Mohon tunggu...
Budi Hari C
Budi Hari C Mohon Tunggu... Buruh Swasta -

Wong Ndesooo.... Hanya ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

SO-GHI : Produk China, Sebuah Ironi.. Fakta atau Mitos Belaka..

27 Agustus 2015   07:33 Diperbarui: 27 Agustus 2015   07:33 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : sindonews(dot)net 

 

Malam ini, sebuah posting masuk ke salah satu group WA saya. Posting itu memuat sebuah tautan berita dari sebuah portal berita online. Ngeri ngeri sedap beritanya. Begini judulnya “China Borong Proyek Infrastruktur RI, Pengusaha: Jadi Ingat Kualitas Bus Impornya”. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah komentar-komentarnya. Semuanya berujung rasis.

Saya sendiri, jujur, ketika mendengar produk china, maka yang langsung teringat dan terbayang adalah handphone dan sepeda motor. Handphone murah meriah yang membanjiri pasar Indonesia. Handphone sejuta umat tetapi berumur seumur jagung. Demikian juga sepeda motornya. Berumur sampai 5 tahunpun sudah bersyukur.Dalam pemikiran saya, produk china memang berkualitas KW alias murahan.

Sebenarnya, seberapa burukkah kualitas produk china??

Vice President Kadin Indonesia Bidang Koordinasi Perekonomian Wilayah Tengah, Iwan Darmawan Hanafi dalam berita itu mengatakan bahwa dia mengaku was-was dengan kondisi ini. Alasannya adalah realisasi rencana investasi dari China tidak bagus. Dia membandingkannya dengan realisasi proyek dari Jepang. Dari data BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), China ini realisasi dan komitmen 1:10, kalau Jepang 6,5:10. Artinya dari 10 proyek China, hanya 1 yang terealisasi, beda sama Jepang.

Kualitas produk china relatif jelek. Iwan dalam berita itu mengatakan bahwa kualitas infrastruktur dari China tidak bagus. Ini terlihat dari kualitas pembangkit listrik asal China dalam program pembangunan pembangkit 10.000 MW pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Belum lagi kasus bus trans Jakarta yang sering mengalami masalah.

Namun menganggapi isu tersebut, ada tanggapan menarik dari Ketua Persatuan Pengusaha Tionghoa Indonesia Richard Tan. Dia menampik bahwa produk buatan China adalah murahan. Dia mengakui jika produk-produk China berharga murah. Namun, soal kualitas yang rendah, kata dia, itu hanya pandangan masyarakat lantaran belum terbiasa.

Richard tan memberberkan kenapa produk China bisa murah. Bagian ini yang saya anggap paling mengerikan. Dia mengatakan bahwa produk china bisa murah karena karena perusahaan china menyesuaikan harga dan kualitasnya. Misalkan, mau motor harga Rp 20 juta bisa, minta yang Rp 10 juta juga bisa. Jadi murah dengan murahan itu berbeda

Bagi saya ini sungguh mengerikan. Pikiran saya langsung melayang membayangkan kondisi kekinian di Indonesia, terutama dalam dunia proyek. Tak dapat disangkal dan dibantah, bahwa hamper semua proyek di Indonesia masih direcoki oleh mafia-mafia. Korupsi masih berjalan di bawah tanah. Saya tak bisa membayangkan, dengan prinsip kualitas menyesuaikan harga, apa jadinya jika perusahaan china yang menjadi pemborong proyek pembangunan Jembatan misalnya. Kolaborasi prinsip perusahaan china dan habit pejabat yang mesih cenderung korup, merupakan kolaborasi yang sungguh ngeri-ngeri sedap.

Saya mau berbagi sedikit pengalaman saya di dunia proyek..

Saya beberapa kali bekerja membantu tim teknis perusahaan baik swasta maupun BUMN untuk tender pengadaan barang. Uniknya, jalan pemikiran tim teknis tersebut sangat bertolak belakang dengan fenomena saat ini, dimana pemerintah dengan “mudah”nya meloloskan kontraktor china masuk ke Indonesia. Tim Teknis ini dengan jelas dan lugas mengatakan bahwa mereka “secara teknis” tidak mau lagi memakai produk buatan china. Hal ini bukan didasarkan pada opini dan prasangka belaka, tetapi didasarkan pada fakta dan pengalaman mereka sebelumnya. Harga yang murah membuat mereka tertarik menggunakan produk china, tapi apa mau dikata produk yang dihasilkan jauh dari kualitas yang diharapkan. Akibatnya, biaya justru membengkak lebih besar karena adanya biaya perawatan yang lebih dari biasanya.

Bagi para pemangku kebijakan..

Anda mau pinjam uang dari China.. silahkan

Anda mau impor kain tekstil dari china... saya tidak bisa melarang..

Anda mau impor hape dari china... saya tak bisa menolak

Tapi tolong...

Anda jangan dulu import kontraktor China ke Indonesia...

Tapi sayang, ini hanyalah opini dan suara dari rakyat bawah yang tidak mungkin gaungnya terdengar sampai ke awing-awang. Faktanya, beberapa proyek besar sudah dikuasai kontraktor china. Dari situs Sekretariat Kabinet disebutkan, proyek infrastruktur yang menggandeng China antara lain:  pembangunan 24 pelabuhan, 15 bandar udara (bandara), pembangunan jalan sepanjang 1.000 kilometer (km), pembangunan jalan kereta api sepanjang 8.700 km, serta pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 mega watt (MW). Tak cuma itu, China juga akan terlibat dalam pembangunan jalur kereta api super cepat Jakarta - Bandung dan Jakarta - Surabaya. Sayang, pemerintah tak menyebutkan nama proyek berikut besaran nilai proyek

Saya kemudian tidak sanggup membayangkan, bahwa jembatan dan jalan di Indonesia di masa mendatang yang akan dinikmati oleh anak cucu kita bakal berkualitas seperti HP China…Saya tidak bisa membayangkan ada jembatan ambruk ketika dilewati ratusan kendaraan bermotor. Saya tidak bisa membayangkan gedung roboh ketika jam-jam kantor. Saya tidak bisa membayangkan rel kereta api yang gampang memuai ketika terkena panas matahari. Saya terlalu lebay… mungkin.

Saya sebagai salah satu penghuni di Republik ini, sungguh berharap. Berharap bahwa Pemerintah masih mempunyai hati nurani. Boleh anda membelanjakan uang rakyat untuk barang murah tapi tolong jangan barang murahan.

Gaya hidup Pemerintahan sekarang memang kelihatannya agak kechina-chinaan, berbeda dengan gaya hidup pemerintahan sebelumnya yang ke-amerika-amerikaan. Nyaris sama dengan gaya hidup sebagian besar masyarakat yang kepengen wah dengan kemana-mana membawa HP berlayar besar yang kualitasnya prlu dipertanyakan..

Akhirnya SO-GHI berkata, "Produk China..sebuah Ironi memang.."

 

Disclaimer :

Opini ini bukan membicarakan orang china secara Negara dan personal, tapi mengkritisi china sebagai sebuah produsen.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun