Mohon tunggu...
Almira Mira
Almira Mira Mohon Tunggu... Akuntan - Pelajar

Sma n 1 ap. Ips²

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peran Jurnalisme dalam Pembentukan Moral

8 Maret 2020   13:56 Diperbarui: 8 Maret 2020   15:41 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era perkembangan teknologi yang kian pusat, tentulah sangat memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas, maupun memperoleh segala macam bentuk informasi. Biasanya informasi itu sendiri dapat kita peroleh melalui media cetak seperti koran, majalah, poster, dll. Sedangakan untuk media elektronik dapat kita temui melalui media maya seperti internet dan akun-akun sosial media.

Jurnalistik merupakan julukan bagi seseorang yang menekuni bidang kepenulisan. Biasanya seorang jurnalistik akan menulis berita-berita maupun informasi mengenai kesehatan, pendidikan, dan informasi lain yang sedang hangat untuk dibicarakan. Seperti isu-isu terkini seputar kriminalitas maupun keadaan suatu negara serta penyebaran virus yang mewabah saat ini.

Hasil tulisan para jurnalistik disebut dengan jurnalisme. Melalui jurnalisme ini, masyarakat menambah wawasan dan memperoleh berita-berita yang tersaji. Selain itu, melalui jurnalisme mampu menimbulkan suatu permasalahan baik yang dikutip lewat sudut pandang penulis ataupun secara universal.

Tak ayal, banyak masyarakat baik yang memiliki bakat kepenulisan maupun masyarakat awam yang tertarik untuk menulis artikel-artikel yang dapat menjadi penghasilan tersendiri. Dapat kita contohkan seperti citizen jurnalism yang dimuat dalam laman beberapa sosialmedia. Di mana kerap kali topik yang dituliskan adalah mengenai masalah kesehatan dan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.

Dikarenakan mudahnya untuk memperoleh berita-berita, perlulah dilakukan filtrasi terhadap berita yangdisajikan. Hal ini dikarenakan jurnalisme dikhawatirkan akan mempengaruhi pola pikir pembaca. Tentulah melalui pola pikir, nantinya akan memicu perubahan perilaku dan memungkinkan menimbulkan moral yang menyimpang nantinya.

Kominfo, mencatat sedkitinya terdapat  800.000 situs penyebar Hoax di indonesia. Seperti kasus Saracen, dimana kasus ini merupakan kasus penyebaran informasi Hoax yang memiliki banyak situs dan telah di unggah dan di tonton oleh khalayak umum. Tentulah hal ini berakibat buruk bagi para pengikut situs Saracen.

Selain itu, dapat kita lihat banyaknya isu-isu Radikalisme yang menyebar di masyarakat luas. Hal ini menimbulkan dampak yaitu membuat kekhawatiran dan ketakutan tersendiri dimasyarakat. Bahkan beberapa isu pemerintah yang tidak benar adanya membuat masyarakat hilang percaya terhadap kinerja pemerintah. Selain itu, beberapa waktu lalu mengenai isu teroris yang dilakukan orang bercadar sungguh sangat memprihatinkan. Pasalnya ,terjadi diskrimasi akibat mencuatnya tulisan ini ke publik.

Padahal kominfo sendiri telah melakukan penyaringan terhadap berita-berita dan tulisan yang akan dipublikasi.Bahkan kominfo juga kerap melakukan pemblokiran terhadap situs maupun akun-akun yang disinyalir telah menyebarkan berita Hoax serta mengeluarkan Undang-Undang pelarangan penyebaran berita yang tidak benar adanya.

Untuk itu, pentingnya masyarakat untuk memfiltrasi berita yang diterima merupakan hal yang wajib. Karena, dalam jurnalisme juga sangat banyak memuat informasi yang menambah wawasan dan memuat suatu solusi mengenai permasalahan yang berkembang di lingkungan sekitar. Maka dari itu, jadilah pembaca yang bijak dalam menganggap informasi yang didapat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun