Hari Jumat, sehabis makan siang ada janji ketemu klien di Pasar Pabean. Dari pembicaraan ditelepon, ia seorang pedagang besar kopi dan rempah-rempah. Kelihatannya sepele, dagang komoditas kopi dan rempah-rempah tapi omzetnya ternyata wah! Terbukti dia juga punya sejumlah rumah di Citraland, salah satu kompleks perumahan elit di Surabaya. Anak-anaknya kuliah di Singapura, dan istrinya entah kemana. Saya ngga mau terlalu mengorek kehidupan pribadinya. Jam 2 lebih lima belas menit saya tiba di stand tempat dia berjualan di pasar Pabean. Dari kesan pertama terlihat, orang ini masih muda, mungkin selisih 8-10 tahun lebih tua dari umurku. Maka kuputuskan untuk memanggilnya 'Kokoh. Menurut penuturannya, ia pengin menginvestasikan sebagian dananya di pasar derivatif. Ia menyebut angka 1 M sebagai modal awal atau margin awal. Wow! Pikir saya surprised banget. Jarang-jarang ada yang punya kesadaran berinvestasi sebesar itu. Biasanya Cuma 100-300 juta saja. Ia bercerita punya lebih dari itu, tapi sayangnya bukan dana nganggur, tapi duwit yang harus ia putarkan untuk bisnisnya. Sebagian disisihkan sebagai deposito di bank. Katanya, jangan meletakkan telor dalam satu keranjang. Jika satu telor pecah, maka pecahlah telor satu keranjang. Tapi letakkanlah telor dalam banyak keranjang, jika satu telor pecah, masih ada telor di keranjang yang lain. Hmm...boleh juga falsafahnya, tapi kalau keranjangnya bolong gimana? Menurut saya, 1 milyar itu punya keleluasaan mengambil resiko dibanding dengan uang 100 juta. Ibarat menembak musuh menggunakan sekotak peluru dibandingkan dengan mengunakan beberapa butir peluru saja kan lebih mantab yang pake sekotak. Mau nembaknya sambil merem-merem atau ngawur, pasti kenanya, itu kelebihannya. Tapi kalo ngawur-ngawur banget ya kebangeten namanya, apalagi kalo sampe habis peluru....sial dong! Berbeda dengan memakai sedikit peluru, orang akan berpikir 100 kali untuk menembak, karena harus tepat sasaran...hampir tanpa resiko. Karena kalo ngga tepat sasaran, kan cepet habis tuh peluru. Diantara dua perbandingan itu sebenarnya besar kecilnya dana sebenarnya sama saja. Sekotak peluru bisa membuat orang ceroboh, tapi sedikit peluru bisa membuat orang lebih hati-hati. Jadi, besar atau kecil ngga ada bedanya, tergantung cara mengelolanya. Ngomong-ngomong soal mengelola dana, yang jelas si pengelola harus punya management resiko yang baik. Jika resiko yang mampu ditanggung pemodal hanya 25% saja, maka ia harus disiplin dengan batasan resiko itu, tentunya dia juga harus berpikir tentang perencanaan. Misalnya, memakai time frame berapa, mau short term atau long term. Karena hal ini akan berkaitan dengan batasan resiko dan ekspektasi keuntungan. Bagi modal kecil, sebaiknya main "day trade" (short term) aja dengan time frame 5-15 menit. artinya, ditime frame tersebut ia bisa melakukan 'hit and run', 'nggepuk trus lari.' Kelemahan sistem ini, keuntungan tidak bisa maksimal, hanya berkisar 30-50 points. Kalau market lagi volatile atau fluktuatif bisa agak lumayan sih sampai 100-200 points, bisa saja. Tapi memang modal kecil ya jangan terlalu berharap keuntungan yang besar, 'low risk-high return' yang ada juga 'high risk-ya high return' to. Keuntungan yang besar bisa didapat dengan cara bertransaksi dengan time frame 4 hours, daily, weekly bahkan monthly. Apalagi dipasar indeks regional Asia yang bernama Hangseng itu mengenal adanya gap (lompatan) harga karena pengaruh indeks Amerika (Dow Jones). Dan kalau sudah nge-gap, ngga tanggung-tanggung....bisa sampai 1.600 points, wuihhh!! gila.....! Kalu posisi nginepnya (over night) bener, bisa jadi a huge profit lho, panen raya-lah pokoknya!Lha kalo salah posisi gimana? Ya kebalikannya to, bisa loss, rugi alias amsiong. Makanya perlu dipertimbangkan masak-masak untuk memutuskan over night atau tidaknya. Seorang pengelola dana harus tahu benar arah pasar esok hari atau beberapa hari kedepan. Dengan prediksi yang bener kita ngga akan salah masuk posisi. Tapi sekali lagi, over night tidak disarankan untuk dana kecil! Baru serius-seriusnya menjelaskan soal salah posisi, si Kokoh berceloteh, "eh Mba, enak juga kali ya kalo tradingnya ditemenin Mba sambil 'klesedan'(santai, tidur-tiduran)..." Hah! Dapurmu iku! batinku...orang lagi serius kerja malah dikasih guyonan nakal. "Bener lho Mba, kayaknya aku mau gitu deh! Soalnya denger-denger dari temenku, banyak yang rugi tuh!udah biasa kok kalo kita invest ya dikasih servis plus-plus...." Kampret si Kokoh! "Ayo lek berani, tak kasih 1 M tapi ya gitu deh...servis ranjang!" Sudah kuduga, jurusannya pasti kesitu. Batin saya misuh-misuh, kok? Kurang ajar...!!! "Berani tah? Nanti ditentuin ndek mana gitu..." si Kokoh semakin provokatif menggiringku. Sejurus kemudian kupandangi si Kokoh, serius ngga sih nih orang. Soalnya lama berkecimpung dibidang ini lama-kelamaan memaksa saya untuk bisa baca orang juga. Suami saya bilang, dari 1000 laki-laki di Surabaya hanya ada 1 saja yang baik, yaitu dia, selebihnya buaya....itu gombalan dia aja kali ya! saya ngga tahu sudah ada survei atau belum, yang jelas suami pernah ngomong begitu...he..he... Walah 1 M? ternyata gak gratis! buntutnya ya ke seks juga, tiwas saya ke-ge-er-an. "Oalah Koh, ngomong kek dari tadi. Kadung saya ngoceh-ngoceh serius, Kokoh bercanda." "Lhoh beneran ini! mau tah? Lek rugi gak po-po wis! yang penting aku ndapetin kamu..yok opo?" Ini orang, guoblok bener ya. Dengan 1 M kan dia bisa beli perempuan muda dan cantik, bukan sebaliknya.... "Gini Koh, nanti kalo Kokoh investnya segitu dapet bonus laptop atau Blackberry. Tapi ada syaratnya, harus transaksinya banyak, " terangku masih berusaha mengalihkan. "Emoh lek laptop ato Blackberry. Aku isa beli dhewek kok." "Lha trus Kokoh maunya apa?" "Yo yang gak isa tak beli gitu, yok opo?" "Maksudnya Kokoh ini apa ya?" "Mosok lu gak tau..." Saya sih bener-bener tahu, cuma berupaya negoisasi sambil ngulur-ngulur waktu aja. "Maksud Kokoh servis yang kayak temene Kokoh itu tah? Yo wis Koh, saya setuju...Servisnya habis transfer lho Koh!" Duh saya bener-bener gila apa, kok bisa-bisanya mutusin. Tapi dalam otak saya berkembang cara untuk ngakalin si Kokoh. Tetep dapet clossingan, tapi tidak dengan cara gituan.... Seminggu setelah pertemuan, si Kokoh sign agreement dan transfer esok harinya. Hari itu juga saya trading-kan dengan cara DQ (out cry) sebanyak 90 lots. Lebih dari BEP (Break Even Point) sedikit langsung likuidasi. Masuk lagi 90 lots, lebih dari BEP cepet-cepet saya likuid. yang penting si Kokoh ngga rugi, malah lebih duwitnya! Saya cuma meminjamnya saja sebentar! Sungguh, cuma pinjem sebentar....Saya juga baru kali menggunakan taktik begini, habis mau gimana lagi. Saya pun ngga pernah berharap melakukannya lagi. Malam hari si Kokoh telpon ngajak janjian di hotel bintang 4, saya tenang-tengan saja. "Koh, sudah terima statement ya? Tadi siang ada transaksi, untung dikit sih..." Dikejauhan si Kokoh nagih janji, "iya kali, ngga tak liak tuh! Kamu dateng kesini yo, udah tak tunggu...." "Mo ngapain Koh? Kok pake booking kamar segala? Oh iya, saya ngga akan kesana Koh, walau sampe kiamat pun saya ngga akan kesana....Kokoh bisa ambil kok duwit Kokoh, besok form withrawal-nya saya fax. Sorry ya..." batin saya bersorak menang, horeee!!Ngga peduli si Kokoh melontarkan pisuhan di telepon....."ja****k kamu!!!" Emang gue pikirin...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H