Mohon tunggu...
Alfitriandes Miter
Alfitriandes Miter Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka mencoba sesuatu yg kira-kira berguna. Selama ini hanya membaca, membaca dan ... membaca. Ngga tau juga apakah ini waktunya menulis, coba dulu aja. Siapa tau b.e.r.g.u.n.a.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahmad Sobari: Pedulikah Kompasianer ?

21 Januari 2011   10:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:19 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh terenyuh melihat gambar dan membaca email yang dikirim seorang kerabat siang ini. Email tsb berisi kabar dan photo tentang seorang bocah laki-laki (Ahmad Sobari) yang hendak menjalani operasi wajah. Sebetulnya tidak ada yang istimewa dengan judul operasi wajah, karena operasi wajah zaman sekarang bukan merupakan suatu hal yang baru lagi, apalgi yang berkaitan dengan kecantikan. Dengan melihat photo wajah Sobari yang dilampirkan pada email tsb, seketika membuat mata ini mengecil dan dahi berkerut. Astaghfirullah…, Allahu Akbar… “Ya ampun Sobari, derita apa sesungguhnya yang sedang engkau alami …? Salah apa kamu ? Dosa apa kamu ? Apa gerangan yang telah menimpa dirimu ? Pennyakit apa sesungguhnya yang engkau derita ?”, sejuta pertanyaan rasanya ingin dilontarkan kepada photo itu. Namun Sobari malah seperti tak acuh dengan segala pertanyaan orang yang melihatnya. Sobari menatap lurus ke kamera dengan matanya yang hanya tinggal satu, pertanda ia tak gentar sedikitpun dengan kelebihan yang ada pada orang lain. Gambaran singkat tentang Ahmad Sobari di email itu rasanya tak cukup untuk mendukung tentang photo yang dilampirkan. Rasa prihatin dan penasaran akan apa yang menimpa Sobari menggiring pengaduan ke mbah google dengan harapan beroleh sesuatu yang bisa memperjelas cerita dibalik photo itu. Ahmad Sobari adalah anak pertama dari bapak Jajang dan ibu Ade, yang tinggal di kampung Marajan (pada bagian lain ditulis Karajan), Desa Maracang, Kecamatan Babakan Cikao, Purwakarta, Jawa Barat. Menurut ibunya, Ade, sewaktu berusia 1 tahun Sobari harus rela kehilangan matanya yangsebelah kanan, karena ketarik oleh kulit yang katanya akibat ia tidak punya rahang. Ahamad Sobari pernah gagal operasi pemasangan rahang dan sejak itu ia tak pernah lagi kembali ke rumah sakit. Ibu Ade mengaku sering meneteskan air mata setiap kali melihat anaknya diejek oleh anak-anak lainnya. “… siapa yang tak akan sedih pak…? Kami sudah berusaha mengobatinya dan kami tak pernah putus asa. Namun apa daya, karena kami memang tak punya uang. Saya hanya bisa menangis pak…, paling kami hanya bisa membawa ke Puskesmas. Saat ini kami hanya bisa membersihkan darah yang keluar dari matanya dengan kapas…” tutur bu Ade seperti ditulis kaskus. Ayah Sobari, Pak Jajang bekerja sebagai tukang kebun di salah satu Viila di bilangan daerah Purwakarta,Jawa Barat. Upah Rp.600.000,- yang ia terima perbulan jelas sangat amat pas-pasan bahkan tak cukup untuk membayar kontrakan dan memenuhi biaya hidup sehari hari keluarganya,“Bagaimana untuk Berobat anak kami pak..? kadang kala saja kami harus meminjam uang ke sanak famili atau ke tetangga untuk membeli obat anak kami di saat dia sakit. Obatnya sekali tebus untuk luka di matanya kurang lebih tiga ratus ribu”, ujar pak Jajang kepada portalinfaq.org. Sekarang Ahmad Sobari seakan dihadapkan pada harapan baru, harapan yang selama ini hanya ada dalam mimpi baginya, 5 tahun adalah penantian yang teramat panjang bagi seorang Ahmad Sobari. Dokter yang menanganinya menyarankan agar Ahmad Sobari segera dilakukan operasi wajah, karena khawatir nantinya akan berdampak pada fungsi matanya yang sebelah kiri. Kalau tidak ada halangan akan menjalani beberapa tahap Operasi di wajahnya (operasi mulut, gigi dan mata).

129560449280014177
129560449280014177
Rasa syukur Pak Jajang mendengar keputusan tim medis ini, sekaligus menabuh genderang galau dalam hatinya. Semua yang melihat tentu tahu, air mata yang ia teteskan tentulah ari mata bahagia atas berita ini. Namun mungkin tak ada yang tahu tentang tanda Tanya besar di relung hatinya yang paling dalam, “dari mana biaya yang katanya sampai 200 juta rupiah untuk operasi tsb ?”. Sementara Ahmad Sobari dengan lugasnya hanya berkata, “…ingin ganteng !!!”, ketika ditanya dalam perjalanan menuju RS Hasan Hasidikin Bandung. Jelas celotehan Sobari yang membuat orang tersenyum lirih itu tak mengerti apa yang dipikirkan ayahandanya, pak Jajang. Sejauh ini Ahmad Sobari didampingi oleh Yayasan PortalInfaq, yayasan yang menyediakan layanan zakat dan infaq secara online melalui websitenya di www.portalinfaq.orgSegala sesuatu mengenai apa dan bagaimana yang dilakukan oleh yayasan ini kepada ananda Ahmad Sobari tentu dapat di tanyakan langsung ke yayasan tsb. Selain bermaksud untuk ikut mengabarkan duka dan derita yang menimpa Ahmad Sobari kepada pemabaca kompasiana tercinta, penulis juga menitipkan harapan sekiranya ada anggota keluarga kompasiana yang tersentuh hatinya, terketuk pintu hiba dan memasang niat ihklas untuk turut serta membantu meringankan beban orang tua Sobari, agar dapat menghubungi pihak yang dipercaya untuk menyalurkan bantuan kepada Ahmad Sobari. Detail mengenai penyaluran bantuan melalui portalinfaq.org dapat dilihat pda bagian akhir artikel Penantian 5 Tahun Operasi wajah Ananda Ahmad Sobari Alangkah mulianya kita yang dapat membantu Ahmad Sobari dan keluarganya. Hal kecil yang kita berikan bukan hanya dapat meringankan beban dan penderitaan mereka, insya Allah juga akan membukakan pintu kebahagiaan bagi kita, di dunia dan akhirat. Anggap saja ini kesempatan bagi kompasianer untuk memanfaatkan rumah sehat kompasiana sebagai wadah untuk menggalang kerbersamaan dan peduli terhadap lingkungan sekitar kita. Mudah-mudahan keberadaan kompasiana tidak hanya dirasakan oleh para blogger, penulis dan pembaca, tapi juga dirasakan eksistensinya oleh orang-orang seperti Ahmad Sobari. Andaikan Sobari bertanya, “Pedulikah Kompasianer…?” Sumber photo dan tulisan : kaskus. www.portalinfaq.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun