Mohon tunggu...
Al May Yusuf Kurniavan
Al May Yusuf Kurniavan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Udayana

suka menulis dan membuat konten di Instagram

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik laut China Selatan dan Solusi Penyelesaiannya

31 Mei 2024   18:05 Diperbarui: 31 Mei 2024   18:18 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laut China Selatan merupakan salah satu wilayah maritim yang paling diperebutkan di dunia. Wilayah ini tidak hanya kaya akan sumber daya alam, seperti minyak dan gas bumi, tetapi juga merupakan jalur pelayaran internasional yang sangat strategis. Beberapa negara, termasuk Tiongkok, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan, memiliki klaim teritorial di wilayah ini, yang sering kali tumpang tindih dan memicu ketegangan.

Latar Belakang Konflik

Klaim teritorial di Laut China Selatan sangat kompleks. Tiongkok mengklaim hampir 90% wilayah ini berdasarkan peta "sembilan garis putus-putus" (nine-dash line), yang menurut mereka didasarkan pada sejarah kuno. Klaim ini mencakup hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk wilayah yang juga diklaim oleh negara-negara ASEAN. 

Negara-negara seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei memiliki klaim berdasarkan UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea), yang memberikan hak kepada negara-negara pesisir atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mereka.

Kepentingan Ekonomi dan Strategis

Laut China Selatan diyakini memiliki cadangan minyak dan gas bumi yang sangat besar, yang menjadikannya sebagai salah satu wilayah paling menguntungkan untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Selain itu, lebih dari satu pertiga perdagangan maritim dunia melewati wilayah ini, menjadikannya sangat strategis secara ekonomi dan militer. Kendali atas Laut China Selatan berarti memiliki akses dan kontrol atas jalur perdagangan global yang sangat penting ini.

Eskalasi Militer

Untuk memperkuat klaimnya, Tiongkok telah membangun pulau-pulau buatan dan fasilitas militer di wilayah yang disengketakan. Pembangunan ini termasuk landasan udara, pelabuhan, dan berbagai sistem pertahanan. Langkah ini telah meningkatkan kemampuan Tiongkok untuk memproyeksikan kekuatan militer di kawasan tersebut, menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara tetangga dan meningkatkan ketegangan militer. 

Negara-negara lain, seperti Vietnam dan Filipina, juga meningkatkan kemampuan militer mereka dan memperkuat hubungan dengan kekuatan eksternal seperti Amerika Serikat untuk menyeimbangkan kekuatan Tiongkok.

Upaya Diplomasi dan Hukum

Pada tahun 2016, Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag memutuskan bahwa klaim Tiongkok atas Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum yang sah berdasarkan UNCLOS. Putusan ini mendukung klaim Filipina atas sebagian wilayah yang disengketakan. Namun, Tiongkok menolak untuk mengakui atau mematuhi keputusan tersebut dan terus memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut.

Solusi Penyelesaian Konflik

Untuk menyelesaikan konflik ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan multilateral. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diambil:

  1. Dialog Diplomatik dan Negosiasi: Penting untuk mengintensifkan dialog antara semua pihak yang terlibat. ASEAN dan Tiongkok harus terus melakukan pembicaraan untuk menyusun dan mengimplementasikan Code of Conduct (CoC) yang mengikat secara hukum untuk mengatur perilaku di Laut China Selatan dan mencegah eskalasi konflik.

  2. Penegakan Hukum Internasional: Semua pihak harus berkomitmen untuk mematuhi UNCLOS dan putusan Mahkamah Arbitrase Internasional. Ini termasuk menghormati ZEE negara-negara pesisir dan mengakui hak-hak mereka atas eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam.

  3. Penguatan Kerja Sama Regional: Negara-negara ASEAN harus memperkuat kerja sama mereka untuk menghadapi tantangan bersama di Laut China Selatan. Ini bisa mencakup latihan militer bersama, patroli maritim terkoordinasi, dan pertukaran intelijen.

  4. Peningkatan Kapasitas Pertahanan: Negara-negara yang terlibat harus meningkatkan kapasitas pertahanan mereka untuk melindungi kedaulatan mereka dan menjaga keamanan di wilayah tersebut. Ini dapat mencakup modernisasi angkatan laut dan udara serta peningkatan kemampuan pengawasan maritim.

  5. Peran Aktif Pihak Ketiga: Kekuatan eksternal seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa dapat memainkan peran konstruktif dalam mendukung dialog diplomatik dan memastikan kebebasan navigasi di Laut China Selatan. Namun, keterlibatan pihak ketiga harus diarahkan untuk mendukung solusi damai dan tidak memperburuk ketegangan.

  6. Eksplorasi Bersama: Negara-negara yang terlibat dapat mempertimbangkan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam secara bersama di wilayah yang disengketakan. Kerja sama ini dapat mengurangi ketegangan dan menghasilkan manfaat ekonomi bagi semua pihak.

Kesimpulan

Konflik di Laut China Selatan mencerminkan kompleksitas kepentingan ekonomi, strategis, dan nasional yang saling bertentangan. Untuk mencapai solusi damai, diperlukan komitmen untuk dialog diplomatik, penegakan hukum internasional, dan kerja sama regional. Pendekatan yang inklusif dan multilateral, yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan, adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan ini. 

Hanya dengan bekerja sama, negara-negara di kawasan ini dapat memastikan bahwa Laut China Selatan tetap menjadi wilayah yang damai dan makmur bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun