Tamansiswa, sebagai lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendidikan di Indonesia. Berpusat pada anak dan menjunjung tinggi falsafah Tamansiswa, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai gotong royong, kemandirian, dan ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, masih sangat relevan untuk diaplikasikan dalam model-model pembelajaran modern. Integrasi nilai-nilai Taman Siswa ke dalam proses pembelajaran akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat dan berjiwa sosial.
Filosofi pendidikan Taman Siswa tertuang dalam konsep Trimurti: ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, konsep ini dapat diaplikasikan sebagai berikut:
- Ing ngarso sung tulodo: Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus menjadi teladan bagi siswa. Guru tidak hanya mengajarkan materi tetapi juga menggambarkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan.
- Ing madya mangun karso: Guru harus mampu membangkitkan semangat dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Guru dapat membangun suasana belajar yang menyenangkan sekaligus menantang, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar.
- Tut Wuri Handayani: Guru berperan sebagai fasilitator dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswa. Guru harus memiliki kesabaran terhadap siswa yang mengalami kesulitan selama bimbingan dan memberikan penguatan positif atas keberhasilan siswa.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengintegrasikan nilai-nilai Tamansiswa. Dalam model ini, siswa diajak untuk memecahkan masalah yang autentik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran berbasis masalah, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Selain itu, siswa juga dapat belajar untuk bertanggung jawab atas hasil kerja kelompok.
Proyek belajar adalah kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas yang kompleks. Proyek belajar dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Melalui proyek belajar, siswa dapat mengembangkan kemampuan manajemen waktu, pengambilan keputusan, dan presentasi. Selain itu, proyek belajar juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian pada siswa.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja sama antar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar untuk saling menghargai, toleransi, dan bekerja sama. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pembelajaran dengan model yang mengintegrasikan nilai-nilai Tamansiswa kian lebih mendekati usaha untuk menciptakan generasi muda cerdas, berkarakter, dan jiwa sosial tinggi. Konsep Trimurti, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran proyek, dan pembelajaran kooperatif. Implementasi konsep tersebut melalui model pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi para siswa. Oleh karena itu, sekolah pun memerlukan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif dan memberikan dukungan yang cukup bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H