Mohon tunggu...
Almendo Thio Lindra
Almendo Thio Lindra Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Hobi Membaca dan Bermain Game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memanfaatkan Teknologi untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Berbasis Tamansiswa

2 Agustus 2024   22:45 Diperbarui: 3 Agustus 2024   19:42 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan yang dipikirkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui Tamansiswa adalah upaya memanusiakan manusia. Menghadapi era digital seperti saat ini, prinsip-prinsip Tamansiswa menjadi relevan ketika diintegrasikan dengan pemanfaatan teknologi. Teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, namun menjadi jembatan yang memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih inovatif, menarik, dan relevan dengan kebutuhan siswa.

Salah satu contoh konkretnya ialah pemanfaatan video pembelajaran berbasis budaya lokal. Jadi, siswa dapat belajar tentang sejarah dan nilai-nilai luhur bangsa melalui animasi yang menampilkan tokoh-tokoh pahlawan atau cerita rakyat. 

Dengan visual yang menarik dan narasi yang mudah dipahami, maka materi pelajaran akan lebih membekas di benak siswa. Selain video, game edukasi juga dapat menjadi alat yang efektif. Misalnya, pelajaran matematika dapat disajikan dalam bentuk permainan yang menantang siswa untuk memecahkan masalah. Dengan cara ini, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan tidak merasa bosan.

Platform diskusi online ini juga menawarkan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman-teman dari berbagai daerah. Mereka dapat berbagi ide, pengetahuan, dan saling memberi informasi. Hal ini sejalan dengan prinsip Tut Wuri Handayani, di mana guru hanya sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya.

Untuk mewujudkan hal ini, dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan. Pemerintah perlu menyediakan infrastruktur teknologi yang memadai di sekolah-sekolah, serta merancang kebijakan yang mendukung pemanfaatan teknologi dalam pendidikan. 

Sekolah juga harus membekali guru dengan keterampilan digital yang memadai agar mereka dapat memanfaatkan teknologi secara efektif. Namun, perlu diingat bahwa teknologi hanyalah alat bantu. Peran guru sebagai fasilitator tetap sangat penting. Guru harus mampu mengelola kelas, memberikan motivasi, dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

Integrasi dan kolaborasi dengan nilai luhur Taman Siswa dalam pemanfaatan teknologi, maka pendidikan di Indonesia akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Siswa tumbuh menjadi orang yang tidak hanya cerdas tetapi memiliki pula karakter yang kuat dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Contoh-contoh lain yang dapat dikembangkan:

  • Realitas virtual: Siswa dapat melakukan simulasi eksperimen sains secara virtual, sehingga mereka dapat belajar dengan aman dan efektif.
  • Realitas tertambah (augmented reality): Bayangkan siswa dapat melihat model dalam bentuk 3D-seperti organ tubuh manusia atau benda-benda angkasa-dari perangkat seluler mereka. Hal ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih nyata dan menarik.
  • Platform pembelajaran adaptif: Teknologi ini memungkinkan setiap siswa untuk belajar dengan kecepatan dan gaya belajar yang berbeda. Sistem akan menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
  • Video pembelajaran berbasis budaya lokal: Guru dapat membuat video yang menampilkan tokoh-tokoh inspiratif daerah atau kearifan lokal dalam bentuk animasi. Muatan nilai-nilai luhur dapat disampaikan dengan cara yang lebih menarik dan sesuai dengan konteks budaya setempat.
  • Game edukasi interaktif: Pelajaran matematika yang abstrak dapat menjadi lebih konkret dengan game edukasi. Siswa dapat berlatih operasi hitung dengan cara yang menyenangkan melalui aplikasi game edukasi.
  • Platform diskusi online: Saat ini, ruang dan waktu tidak lagi menjadi penghalang untuk melakukan diskusi antarkelompok. Siswa dari berbagai tempat atau wilayah dapat berdiskusi dan berbagi pemikiran melalui platform online. Hal ini sesuai dengan semangat Tut Wuri Handayani, di mana peran guru adalah sebagai fasilitator ketika mereka tidak dapat selalu hadir secara fisik.

Pemanfaatan TIK saja tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dan kebijakan sangat dibutuhkan. Sekolah perlu membekali guru dengan keterampilan digital. Peran guru tidak dapat digantikan. 

Guru tetap menjadi fasilitator, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan membimbing siswa. Dengan pemanfaatan TIK yang bijak, pendidikan berbasis Tamansiswa dapat melahirkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan yang berkualitas sebagai dasar kader untuk membangun sumber daya manusia yang unggul dan Indonesia yang lebih maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun