Komite Penyelamat Sepakbola Seluruh Indonesia (KPSI) namanya cukup keren dua tahun lalu, bagi pengamat olahraga nasional sebutan KPSI begitu akrab ditelinga. Tiap sebentar sepakterjang KPSI dibawah komando La Nyala Mataliti bergema diseantero jagat. Ini membuat PSSI dibawah kepemimpinan Djohar Arfin tidak berdaya. Akhirnya, PSSI bersedia menerima grombolan KPSI dengan modus selamatkan sepakbola Indonesia.
Namanya penyelamat, KPSI benar-benar memperlihatkan cara-cara penyelamatan. Kompetisi digeber semeriah mungkin sepakbola nasional mulai bergairah. Tidak seperti kompetisi IPL kayak kuburan sepi penonton. Ketum PSSI Djohar Arifin disilahkan duduk manis saja tidak perlu banyak cakap. PT Liga Indonesia yang membawahi kompetisi diharamkan melakukan audit cukup intern saja yang tahu.
PSSI rasa KPSI mulai lakukan kompetisi dengan nilai jual tinggi, rata-rata rating penonton sepakbola nasional mengalahkan sinetron RCTI. Pokok, e...jika menguntungkan bagi pemasukan PSSI langsung jalan. Seperti timnas U-19 dengan judul tur nusantara sampai jilid dua kayak cerita silat Khoping Ho bersambung-sambung dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan. Sampai sekarang tidak ada yang berani mempertanyakan kemana hasil pemasukan siaran langsung dan sponsor tur nusantara.
Sedangkan kompetisi yang dikemas seperti liga Eropa berlangsung panas. Berbagai macam cara tiap klub meraih kemenangan. Buntutnya, terjadi sepakbola gajah antara PSIS Semarang dengan PSS Seleman dengan aksi bunuh diri. Komdis PSSI, Hinca Panjaitan mengakui sudah mengantongi aktor pelakunya."Otaknya sudah ketahuan. Tunggu saja. Yang jelas kami butuh waktu untuk menyusun hasil pemeriksaan yang banyak melibatkan unsur ini," katanya.
Pengakuan Komdis itu secara tak langsung mengakui sepakbola nasional benar-benar sudah disusupi mafia kelas atas. Karena mampu mengatur pertandingan penting pada kompetisi Divisi Utama. Namun sayang. Komdis belum berani mengungkapkan siapa pelaku atau dalangnya. Atau Komdis mencari kambing hitam dulu?
Lalu bagaimana dengan kasus wasit Noviar Ikhsan yang menggagalkan Semen Padang melangkah ke babak semifinal ISL. Agaknya Komdis masih enggan mengusutnya, kemungkinan yang dapat hukuman klub Semen Padang dinilai gagal sebagai tuan rumah. Dengan beberapa kasus tersebut KPSI yang digadang-gadangkan sebagai penyelamat sepakbola Indonesia hanya slogan saja. Bisa-bisa mafia tersebut peliharaan oknum tertentu........wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H