Mungkin jika saya tidak memaksa Hibban menerima dan bermental baja secara instan saat temannya menertawai, dan saya mengambil inisiatif untuk membela Hibban di depan temannya itu, ia akan mau sekolah dan merasa aman (bukan tersudutkan).
Mungkin jika saya memihaknya, lalu menasehati temannya agar tidak mengolok-olok Hibban, ia akan luluh dan tidak kehujanan.
Dan mungkin saja jika saya tetap tenang, dan berpikir jernih sebelum Hibban lebih tantrum, kondisi ini akan terkendali.
Dan... Yang tersisa sekarang adalah sesal. Kasihan. Ingin kupeluk dia erat, dan memaafkanku, mengajarkannya tegar dan mampu menghadapi olokan teman dengan percaya diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI