Mohon tunggu...
Budi Hari C
Budi Hari C Mohon Tunggu... Buruh Swasta -

Wong Ndesooo.... Hanya ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Biker Moge, Mau Merdeka! Terbanglah Ke Saudi..

18 Agustus 2015   15:19 Diperbarui: 18 Agustus 2015   15:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mimik Somat terlihat sangat serius ketika membaca sebuah opini di Koran lokal. Di sore itu..

‘Ini masih coretan tentang moge..alias motor gedhe..

Pagelaran Jogja Bike Rendezvous yang sudah berakhir minggu kemarin, masih menyisakan buntut yang menarik untuk dibahas. Beberapa ‘event’ yang terjadi saat pagelaran itu terjadi, justru lebih memenuhi headline media social daripada puncak event yang sebenarnya yaitu upacara bendera 17 Agustus di Prambanan oleh para biker tersebut. Mulai aksi oknum biker moge yang bertindak ‘arogan’, tidak menghormati pengguna jalan lain, dan bertindak ‘pengecut’ dengan melarikan diri ketika mencederai property orang lain. Aksi fenomenal yang mengalahkan semua acara yang digelar oleh Jogja Bike Rendezvous, tentu saja adalah aksi Elanto Wijoyo dan kawan-kawannya yang mengkritik ‘keangkuhan’ para biker moge itu dengan menghadangnya untuk mematuhi peraturan lalu lintas.

Apapun penjelasan yang diberikan oleh pihak biker moge tersebut, mulai dari ketua panitia Jogja Bike Rendezvous hingga ketua umum HDCI Nanan Sukarna, tidak mampu meredam opini negative dari public menganai biker moge. Opini itu sudah terlanjur melekat kuat terpatri terpaku dan dilem besi di otak public, dan sayangnya kelakuan oknum biker itu semakin menambah rekatnya opini bahwa biker khususnya moge adalah biker yang angkuh dan arogan.

Disisi lain menarik untuk disimak testimony seorang biker moge yang ditulis di situs KASK*S yang banyak diperbincangkan. Inti testimony dan ‘pembelaannya’ adalah bahwa moge itu motor special sehingga perlu perlakuan special. Moge apalagi kalau dalam barisan konvoi harus selalu berjalan cepat minim hambatan di jalan demi kebaikan pengguna moge sendiri dan pengguna jalan lain. Alasan yang sebenarnya ‘masuk akal’ walau memang masih sedikit terlihat arogannya hehe. Namun alasan yang ‘masuk akal’ tadi menjadi ‘diluar akal’ bagi orang lain. Bukannya mendapat simpati, testimony itu justru mendapat hujatan luar biasa. Baca sendiri di KASK*S ya komen-komennya…menyesakkan dada.

Satu hal yang menancap dalam pikiran saya adalah bahwa persoalan utama dari pro kontra moge  ini selain memang karakter bikernya adalah JALAN. Dari testimony sang biker dapat disimpulkan (secara sepihak hehe) bahwa moge itu harus mendapat perlakuan khusus di jalan karena harus selalu berjalan cepat. Pengguna jalan lain harus ‘memaklumi’ kesepesialan dari moge ini, mereka harus minggir bahkan berhenti untuk menghormati moge yang lewat. Namun sayang, kondisi jalan dan heterogennya pengguna jalan di Indonesia tidak mendukung kesepesialan moge. Jalannya terlalu riuh rendah dan relatif sempit untuk dilalui moge.

Maka, saya mengusulkan kepada para biker moge yang konon katanya motornya kalau jalan harus selalu cepat untuk kalau mengadakan kegiatan, lakukanlah di tempat yang kondisi jalannya lebar, mulus, lurus, dan sepi. Dan saya yakinkan bahwa di Indonesia jalan seperti itu tidak akan anda temukan kecuali anda mau menyewa dan menutup Jalan Tol Cipali.

Maka jika memang moge adalah motor special, maka adakanlah acara di tempat yang special. Ditempat yang infrastruktur jalannya sangat pas dengan kesepesialan moge dan yang penting anda para biker moge, tidak akan pernah di hujat. Dan saya usulkan tempat tersebut adalah di Negara-negara Timur Tengah. Ya benar neagara di kawasan timur tengah. Siapapapun yang pernah ke timur tengah, minimal pernah ke Sauydi Arabia akan melihat bahwa jalanan di sana akan bikin ngiler para biker moge. Jalan antar kotanya sungguh puanjaaaang, mulusssss, luebaaarr dan lurusssssss. Cocok untuk menggeber moge moge yang special.

Para sahabat pemilik moge sekalian, Saya yakin, pemilik moge pastilah orang berduit. Tidaklah sulit bagi kalian untuk mengangkut mogenya ke sana. Para bikers moge, yakinlah anda akan MERDEKA disana. Disana, tidak aka nada sepeda ontel yang akan menggangu laju motor anda. Tidak akan ada para pejalan kaki yang menyeberang jalan di zebra cross. Tidak aka nada lampu merah setiap 100 meter yang menghentikan rauangan motor anda. Tidak akan ada yang menhujat anda, Dan yang terpenting disana tidak akan da Elanto lagi yang menghadang anda di jalanan.

Jika memang para biker moge tidak sanggup kesana dan tetap ingin menjadi ‘raja’ dijalanan Indonesia, mungkin cuitan Ahmad Dhani di twitter benar adanya. “Mengingat Indonesia jalan rayanya tidak pantas untuk MoGe... Sebaiknya dilarang saja Moge itu dan dijadikan barang antik saja," tulis Ahmad Dhani lewat akun Twitter-nya, Minggu (12/4) malam.’

“Tulisan gendheng… lha mogeku yang mahal itu gimana nasibnya kalo ga boleh dipakai”, gerutu Somat..

“Punyakmu itu bukan moge Kang.. tapi toge hahaha… mendingan dijual saja dijadikan sapi..buat mbajak sawah lebih bermanfaat”, kata Samin yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Somat sambil tertawa terbahak bahak.

“Gundulmu…”.

 

gambar courtesy of persisalamin(dot)com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun