Mohon tunggu...
puspalmira
puspalmira Mohon Tunggu... Freelancer - A wild mathematician

Invisible and invincible IG: almirassanti

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pendakian Gunung Butak Part 1: Bonek Hikers

23 September 2020   13:16 Diperbarui: 23 September 2020   13:23 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyamm...nyamm.... (Nah, yang hitam-kuning itu jaket jurusan mat. Dan yang merah marun--termasuk yang cuma keliatan tangannya--itu jaket prodi mat '13. Salam kenal...) (Dokpri)
Nyamm...nyamm.... (Nah, yang hitam-kuning itu jaket jurusan mat. Dan yang merah marun--termasuk yang cuma keliatan tangannya--itu jaket prodi mat '13. Salam kenal...) (Dokpri)
Tap tap tap. Kami sungguh tak banyak bicara saat berjalan. Tidak juga heboh oleh pemandangan. Semua itu karena para amatir ini membutuhkan tenaga dan konsentrasi berlebih dibanding pendaki-pendaki pada umumnya. Pembicaraan kami selalu sebatas "Awas kayu", "Awas batu", "Mepet kiri yaa", atau "Jam berapa Di? (karena yang mengenakan jam tangan adalah yang dipanggil 'Di' ini)".

Di suatu titik koordinat, kami bertemu empat orang fisikawan tadi. Mereka sedang santai menyantap bekal makan siang.

"Lho... masnya lagi. Duluan ya mas...." sapa kami.

Padahal, tak lama lagi mereka akan menyalip rombongan kami.

Ayo jalan, masih jauh! (Dokpri)
Ayo jalan, masih jauh! (Dokpri)
Terus ini si akhwat tangguh sama ikhwan tegar (Dokpri)
Terus ini si akhwat tangguh sama ikhwan tegar (Dokpri)
Sraaaap. (Kalo di adegan film ini scenenya matahari turun di fast-forward, burung-burung berkicauan pulang ke rumah, aliran air muara mulai tenang, terus gelap).

"Udah maghrib ni ya. Isya nyampe nggak ya?"

Kata orang, pendakian normal biasa menempuh waktu tujuh sampai delapan jam. Perkiraanku, kami bisa sampai di padang savana--tempat nge-camp--dalam waktu sepuluh jam. Sehingga jika kami berangkat mendaki pukul 9 pagi, kami akan sampai pukul 7 malam atau setidaknya pukul 8. Gelap kian pekat saat langkah semakin terseok-seok. Jauh dari pukul 7, kami mencari penghiburan masing-masing untuk menenangkan diri. Tak ada tanda-tanda kehidupan selain pohon yang menjulang-julang. Aaah... jangankan puncak atau padang savana. Tanah lapang barang sejengkal pun rasanya bahagia. Aku rasa kami telah sampai di pos yang paling membahana. Aku menyebutnya Pos Frustasi.
_____

(Sudah kubilang, ini hanya cerita pribadi. isinya bukan informasi berarti, melainkan hanya pengalaman hebat yang ingin dibagi. Mau gimana lagi, terlalu excited setiap kali menceritakan pendakian bondo nekat ini.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun