Mohon tunggu...
Lintas Sejarah
Lintas Sejarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uinsu Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Saya mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dengan konsentrasi dalam Sejarah Peradaban Islam. Minat saya pada eksplorasi sejarah, terutama peradaban Islam. Kegemaran saya menulis dan membaca karya-karya sejarah peradaban Islam. Saya memahami kontribusi keberagaman budaya dan pengetahuan dunia Islam dalam membangun Cordoba dan Granada di Spanyol. Saya menggali peran intelektual Muslim dalam matematika, astronomi, dan kedokteran melalui penulisan. Sejarah penting untuk memahami identitas dan peradaban manusia. Menulis dan membaca sejarah mengajarkan untuk menghargai perbedaan dan keragaman masyarakat. Hobi menulis dan membaca sejarah bukan hanya hiburan, tapi juga sarana belajar dan berkembang sebagai individu yang lebih luas pemahamannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Itu Indah! Mahasiswa UIN Sumatera Utara Mengunjungi Klenteng cie Ci Kiong

31 Oktober 2024   22:02 Diperbarui: 1 November 2024   03:30 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 31 Oktober 2024, di hari Kamis pukul 14:00 WIB, sekelompok mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara mengunjungi Kelenteng Cie Ci Kiong di Jalan Pukat Banting 2 No.52, Mandala. Mereka berasal dari jurusan Sejarah Peradaban Islam, Studi Agama dan Akidah, serta Filsafat Islam. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat kerjasama antar umat beragama dalam wadah toleransi agama di Indonesia.

Dalam acara tersebut, terdapat forum diskusi yang dipandu oleh Dr. Hotmatua Paralihan M.Ag, seorang dosen yang ahli di bidangnya. Diskusi ini menjadi momen penting untuk saling berbagi pemahaman antarumat beragama. Contoh konkret seperti sharing pengalaman hidup beragama, diskusi tentang nilai-nilai kehidupan beragama, dan upaya memahami perbedaan keyakinan merupakan beberapa topik yang dibahas. Hal ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antarumat beragama.

Dengan adanya forum ini, diharapkan tercipta lingkungan yang lebih inklusif dan saling menghormati antarumat beragama di Indonesia. Keberagaman agama menjadi kekuatan dalam menyatukan perbedaan. Semangat untuk terus memperjuangkan toleransi agama harus terus ditingkatkan agar Indonesia tetap menjadi contoh harmoni antarumat beragama di dunia.

Pak Dr. Hotma Hotmatua Paralihan M.Ag, seorang dosen dan kepala program studi jurusan sejarah peradaban Islam, menyampaikan pandangannya. Tiongkok tidak dapat dipisahkan dari tiga filsafat utama, yaitu Konghucu, Taoisme, dan Buddha. Beliau menekankan bahwa ukhuwah islamiyah adalah tentang persaudaraan di antara umat Muslim.

Ukhuwah basariyah, persaudaraan sejati di antara ciptaan, baik itu dari Buddha, Konghucu, Katolik, Protestan, atau Islam, adalah tentang mencintai seluruh umat manusia dan menghormati martabat manusia. Pak Hotma menyatakan, "Perbedaan bukanlah untuk menciptakan permusuhan, tetapi untuk memperkuat seperti bangunan yang berdiri kokoh dengan semen dan pasir, memiliki tujuan yang sama tanpa perlu memandang yang lain untuk bersatu."

Bapak Johan, sambil memperkenalkan anggota organisasinya, menjelaskan bahwa dia adalah seorang pendeta dari kelas rohani Tsao Tsie, dan Bapak Chousan Reymond adalah perwakilan klenteng. Bapak Rudi menjabat sebagai sekretaris dari parakhin, sementara Antony adalah bendahara dari parakhin. Agus dan Jupiter juga hadir dalam pertemuan tersebut.

sumber gambar : Imran
sumber gambar : Imran

Dalam penjelasannya, Bapak Johan menyampaikan makna warna dalam konteks spiritual. Merah melambangkan keberuntungan, sementara putih melambangkan kesialan. Hijau diasosiasikan dengan kayu yang tumbuh tegak dan lurus, melambangkan semangat untuk terus maju. Biru melambangkan air yang mengalir dengan bijaksana, mencerminkan kerendahan hati. Kuning melambangkan tanah yang memberi perlindungan dan kelembutan. Hitam melambangkan logam yang keras, tajam, dan lurus, mencerminkan sifat kepemimpinan yang teguh.

Harimau putih melambangkan dewa atau malaikat, disembah untuk menolak bala, dan selalu ditempatkan di sebelah kanan, sementara naga hijau di sebelah kiri. Bapak Johan juga menjelaskan bahwa terdapat empat tingkatan rohaniawan: Chiao Sen sebagai rohaniawan pemula, Lawon Tse sebagai guru agama, Fun Tsio Tse sebagai pendeta yang telah memahami kitab, dan Changao sebagai sesepuh yang lebih tua.

Ketika ditanya oleh Rizky Septino tentang kesamaan dan perbedaan antara Konghucu dan Taoisme, penjelasan diberikan bahwa Konghucu menekankan akhlak moral yang tinggi, sementara Taoisme lebih fokus pada harmoni alam semesta sebagai kesatuan dari yin dan yang.

Agama Konghucu, yang diakui sebagai agama keenam di Indonesia, mengalami tantangan sebelum pengakuan resmi. Agama ini dibawa oleh perantau Tiongkok ke Indonesia pada abad ke-2 SM. Meskipun mengalami larangan di masa lampau, kini agama Konghucu telah diakui dan dihormati di Indonesia.

Forum ini dianggap sebagai acara yang memberikan pengetahuan luas oleh Rizky Pratama, sementara Humairah mengucapkan terima kasih atas pemahaman yang diberikan tentang kebudayaan Konghucu. Bapak Reymond juga menekankan bahwa Konghucu dan Taoisme sebenarnya merupakan kesatuan yang sama.


Bapak Jason Ramon,  sebagai pemilik klenteng tersebut, mengungkapkan dalam wawancara. Jadi di sini kami mengucapkan sangat terima kasih yang banyak. Kiranya ke depannya kita boleh lagi berjumpa. Beliau juga memberikan saran kepada adik adik mahasiswa

Seperti yang kita katakan, perbedaan itu indah. Jadi jangan membedakan. Yang membedakan kita hanya nama agama. Tuhan itu satu, tidak ada dua. Ya, gitu saja. Jadi jangan ada ini, perbedaan. Perbedaan itu indah. Oke, terima kasih.ujarnya

Olga Olivia, seorang mahasiswi jurusan Akidah dan Filsafat Islam, menyampaikan. Nah, tadi kan saya datangnya mungkin sedikit telat, tapi dari Bapak yang berada di sini menerima saya dengan hangat, menerima kedatangan kami dengan hangat, mempersilakan kami duduk, serta memberikan pelajaran sebelum pulang ini mengenai keungkucu lebih dalam, yang dipaparkan dengan sangat rugas, dengan sangat mudah dipahami. Itu saja sih.ujarnya

Muhammad Fakih Salehuddin, mahasiswa dari Fakultas usulluddin di Universitas Islam, jurusan akidah dan filsafat Islam, menyampaikan. saya juga belajar tentang bagaimana kita sebagai seorang manusia harus saling menghormati, walaupun kita berbeda agama. Karena kita kan hidup di Indonesia ini walaupun berbeda agama, tapi kita tetap yang namanya manusia membutuhkan pertolongan satu sama lain. Terus juga disini kita diajari agar kita tidak merasa bahwa agama kita itu juga lebih benar daripada agama yang lain. Jadi disini kita belajar untuk toleransi dengan moderasi beragama yang ada di Queen Sumatera Utara.

sumber gambar : Imran 
sumber gambar : Imran 

Acara tersebut berakhir dengan momen yang penuh kebahagiaan dan kebersamaan, di mana semua peserta berkumpul untuk mengabadikan kenangan dengan mengambil foto bersama. Tidak hanya itu, video juga diambil untuk mendokumentasikan semua keceriaan dan kekompakan yang terjalin selama acara. Moment tersebut menjadi bukti nyata bahwa meskipun berbeda-beda, keberagaman itu indah dan dapat menyatukan orang-orang dalam satu tujuan yang sama.

Dalam acara tersebut, peserta juga menyuarakan yel-yel yang memperkuat semangat persatuan dan kebersamaan. Mereka dengan antusias menyanyikan yel-yel tersebut sambil melambaikan bendera kebangsaan masing-masing, menunjukkan rasa bangga akan identitas dan perbedaan yang dimiliki. Suasana kegembiraan dan semangat kebersamaan semakin terasa kala yel-yel tersebut bergema di sepanjang acara.

Melalui foto bersama, video dokumentasi, dan yel-yel yang dinyanyikan, acara tersebut berhasil menyampaikan pesan bahwa perbedaan adalah hal yang indah dan patut untuk disyukuri. Semua peserta merasakan kehangatan dan keakraban dalam keragaman yang ada, menjadikan acara tersebut sebagai momentum penting untuk merajut hubungan yang lebih erat di antara mereka. Kesan positif dan semangat persatuan yang tercipta dalam acara tersebut diharapkan dapat terus terjaga dan menjadi contoh bagi lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun