Mohon tunggu...
Al Makur
Al Makur Mohon Tunggu... Petani - Anak petani

Albertus Makur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Senyum Ayah

26 Mei 2021   10:48 Diperbarui: 26 Mei 2021   11:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cinta dan senyum Ayah adalah damai sejatera,. Ayah Aku hanya ingin membuatmu bangga, meski yang terjadi tak selalu bisa sama dengan apa yang aku harapkan,
Ayah, yang tak banyak bicara terkesan tidak peduli, tetapi sesungguhnya yang ada dalam hatinya hanyalah kita"

Kucuran keringat hembusan nafas terenga-enga dibalik kesuksesan anaknya yang diimpikan ayah. mengingat betapa istimewahnya sosok ayah ketangguhan dan penuh harapan.

Yang pasti ketidak suksesan itu ialah doa ayah yang belum di kabulkan dan sebaliknya.

Ayah laksana mata air yang mengalir jernih turun dari gunung. Nasihatnya adalah penguat jiwa harapan dan doa, sikapnya adalah teladan, perhatiannya adalah kehangatan yang selalu dirindukan. Ayah berdiri di depan dan mengajak di tengah berteladan dari belakang doa dan dorongan, itulah ayah yang tak pandai menunjukan sayang ya hingga terkesan seolah tak peduli.

ayah aku ingin sukses dan mengabulkan doa ayah
Aku mau katakan bukan saatnya untuk menyerah dan mengeluh tetapi setiap waktu untuk bekerja, ayah dan ibu doakan aku selalu. 

Ayah tidak hanya menjadi nakhoda dalam bahtera rumah tangga. Jaminan surga atau neraka tergantung pada kualitas seorang ayah. Dalam diamnya, ayah selalu berharap agar anak-anaknya bisa menjadi lebih baik daripada dirinya.

Hingga kini di kesepian ini merindukan senyum bahagiamu ayah.

Diantara gebukan dram, dentingan piano, mengusik memenuhi kota surabaya ini sebenarnya tak mengurangi pesan ayah di lubuk hati, ayah aku merindukan kembali masa kecil ku bersamamu, aku pengen dipukul lagi oleh ayah seperti sewaktu aku kecil, aku pengen dimarahi ayah sewaktu aku masih kecil, sebab kemarahan ayah yang penuh kasih sayang. 

Akhir kata kuucapkan terimah kasih ayah, engkau terbaik dan sejauh ini aku aku masih segar dan semangat karena doamu. Salam buat ibu karena telah melahirkan anak seganteng aku ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun