembangunan jaringan internet berkecepatan tinggi. Pernyataan Jokowi ini konsistens dengan beberapa referensi yang a.l. menunjukan bahwa dengan selesainya proyek Palapa Ring segmen Barat dan Tengah, maka hampir seluruh wilayah Indonesia kini sudah dapat mengakses internet kecepatan tinggi dengan tingkat kecepatan minimal 20 Mbps dan 10 Mbps masing-masing di perkotaan dan di pedesaan dalam lingkup wilayah Indonesia Barat dan Tengah.Â
Palapa Ring segmen Timur yang mencakup Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua baru akan rampung dalam kuartal kedua tahun 2019 sekarang ini. Perlu diingat, Wilayah Timur itu bukan belum memiliki jaringan internet. Mereka belum memiliki jaringan internet kecepatan tinggi seperti di Indonesia Barat dan Tengah. Menurut riset APJII(Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia) dan Puskakom UI yang dilakukan pada tahun 2014, ada 5,9 juta pengguna internet di Papua, Maluku, dan NTT. Â
DEDIGITALISASI PERHITUNGAN SUARA PEMILU 2019
Sayangnya, jomplang dan ironis sekali, jaringan internet canggih berkualitas internasional itu lebih banyak dimanfaatkan oleh Si sipit ASENG dan Si bule ASING dengan bendera perusahaan multinasional. Lebih disayangkan lagi, KPU hanya secuil saja memanfaatkan jaringan internet yang sudah tersedia di nusantara ini dan lebih secuil lagi memanfaatkan jaringan Palapa Ring yang sudah dibangun dengan biaya puluhan triliun rupiah, sangat mahal, terutama biaya terkait pemasangan kabel serat optik, yang sebagian ada dibawah laut.Â