Mohon tunggu...
Alma Diffarah
Alma Diffarah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi bahasa dan sastra inggris 2019 Universitas Airlangga

Mahasiswi bahasa dan sastra inggris 2019 Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Argumen Moral tentang Keberadaan Tuhan: Michael Martin.

9 Desember 2020   21:17 Diperbarui: 9 Desember 2020   21:18 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jika Anda mencari kata 'ateisme' dalam kamus, Anda mungkin akan menemukannya diartikan sebagai keyakinan bahwa tidak ada Tuhan. Tentu banyak orang memahami ateisme dengan cara ini. Namun banyak ateis yang tidak melakukannya, dan bukan ini yang dimaksud dengan istilah itu jika seseorang mempertimbangkannya dari sudut pandang akar Yunaninya. Dalam bahasa Yunani 'a' berarti 'tanpa' atau 'tidak' dan 'theos' berarti 'tuhan'. Dari sudut pandang ini, seorang ateis akan menjadi seseorang yang tidak memiliki kepercayaan kepada Tuhan, belum tentu seseorang yang percaya bahwa Tuhan tidak ada. Menurut akar Yunaninya, ateisme adalah pandangan negatif, yang dicirikan oleh tidak adanya kepercayaan kepada Tuhan. "
- Michael Martin

Manusia memang diciptakan untuk berpikir. Itulah yang membuat manusia dan makluk lainnya berbeda.

Agama bisa saja serupa, harapan akan penyelesaian akhirnya tampak dalam pandangan sulitnya perselisihan dan fakta bahwa mereka tidak lebih mendekati resolusi daripada di masa lalu. Dalam hal ini, agama lebih menyerupai ilmu humaniora dan ilmu sosial daripada ilmu fisika. Salah satu filsuf amerika, Michael Lou Martin mengungkapkan dalam karya karyanya berdasarkan pada logika dan bukti memaparkan kritik komprehensif terhadap terhadap argumen melawan keberadaan tuhan dan relevansinya dengan ateisme. Ateisme sendiri sangat kontradiksi dalam paham ideologi negara Indonesia itu sendiri yaitu pancasila. Otomatis, ateisme tidak dapat hidup di Indonesia, karena adanya pelanggaran terhadap sila pertama.

Latar Belakang Michael Lou Martin

Michael Lou Martin adalah seorang filsuf amerika yang lahir pada 3 Febuari 1932 di Cincinnati, Ohio, United States. Dr. Martin merupakan mantan profesor di Universitas Boston, Martin merupakan ahli dalam filsafat agama dan beliau telah menerbitkan beberapa buku, termasuk Atheism: A Philosophical Justification (1989), The Case Against Christianity (1991), Atheism, Morality, and Meaning (2002), The Impossibility of God (2003), The Improbability of God (2006), dan The Cambridge Companion to Atheism (2006).

Martin menunjukkan dalam bukunya "Atheism: Philosophical Argument" bahwa ada kurangnya respon ateistik terhadap karya kontemporer dalam filsafat agama, dan tanggung jawab untuk membela dengan tegas terhadap non-keyakinan dianggap sebagai "cross to bear. Karyanya bukan bertujuang untuk menjadikan ateisme sebagai kepercayaan populer melainkan untuk menunjukan posisi rasional ateisme. Martin menggunakan konsep ateisme negatif dan positif, semua jenis ateisme di mana seorang tidak mempercayai akan keberadaan tuhan namun tidak mengharuskan secara gamblang bahwa tidak ada tuhan.

Ketidakpercayaan sering dikaitkan dengan kurangnya moralitas dan keberadaan yang tidak berarti.

Filsuf terkemuka Michael Martin mencoba untuk membantah ide ini ketika dia sepenuhnya membela ateisme sebagai filosofi hidup yang bermoral dan bermakna. Martin tidak hanya membuktikan bahwa moralitas objektif dan kehidupan yang bermakna dimungkinkan tanpa percaya kepada Tuhan,tetapi bahwa pandangan dunia yang didominasi kristen tentang masyarakat Amerika sangat cacat sebagai dasar moralitas dan makna. Martin mengkritik landasan etika Kristen, terutama teori perintah ketuhanan dan gagasan meniru kehidupan Yesus sebagai landasan moralitas Kristen. Dalam bab-bab lain, hal itu menunjukkan bahwa hidup tanpa agama mungkin bermakna, dan mengkritik pandangan teistik dalam arti luas dan doktrin Kristen tertentu tentang penebusan, keselamatan, dan kebangkitan.


Pemahaman tingkat tinggi dan pembelaan yang kompleks terhadap ateisme ini tidak hanya merupakan tantangan yang merangsang bagi penganut agama, tetapi juga merupakan kontribusi yang serius bagi teori etika. Dari perspektif ateisme, ini adalah konsep moral yang murni. Martin memiliki empat tujuan: untuk meletakkan dasar bagi gaya hidup (objektif) moral dan ateistik, dan untuk memecahkan masalah-masalah agama yang mendalam dalam kedua aspek tersebut.  Martin cukup berhasil dalam menghancurkan argumen agama, meskipun definisi dalam agama terkenal licin, dan hal-hal tampaknya terus didefinisikan ulang untuk menghindari analisis logis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun