Aura kemeriahan Kompasianival 2016 sudah terasa ketika saya menjejakan kaki di halaman gedung SMESCO, Jl. Gatot Soebroto, Jakarta Selatan. Wajah-wajah cerah dan tebaran senyum terlihat pada para peserta yang sedang antrian registrasi dengan udara kemarau basah yang sejuk yang kelihatannya begitu bersahabat pada acara ini. Dan, terlihat cantik sekali di sebelah kanan meja registrasi Bucket Bunga ucapan selamat dari orang yang tidak asing lagi bagi kita, Tjiptadinata Effendi, yang khusus datang dari Australia untuk acara ini. Â Â
Video klip pertama yang ditayangkan memperlihatkan momen anugerah CNN tersebut dan ini mejelaskan perjuangan awal suami dari Bu Peggy ini yang menampung para pengungsi kerusuhan Timor Leste tahun 1999. Rasanya ada sekitar 40an anak yatim piatu yang diasuh oleh Mantan Kapten Pilot perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia ini. Video ini selain sangat menggugah rasa kemanusiaan kita, juga sangat mengesankan ketika melihat wajah-wajah ceria, gembira, dan penuh semangat dari anak yatim piatu  Yayasan Rosalin Kupang, NTT ini.Â
Komitmen kemnusian yang demikian besar dan perjuangan yang sangat gigih yang merubah lahan tandus berbatu menjadi lahan pertanian. Seingat saya, dijelaskan bahwa ada sekitar 8 truk batu yang digali dan sekitar 8 truk bahan kompos untuk membuat tanah buatan. Sekarang, panti asuhan ini sudah swasembada sayur dan beras. Â
Saat ini panti asuhan Pasangan Mantan Kapten Pilot Singapore Airlines ini megasuh sekitar 140 anak asuhan yang sebelumnya ada sekitar 170 orang. Seorang dari anak asuhan ini sudah berhasil menggondol gelas sarja teknik, rasanya, dan beberapa orang lagi segera diwisuda dalam waktu dekat. Â Â
Lebih jauh lagi, mengelola panti asuhan yang besar itu jelas membutuhkan biaya operasional yang tidak kecil. Tidak sempat nanya ya sumber funding pembangunan dan biaya operasional yayasan ini dari mana saja ya. Ah, baru ingat sedikit, dijelaskan bahwa modal awal bersumber dari gaji Kapten Pilot (mantan?) itu sendiri, yang ketika itu merasa sangat tergugah melihat para pengungsi Timor Leste yang hidup di kardus-kardus di Kupang, NTT. Â
Oops. Ngak sempat nanya tadi, tetapi kebetulan sempat berfoto dengan Pak Budi, yang pernah berdomisli di Singapura selama sekitar 11 tahun ini, dan, Â yang juga ayah dari remaja sehat dan tampan yang kelihatannya masih study di Singapura ini.Â