[caption id="attachment_313281" align="alignnone" width="538" caption="Sumber :liputan6"][/caption]"Partai saya (Gerindra) sempat marah-marah saya, karena partai kan sedang pemilu dan memanfaatkan orang-orang kecil itu untuk memilih," - Pengakuan Ahok terkait penggusaran yang dilakukan sebelum Pemilu
Partai politik kerap menjadi benalu dalam kehidupan demokrasi kita, tingkah laku dan pola yang syarat kepentingan pragmatis, tak jarang ditampilkan partai untuk melanggengkan kekuasaannya.
Bahkan tak jarang hal ini bertolak belakang dengan keinginan kadernya sendiri, apalagi yang duduk di pemerintahan, intervensi yang tajam dari petinggi partai terhadap kadernya yang duduk menjadi kepala daerah sudah merupakan pemandangan biasa, apalagi jelang suksesi politik yang lebih besar.
Intervensi kebijakan inilah yang dirasakan Basuki Tjahaja Purnama yang kerap disapa Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta ini merasa intervensi Partai Politik terhadap kebijakannya di Pemprov DKI sudah amat keterlaluan.
Diketahui bahwa Ahok merupakan kader Partai Gerindra, lewat partai Gerindra pula Ahok dihantarkan menjadi Wakil Gubernur DKI berpasangan dengan Jokowi. Intervensi Gerindra terhadap kebijakannya diungkapkan dalam sebuah wawancara usia menghadiri kegiatan di salah satu hotel di Jakarta.
Ahok mengakui bahwa dirinya mendapat tekanan dari Partai Gerindra, Partai besutan Prabowo Subianto itu meminta Ahok untuk tidak mengeluarkan kebijakan yang tidak populer, seperti kebijakan sterilisasi jalur transjakarta.
"Kenapa Busyway steril sekarang, padahal bus belum datan, Partai Bilang 'apa enggak bisa nanti habis Pemilu baru kamu (ahok) keluarkan kebijakan yang nggak populer," ujar Ahok menirukan permintaan Partai Gerindra.
Ahok juga menceritakan bagaiaman Partai Gerindra marah padana, "Partai marah sama saya karena sedanghadapi pemilu, sedang memanfaatkan orang untuk pilih, jadi sekalipun dipecat partai, ya sudah nggak apa-apa, pecat saja," ujar Ahok.
Intervensi-intervensi Gerindra dalam kebijakannya inilah yang membuat Ahok berang, bahkah akhir-akhir ini terlihat intensitas pertemuan Ahok dengan PDI Perjuangan semakin meningkat.
Apa yang ditampilkan Partai Politik ini sebenarnya tayangan lama yang kerap terjadi, bagaimana setiap jelang Pemilu, Partai berlomba-lomba mendulang dukungan dengan berbagai cara, kebijakan yang dianggap tidak pro rakyat 'ditahan' dulu, nanti bisa dilakukan setelah pemilu selesai.
Nampak jelas bagaimana kepentingan kekuasaan hampir mewarnai seluruh urat nadi sebuah Partai, hari ini baik dulu, nanti setelah pemilu hajar lagi, begitu kira-kira perhitungan partai politik. jika terus begini, apa alasan kita harus mempercayai Partai Politik?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI