Mohon tunggu...
Almizan Ulfa
Almizan Ulfa Mohon Tunggu... Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI -

Just do it. kunjungi blog sharing and trusting bogorbersemangat.com, dan, http://sirc.web.id, email: alulfa@gmail.com, matarakyat869@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelajaran dari Ganjar Pranowo vs Sudirman Said di Metro TV

16 Maret 2018   10:13 Diperbarui: 24 Maret 2018   23:29 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika rebahan di samping isteri hari Selasa (15/3), tak sengaja saluran TV yang lagi dicarinya menampilkan acara debat Pilkada serentak 2018. Itu panggung debat Metro TV untuk Pemilihan Gubernur Jawa Tengah. Sudah terlewatkan satu atau dua saluran sebetulnya ketika saya katakan, "Yang coba kembali lagi ke debat Ganjar Vs Sudirman."

Ketika kembali ke saluran Metro TV, kebetulan sekali topik yang diangkat adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Ini merupakan salah satu topik ekonomi pembangunan yang sering saya geluti. Jawaban Pak Ganjar di sini menurut saya kurang pas. Beliau berpendapat bahwa untuk mengatasi kemiskinan yang terparah (1st decile) adalah dengan memperbaiki data dan pola targeting bansos dan subsidi. Pola ini sudah diterapkan sejak Jusuf Kalla menjadi Wapres SBY tahun 2004 silam dan berarti sudah diperhatikan sejak 14 tahun yang lalu. Tapi,.. sampai saat ini termasuk semasa pemerintahan Pak Ganjar saat ini, hasilnya tidak begitu berarti.

Jawaban Sudirman Said yang juga ekonom alumni STAN Kementerian Keuangan lebih tepat, menurut saya. Jawaban dari Mantan Menteri ESDM ini singkat tetapi padat. Untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran cara yang paling tepat dan berlanjut, menurut Mantan Ketua BP Migas ini, adalah menciptakan lapangan kerja yang sebanyak dan secepat mungkin. Namun, Beliau tidak menjelaskan kebijakan apa saja yang perlu diciptakan untuk itu. Penulis sendiri berpendapat bahwa yang menciptakan pekerjaan itu swasta dan pemerintah hanya mempermudah dan memfasilitasi saja.

Sesi berikutnya, saya kira dimenangkan oleh Ganjar. Sesi permainan kata ini sangat menarik dan menghibur yang masing-masing-masing paslon harus menjawab dengan singkat dan cepat atas kata demi kata yang disampaikan oleh pembawa acara Metro TV, Zilvia Iskandar. Ganjar Pranowo yang merupakan politisi PDIP ini menjawab dengan santai dan cepat tetapi diiringi humor yang segar. Sebaliknya, Sudirman Said, yang terpaksa harus turun lebih awal dari jabatan Menteri ESDM Kabinet Kerja Jokowi, terlihat tegang dan kurang memiliki sense of humor.

Jawaban atas kata "Jokowi atau Prabowo" dijawab oleh Ganjar, dengan bersemangat dan tetap diliputi sense of humor yang tinggi, dengan frasa seperti "Tetap Jokowi Yang Terbaik" dan sambil berdiri serta melambaikan kedua tangan yang terbuka, rasanya. Jawaban ini mendapat applause yang riuh dari pengunjung debat. Sebaliknya, Sudirman memberi jawaban tentatif "nanti saja." Ini mengisyaratkan keraguan apa beliau pro-Jokowi atau pro-Prabowo sampai saat ini.

Sudirman Said, yang terkenal jujur dan idealis ini terkesan tidak paham fakta lapangan ketika ditanya oleh tim panelis terkait pembangunan infrastruktur. Tim panelis mempertanyakan proyek infrastruktur yang berpola proyek abadi. Dibangun tetapi segera rusak kembali dalam waktu yang cepat. Proyek lagi, dan segera rusak kembali dalam waktu yang singkat juga, dan begitu seterusnya proyek abadi untuk infrastruktur yang itu-itu juga. 

Jawab Pak Dirman untuk memutus lingkaran setan proyek abadi ini sangat umum dan mengindikasikan bahwa beliau tidak begitu memahami permasalahannya. Penulis setuju dengan pendapat beliau bahwa proyek-proyek tersebut masih mengandung unsur korupsi dan proses bisnis perencanaan yang kurang baik. 

Walaupun demikian, jawaban tersebut belum menyentuh esensi sebetulnya. Menurut penulis, biang kerok dari proyek abadi itu adalah kombinasi kurangnya dana yang tersedia dan tingginya tekanan dari DPRD. Masing-masing anggota dan/atau fraksi DPRD menghendaki adanya prioritas pembangunan infrastruktur tersebut di wilayah masing-masing dalam setiap tahun anggaran. Terbatasnya anggaran bermuara pada pola baroto, atau, bagi roto.

Masing-masing wilayah yang diusulkan oleh anggota DPRD mendapat alokasi anggaran yang relatif sama. Tapi, mengingat jumlah uang yang tersedia terbatas,jadi masing-masing menerima dalam jumlah yang tidak cukup untuk membangun infrastruktur yang berkualitas tinggi. Misal, jalan raya yang seharusnya tahan untuk waktu 10 hingga 30 tahun, terpaksa sudah membutuhkan rehabiitasi  hanya dalam waktu tiga hingga lima tahun dan terpaksa dibiarkan rusak parah karena menunggu hasil pilkda yang berikutnya. 

Agh maaf.. gesekan-gesekan di sebelah rasanya semakin mendesah... dan... rasanya Sunnah malam Jum'at perlu disegerakan dan.. klik lampu kamar dan TV tiba-tiba mati...

Pagi tadi saya belum sempat monitor perkembangan hingga akhir dari debat Pilgub Jateng itu. Walaupun demikian, Beliau berdua Pak Ganjar dan Pak Sudirman adalah orang-orang terbaik Indonesia. Dukung siapa saja yang memenangkan Pemilihan Gubernur Jawa Tengah ini.   Aamin YRA. 

GEMAHKAN ASPIRASIMU DI PILKADA SERENTAK 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun