Secara tidak sadar, menganggur juga mengajarkan tentang rasa syukur atas semua pemberian Tuhan. Syukuri atas kondisi hidup yang lebih baik daripada orang lain, bersyukur memiliki teman dan keluarga yang suportif, dan bersyukur akan hal yang tidak terduga, misalnya kita mendapat penolakan dari suatu perusahaan dan ternyata perusahaan itu kurang baik dalam mengayomi pekerjanya.
Selama menganggur, ada beberapa hal yang bisa kita petik. Tidak hanya peningkatan hard-skill dan soft-skill, kemampuan emosional pun turut berkembang. Salah satunya kita menjadi lebih berempati dan menghargai terhadap peristiwa yang dialami orang lain, mengingat sulitnya mendapatkan pekerjaan.
Coba amati kembali kasus salah jurusan. Kejadian ini merupakan bagian dari perjalanan hidup. Pengalaman ini memberikan pelajaran, yakni perlu berhati-hati dan mempertimbangkan baik dan buruk sebelum memutuskan sesuatu. Tak perlu disesali, anggap masa sekolah atau kuliah adalah masa untuk mengasah pola pikir yang lebih dewasa dan kritis.
Jangan pernah menyerah karena pelangi pasti akan muncul setelah hujan. Tetap berprasangka baik dan abaikan pandangan buruk dari orang lain.
Baca Juga:Â Kurangi Insecure, Perbanyak Rasa Syukur dan Apresiasi kepada Diri Sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H