“Aku tahu kau yang mencuri senjaku selama ini. Aku pun tahu kau memperhatikanku dari kejauhan. Ketahuilah, kegelisahan yang kaulihat itu bukan karena senja yang tak tampak, tapi karena kau tak pernah muncul. Ambillah senja-senja itu untukmu, jika kau suka. Mereka akan mewarnai hari-harimu, membuatnya semakin indah. Biarlah aku mencari senja yang lain. Kamu, misalnya. Kemudian aku yang akan menjadi fajarmu. Bagaimana? Aku akan menunggu jawabanmu. Kau tahu pasti tempat untuk menemukanku.”
Dia pun tersenyum dan berlalu.
03052011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H