Mohon tunggu...
Almizan Ulfa
Almizan Ulfa Mohon Tunggu... Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI -

Just do it. kunjungi blog sharing and trusting bogorbersemangat.com, dan, http://sirc.web.id, email: alulfa@gmail.com, matarakyat869@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Maaf Premium Habis dan Mengularnya Antrean di SPBU Pertamina

15 September 2016   13:21 Diperbarui: 15 September 2016   13:42 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Croping dari Blognyamitra.com

Wah premium habis mas. Pertalite juga habis. Yang tinggal Pertamax. Dan, bukan itu saja, antrean yang mengular juga sudah sangat sering kita temui di banyak SPBU.    

Walaupun demikian, mobil dan motor tetap saja antre dengan tertib, yang memperlihatkan bahwa budaya tertib sudah cukup baik di negara kita sekarang ini. Juga, saya belum pernah melihat ada yang membantalkan pembelian. Premium habis, ya beli Pertalite. Pertalite habis ya beli Pertamax. Begitu pemandangan umum yang saya temui sejauh ini di wilayah sekitar Pemda Bogor, Cibinong, Jalan Raya Bogor, pintu Tol Sentul Sirkuit, Jalan Keradenan, Jalan Suka Hati  dan sekitar Kecamatan Bojong Gede Bogor.  

Masalah yang terbesar adalah antrean yang mengular itu, sebetulnya. Masalah lain adalah, yang juga sering terjadi, semuanya habis. Tertulis maaf bensin habis dan pintu masuk SPBU ditutup!    

20160912-174807-edited-3-57da3bec597b617e43616882.jpg
20160912-174807-edited-3-57da3bec597b617e43616882.jpg
Kenapa itu terjadi?   

Ini terjadi karena sistem kuota dari PT Pertamina. Jika jatah untuk suatu SPBU dalam satu minggu katakanlah 10 ton premium, maka jika itu sudah habis sebelum satu minggu, maka Pertamina tidak akan mengirim pasokan lagi, rasanya. Jadi, bukan didasarkan pada kebutuhan nyata setempat yang dapat berfluktuasi seiring dengan dinamika sosial ekonomi.    

Bagaimana dengan harga?  

Konsumen jelas menghendaki harga termurah dan kualitas bensin tidak begitu diperhatikan. Apa pernah kita merasakan motor/mobil terasa lebih nyaman dan/atau awet dengan menggunakan bensin yang lebih mahal seperti Pertalite dan pertamax?   

Bagaimana dengan SPBU asing?  

Ada tiga SPBU asing terbesar sejauh ini, yaitu: Petronas, Shell, dan Total, yang akhir-akhir ini makin ramai didatangi oleh kenderaan bermotor. Keberadaan mereka itu terutama untuk wilayah DKI Jakarta saya kira dapat diterima untuk menghilangkan "ular-ular" antrean di SPBU Pertamina. 

Croping dari Blognyamitra.com
Croping dari Blognyamitra.com
Selain itu, SPBU asing itu penting sebagai pembanding takaran dan harga bensin yang dijual di SPBU-SPBU Pertamina. Ini terutama terasa lebih penting ketika Petral, anak perusahaan  PT Pertamina, dibubarkan karena dugaan mark up harga bensin premium impor dalam kisaran 1 hingga 3 US$ per barrel. Dengan kata lain,  selama puluhan tahun, uang subsidi premium itu lebih banyak dinikmati oleh Petral dibandingkan oleh rakyat banyak.  Setelah subsidi dihapus dan impor minyak masih dilakukan oleh Petral, pengendara mobil/motor membayar harga yang lebih mahal untuk setiap liter bensin yang dibelinya.      

Setelah Petral dibubarkan dan impor minyak Pertamina diserahkan kepada  ISC (Integrated Supply Chain),  apakah dugaan mark up itu otomatis hilang?  Belum tentu dan belum ada bukti yang shahih tentang itu. 

Mark up, jika memang ada, hanya dapat dilenyapkan jika PT Pertamina memberikan akses harga impor minyak ISC ke publik secara Online. Selain itu, memberikan kemudahan bagi perusahaan asing untuk membuka SPBU di lokasi yang dipilihnya sendiri dan menjual bensin yang juga disesuaikan dengan kebutuhan konsumen akan menjamin harga bensin yang lebih murah dan hilangnya ular-ular antrean yang panjang. 

Diatas kesemua itu, rasanya, papan bertuliskan "maaf bensin habis" dan pintu SPBU ditutup, sudah akan tinggal sejarah jika SPBU asing diberikan kemudahan-kemudahan yang diusulkan disini.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun