Pemikiran  Pendidikan Islam
Muhammad Abduh Dan Kontribusi Pemikiran Pendidikan
Muhammad Abduh Dalam
Pengembangan Teori Pendidikan Islam
Alma Nada Habibah
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
e-mail : almanadahabibah@gmail.com
Abstract
This article discusses the progressive thinking of Islamic education by Muhammad Abduh, who responded to the dichotomy in education in his day. The dichotomy involved Western education that lacked religion and religious education that paid little attention to the general sciences. The integration of these two educations resulted in human characters with different focuses: the former was more concerned with worldly affairs, while the latter prioritized ukhrawi affairs. Muhammad Abduh attempted to reform the goals of Islamic education by emphasizing both worldly and afterlife aspects. He introduced the concept of an integral Islamic education curriculum that combined religious and general sciences. In addition, Abduh proposed effective, varied and innovative teaching methods as part of his efforts to improve the Islamic education system.
Pendahuluan : Muhammad Abduh, seorang tokoh Mesir abad ke-19, memiliki prestasi luar biasa dengan dedikasi besar dalam pemikirannya yang memengaruhi banyak orang. Terinspirasi oleh pemikir Barat, Abduh meyakini bahwa pendidikan Barat adalah kunci kemakmuran. Ia berupaya mengembangkan sistem pendidikan baru di Mesir dan negara-negara Islam, dengan fokus pada modernisasi al-Azhar sebagai pusat pemikiran Islam. Abduh mengkritik sistem pengajaran tradisional yang dianggapnya tidak sesuai dengan kebutuhan modern, termasuk sikap apriori ulama terhadap isu-isu kontemporer.
Pemikiran Abduh tentang pendidikan Islam melibatkan riwayat hidupnya, pandangan terhadap pendidikan, metode pengajaran, reinterpretasi pengetahuan agama Islam, penghargaan terhadap akal dan ilmu pengetahuan modern, serta perlawanannya terhadap taklid. Semua ini memberikan dampak besar di dunia Islam, dengan banyak negarawan, pendidik, dan seniman yang menjadi murid atau pengikutnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis untuk menjelaskan pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan, kontribusinya pada bidang pendidikan, dan dampaknya terhadap perkembangan pemikiran pendidikan Islam. Sumber data terdiri dari karya-karya Muhammad Abduh dan tulisan-tulisan pemikir Islam yang membahas dan menganalisis pemikiran Abduh. Analisis data dilakukan melalui model analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil Pembahasan : Â
Riwayat Hidup
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 di desa Mesir Hilir. Ayahnya, Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki, dan ibunya memiliki silsilah keluarga yang mencapai Umar bin Khatab. Keluarga mereka tinggal di Mahallah Nasr. Abduh dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beragama, namun, perbedaan tahun kelahiran disebabkan oleh kekacauan akhir pemerintahan Kholifah Muhammad Ali Pasya.
Pemerintahan tersebut dikenal karena kebijakan pengumpulan pajak brutal, yang membuat petani berpindah tempat untuk menghindari beban pajak. Ayah Abduh juga terlibat dalam perpindahan tersebut sebagai respons terhadap kebijakan yang tidak sesuai. Kondisi sosial-politik sulit pada masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya membuat kedua orang tua Abduh tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Meskipun demikian, keluarga Abduh Khairullah tetap kuat dalam menjalankan ajaran agama, menjadi dasar utama dalam mendidik anak-anak mereka.
Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh
1.Tujuan Pendidikan Islam
Pada masa itu, Muhammad Abduh mendorong perubahan dalam pendidikan umat Islam, menekankan reformasi tujuan pendidikan. Dalam kontrast antara lembaga pendidikan Barat yang fokus pada aspek kognitif dan sekolah agama yang menitik beratkan pada spiritualitas, Abduh menginginkan pendekatan holistik. Tujuannya adalah menciptakan individu yang kritis, berakhlak mulia, dan memiliki jiwa bersih. Dia memadukan pengembangan akal dan jiwa, meyakini bahwa kebenaran agama dapat dipahami melalui akal. Pendidikan yang ditekankan mencakup pengembangan kecerdasan intelektual dan moral, dengan menanamkan kebiasaan berfikir dan nilai-nilai agama. Abduh percaya bahwa pemahaman yang mendalam tentang ciptaan Tuhan akan meningkatkan keimanan, memandang bahwa penyelarasan antara akal dan agama akan membawa umat Islam menuju perkembangan dan keseimbangan dengan bangsa-bangsa maju.
2.Kurikulum Pendidikan Islam
1. Kurikulum perguruan tinggi al-Azhar, disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat pada masa kini, mencakup pengajaran ilmu filsafat, logika, dan pengetahuan modern. Langkah ini diambil agar lulusan dapat menjadi cendekiawan terampil yang dapat menyatu dengan perkembangan zaman.
2. Kurikulum Tingkat dasar , Muhammad Abduh mendorong pendidikan nilai-nilai agama sejak usia dini, dengan menempatkan agama sebagai inti kurikulum. Ia meyakini Islam sebagai fondasi utama pembentukan karakter Muslim. Kepribadian yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam diharapkan membangun solidaritas dan nasionalisme, mendorong masyarakat Mesir untuk mengembangkan sikap hidup yang lebih baik dan mencapai kemajuan.
3. Â Kurikulum Tingkat menengah dan sekolah kejuruan , Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk melatih tenaga ahli dalam bidang administrasi, militer, kesehatan, dan industri. Dalam kurikulumnya, fokus pada pendidikan agama, sejarah Islam, dan kebudayaan Islam. Di madrasah al-Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu Manthiq, Falsafah, dan Tauhid, bertentangan dengan kebijakan al-Azhar yang melarang Ilmu Manthiq dan Falsafah.
Di rumahnya, Abduh juga mengajarkan kitab Tahzib al-Akhlaq karya Ibn Maskawayh serta kitab sejarah peradaban Eropa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul al-Tuhfat al-Adabiyah fi Tarikh Tamaddun al-Mamalik al-Awribiya. Pendekatan pendidikan Abduh mencakup aspek keislaman, filosofi, dan pemahaman sejarah peradaban Eropa.
3.Metode Pengajaran
Muhammad Abduh berupaya menginovasi metode pengajaran dalam pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah agama. Kritik tajamnya terhadap metode hafalan tanpa pemahaman menyoroti risiko merusak kemampuan berpikir rasional, berdasarkan pengalaman pribadinya di Thanta. Baginya, diperlukan pendekatan lebih rasional dan mempromosikan pemahaman agar siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami materi secara menyeluruh.
Abduh memperkenalkan metode munadzarah (diskusi) sebagai inovasi pembelajaran, memberikan peluang kepada pelajar untuk bertanya dan mengembangkan sikap ilmiah. Selain itu, ia mengembangkan metode sistematis dalam menafsirkan Al-Qur'an dengan lima prinsip utama, termasuk menyesuaikan ayat-ayat dengan peristiwa masyarakat, menjadikan Al-Qur'an sebagai kesatuan, menggunakan surat sebagai dasar, menyederhanakan bahasa penafsiran, dan tidak mengabaikan konteks sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur'an.
4. Konsep Pendikan Wanita
Menurut Muhammad Abduh, seorang pemikir Islam, berpendapat bahwa wanita seharusnya memiliki hak pendidikan setara dengan laki-laki, karena menurutnya, hak-hak lelaki dan wanita diberikan secara sama oleh Allah, sebagaimana tertera dalam ayat al-Qur'an. Ayat-ayat tersebut menyatakan kesetaraan lelaki dan wanita dalam memperoleh keampunan dari Allah, baik dalam urusan dunia maupun agama. Abduh meyakini bahwa pembebasan wanita dari kebodohan dapat dicapai melalui pendidikan yang layak. Meskipun menghadapi perlawanan dari kalangan ulama tradisional, Abduh gigih dalam upayanya untuk memberikan akses pendidikan yang setara kepada perempuan. Meskipun belum sepenuhnya berhasil, upaya reformasi pendidikan Abduh berdampak signifikan terhadap perubahan sistem pendidikan, terutama di Mesir dan dalam konteks pendidikan Islam secara umum.
Kontribusi Pemikiran Pendidikan
Muhammad Abduh Dalam
Pengembangan Teori Pendidikan Islam
Muhammad Abduh, sebagai pelopor reformasi pemikiran Islam, menekankan pentingnya purifikasi ajaran Islam untuk menghindari bid’ah dan khurafat yang dianggap mengakibatkan kemunduran umat Islam.
Dalam bidang pendidikan, Abduh berusaha mereformasi perguruan tinggi Islam, khususnya di Al-Azhar, dengan menekankan pentingnya mempelajari buku-buku klasik dan sains-sains modern untuk memahami sebab-sebab kemajuan yang dicapai oleh masyarakat non-Muslim.
Pemikiran Abduh juga mencakup reformulasi ajaran Islam dengan membuka pintu ijtihad dan menolak pandangan bahwa penafsiran ulama pada tiga abad pertama Islam tidak boleh dibantah lagi. Reformulasi ini mengusung ide bahwa ajaran Islam perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Abduh menentang dualisme dalam pendidikan, mengusulkan penyatuan ilmu pengetahuan dan Islam. Sebagai teolog modernis, ia meyakini bahwa agama dan ilmu pengetahuan tidak bertentangan, dan sekolah seharusnya mengintegrasikan keduanya tanpa dualisme.
Dengan demikian, Muhammad Abduh memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan teori pendidikan Islam yang kritis, menyadarkan umat Islam akan pentingnya pemurnian ajaran, reformasi pendidikan, reformulasi pemikiran, dan penyatuan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Muhammad Abduh merupakan sosok yang berperan dalam pembaruan pendidikan Islam. Pembaruan tersebut mencakup beberapa aspek, antara lain:
1. Tujuan Pendidikan: Abduh mengubah tujuan pendidikan Islam dari statis menjadi dinamis, menekankan keseimbangan antara aspek kognitif dan afektif.
2. Kurikulum: Melakukan pembaruan kurikulum dengan menerapkan model terpadu, termasuk pelajaran filsafat, mantiq, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu agama. Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan antara pendidikan keagamaan dan umum di sekolah-sekolah modern dan tradisional.
3. Metode Pembelajaran: Memasukkan metode munadzarah atau diskusi untuk memberikan pendekatan interaktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran.
4. Pendidikan Wanita: Salah satu pembaruan penting adalah memberikan pendidikan wajib bagi wanita, menunjukkan kesetaraan dalam akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan.
Dengan langkah-langkah ini, Abduh berusaha menciptakan perubahan signifikan dalam sistem pendidikan Islam, mengintegrasikan nilai-nilai modern tanpa kehilangan esensi ajaran agama.
Daftar Pustaka
Al-Bahiy, Djarnawi. 1986. Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka Pandji Mas.
Djamali, Fadhil. Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, Jakarta: Golden Terayon Press, 1988.
Asari, Hasan. 2002. Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan dan Gerakan, Bandung: Citapustaka Media.
Dasoeki, Hafidz. Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Mohammad, Herry. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta; Gema Insani.
Ramayulis & Samsul Nizar. 2006. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Aziz, Ahmad Amir. 2009. Pembaharu Teologi: Perspektif Modernisme Muhammad Abduh dan
Neo-Modernisme Fazlur Rahman, Yogyakarta: Teras.
Abduh, Muhammad. (1976). Risalah Tauhid, Terj. Firdaus. A. N. Jakarta: Bulan Bintang.
Iqbal, Abu Muhammad. (2015). Pemikiran Pendidikan Islam: Gagasan-Gagasan Besar Para
Ilmuwan Muslim, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mohammad, Herry. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta; Gema Insani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H