Ditengah gerah dan hiruk pikuknya pemberitaan mengenai perpolitikan dan perekonomian yang membuat urat nadi menegang, ternyata ada juga pemberitaan yang membuat nadi ini sedikit mengendur. Di tengah bertebarannya pemberitaan yang menyesakkan data, ternyata ada juga hal yang membuat mulut ini tersenyum ria.
Yah benar, hari-hari ini pemberitaan di media online dan lini masa medsos tersenyumkan dengan adanya "tuhan" dan "saiton" yang lagi berkibar namanya.
Benar, saya tidak bercanda. "tuhan" dan "saiton" lagi memainkan perannya untuk mendinginkan urat syaraf yang semakin menegang karena membaca berita tak mengenakkan di dunia maya. "tuhan" dan "saiton" berhasil mengalahkan pemberitaan tentang dollar yang semakin digdaya, atau berita tentang sapi yang langka, atau berita tentang serbuan barang china.
Peran "tuhan" dan "saiton" semakin mendapat ruang ketika sebuah stasion televisi swasta berniat mempertemukan mereka berdua. Wah apa jadinya jika "tuhan" dan "saiton" bertemu dalam satu meja. Tentu menjadi menarik bukan??. Bagai peribahasa Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga, maka "tuhan" dari banyuwangi dan "saiton" dari palembang yang seluma tak pernah kenal dan bertemu akan menjadi satu padu di sebuah acara. Pada poin ini, saya mengakui, stasiun televisi yang satu ini "tuhan" dan "saiton" yang membawa berkahnya.
Mengapa harus "tuhan" dan "saiton"??
Tak pelak, kontroversi "tuhan" dan "saiton" menjadi meluas. Semua berbicara mulai dari rakyat jelata seperti saya hingga para ulama. "tuhan" dan "saiton" memang fenomenal. Kontroversi ini memang bukan salah "tuhan" dan "saiton". Keributan ini muncul (mungkin) karena kesalahan bapak/ibu "tuhan" dan "saiton" yang telah ngawur dalam memberi nama anaknya.
William Shakespeare mengatakan 'apalah artinya sebuah nama.' Bagi William Shakespeare, nama memang mungkin ga ada artinya. Namun bagi kita, nama mempunyai arti dan peran yang penting dalam tatanan sosial kemasyarakatan. Bukankah kita akan merasa marah jika ada orang yang memanggil kita monyet atau anjing misalnya.
Nama yang bagus tentu saja akan membawa kepercayaan yang lebih pada yang punya. Saat sekarang, nama adlah Gaya Hidup. Inilah mengapa, saat ini banyak sekali orang tua yang memilihkan anaknya nama yang sangat indah, bahkan kadang cenderung sulit di eja. Ada yang mengambil nama dari film, ada yang mengambil dari novel, bahkan ada yang mengambil nama dari komik. Berbeda dengan orang jaman dahulu yang cukup simpel dalam memberi nama, seperti Sabar, Subur, Suprapto, Sukarno, atau Tulus misalnya. Namun, sebagian besar dari orang tua, baik jaman dulu atau sekarang, hampir pasti memilihkan nama yang baik, nama yang mengandung doa, nama yang membawa harapan.
Kembali kepada "tuhan" dan "saiton". Pertanyaannya adalah kenapa orangtua mereka memberi nama seperti itu. Banyak jawaban yang mengemuka tapi hanya sekedar analisa belakan. karena orangtua "tuhan" dan "saiton" sudah tiada dan tidak dapat dimintai jawabannya.
Sebenarnya bagaimana etika memberi nama ??
Semua ajaran dan semua agama hampir dipastikan memberikan penjelasan pentingnya memberi nama anak yang baik.Tidak boleh memberi nama yang semabrangan kepada anak. Nama adalah doa, nama adalah harapan. Saya akan memberikan contoh bagaimana etika memberi nama kepada anak menurut Islam, ajaran agama yang saya yakini.
Islam secara umum, memberikan keluasan kepada orang tua memberi nama anaknya. Hal paling penting adalah nama itu harus mengandung doa dan harapan yang baik. Namun demikian, Islam juga memberikan rambu-rambu mengenai nama-nama yang tidak boleh dipakai dan harus dihindari.
Adapun nama-nama yang tidak boleh dipakai adalah:
- Penggunaan nama-nama penghambaan kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala baik dari matahari, patung, manusia, dan selainnya misalnya Abdur Rosul (hamba Rosul), Abdun Nabi (Hamba Nabi),Abdul Ka’bah (hamba Ka’bah), Abdus Syamsu (hamba matahari), dan lain-lain
- Memberi nama dengan nama-nama Allah, misal: Rahim, Rahman, Khalik, dan lain-lain.
- Memberi nama dengan nama-nama patung/berhala atau sesuatu sesembahan selain Allah, misalnya Al-Lat, al-Uzza, dan lain-lain.
- Setiap nama yang memuji (tazkiyah) terhadap diri sendiri atau berisi kedustaan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, ” Sesungguhnya nama yang paling dibenci oleh Allah adalah seseorang yang bernama Malakul Amlak (raja diraja).” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
- Memberi nama dengan nama-nama setan, misal al-Ajda’ dan lain-lain.
Selain ada nama-nama yang mutlak tidak boleh dipakai, ada pula nama-nama yang dimakruhkan (sebaiknya dihindari dengan sangat). Berikut ini nama-nama yang dimakruhkan:
- Dimakruhkan memberikan nama anak dengan nama-nama perbuaan-perbuatan jelek atau maksiat.
- Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama pengikut Fir’aun: Misal Fir’un, Qarun, Haman.
- Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama hewan yang dikenal dengan sifat jeleknya, misalkan: Anjing, Keledai, dan lain-lain.
Apa yang harus dilakukan "tuhan" dan "saiton"??
Tuhan bersikukuh untuk tidak mengganti namanya. Tuhan meyakini nama itu adalah pemberian orangtuanya dengan tujuan yang baik.
“Saya tidak akan mengganti nama saya, kan itu pemberian orangtua. Selain itu, jika ganti nama, maka semua dokumen juga harus ganti; KTP, surat nikah, ijazah, dan surat-surat lainnya,” kata Tuhan, Selasa 25 Agustus 2015.
Fenomena ini memang unik.. nama memang hak pribadi. Terserah orang mau memberi nama anaknya pa. Terserah orang mau mengganti namanya dengan nama apapun juga.
Bagi saya biarkanlah "tuhan" dan "saiton" tetap bernama "tuhan" dan "saiton", selama mereka tidak berperilaku seperti Tuhan dan Syaiton. Toh nantinya, mereka sendiri, "tuhan" dan "saiton" yang akan mempertanggungjawabkan namanya di hadapan TuhanNya.
Akhirnya SO-GHI hanya bisa menyatakan bahwa ternyata nama itu ada artinya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H