Pada tahun 2023, Kota Semarang menjadi salah satu dari lima kabupaten atau kota di Indonesia yang terpilih sebagai wilayah proyek percontohan penanggulangan DBD dengan metode nyamuk Wolbachia. Pada bulan Mei lalu, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin meluncurkan Gerakan yang dinamai Wingko Semarang, akronim dari “Wolbachia Ing Kota Semarang”, di Kecamatan Tembalang, Semarang. Selain di Tembalang, penyebaran telur nyamuk Wolbachia juga dilakukan di 11 kelurahan di Banyumanik pada 23 Oktober 2023. Kemudian, pada 21 November 2023 penyebaran juga dilakukan di 16 kelurahan di Gunungpati.
Wingko Semarang selain menjadi makanan khas dari kota Semarang, juga memiliki arti lain yakni sebuah metode pemberantasan kasus demam berdarah dengue atau DBD dengan melakukan pengembangbiakan nyamuk Wolbachia. Bakteri Wolbachia dipercaya dapat melumpuhkan virus dengue, zika, dan chikungunya dalam tubuh nyamuk Aedes aegyepti. Jadi, ketika nyamuk ber-Wolbachia Jantan kawin dengan Aedes aegyepti betina, maka virus pada nyamuk betina akan ter-blok. Begitu juga sebaliknya, apabila nyamuk ber-Wolbachia betina kawin dengan nyamuk jantan tak ber-Wolbachia. Dengan cara itu, virus dengue, zika, dan chikungunya tidak bisa lagi menular ke manusia.
Pada proyek ini, tentunya masyarakat juga dilibatkan sebagai peternak nyamuk Wolbachia, masyarakat mengaku tak keberatan dengan adanya proyek ini. Demi terbebasnya lingkungan mereka dari penyakit DBD pada masa mendatang.
Penerapan nyamuk Wolbachia tentunya mempunyai jam terbang yang berbeda dengan nyamuk Aedes aegyepti biasa. “Saya sudah beternak nyamuk Wolbachia sejak September 2023. Beberapa bulan setelahnya, saya merasa di lingkungan saya semakin banyak nyamuk di waktu tertentu, seperti pukul 07.00-09.30 dan pukul 14.30-16.00. Di luar itu, jumlah nyamuk normal”. Dwi Kurniasari (40), warga Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Kamis (23/11/2023).
“Pada Januari-September 2023 di Tembalang terdapat 51 kasus DBD. Jumlah tersebut cenderung menurun dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2022 dengan 98 kasus. Hal yang sama juga terjadi di Banyumanik, yakni pada periode Januari-September 2022, jumlah kasus DBD di wilayah itu sebanyak 83 kasus. Sementara pada periode yang sama tahun 2023, jumlahnya turun menjadi 29 kasus.” ujar Hakam.
Proyek Wingko Semarang tentunya menuai peredebatan apakah aman atau tidak, dibuktikan dengan sejumlah peternak pun turut mempertanyakan dampak jangka panjang dari keberadaan nyamuk ber-Wolbachia di lingkungannya.
“Ada beberapa warga yang meminta penjelasan apakah pengembangbiakan nyamuk Wolbachia memiliki dampak negatif. Saya sudah berupaya menjelaskan sebisa saya sambil terus mencari informasi lewat jurnal-jurnal penelitian yang ada, menurut saya warga sudah cukup mengerti. Tetapi tetap membutuhkan bantuan petugas dari dinas Kesehatan atau puskesmas untuk memberikan penjelasan yang dapat menguatkan keyakinan warga dalam mengembangbiakkan nyamuk Wolbachia ” ujar Aziz Rifai (43), ketua rukun tetangga di Kelurahan Bulusan.
Hasil kajian juga dilakukan oleh tim pakar independent mengenai teknologi Wolbachia. Selama proses analisis risiko, para peneliti banyak mendiskusikan potensi-potensi yang mungkin akan terjadi di masa depan. Ada pun fokus diskusi menekankan pada 4 hal yakni risiko pada lingkungan, socio kultural dan ekonomi, managemen nyamuk dan public health. Hasilnya yang didapat dari wilayah penerapan proyek ini, bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia untuk mengurangi demam berdarah terbukti efektif menurunkan angka kejadian dengue hingga 77 persen dan angka perawatan di rumah sakit sebesar 86 persen. Penggunaan fogging atau pengasapan perlahan juga turun.
Penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia untuk menekan penyebaran virus demam berdarah dianggap aman, dan dalam 30 tahun kedepan risiko dapat diabaikan. Hasil dari kajian ini selanjutnya diajukan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan akhirnya di tahun 2021 nyamuk ber-wolbachia mendapatkan rekomendasi dari WHO. Dengan rekomendasi ini, penerapan teknologi wolbachia untuk mengatasi demam berdarah kian melengkapi Strategi Nasional Penanggulangan Dengue tahun 2021-2025.
Harapannya masyakat Kota Semarang dapat mendukung proyek ini dan menjadi Orang Tua Asuh (OTA) untuk Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia. Orang Tua Asuh (OTA) merupakan warga terpilih yang dititipi paket ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia dan pakan (pelet). Tak lupa menerapkan upaya pengendalian DBD lainnya seperti PJN dan PSN. Agar dapat menekan kasus DBD di Kota Semarang.
Rokom. (2023, November 25). Sehatlah Negeriku, Sehatlah Bangsaku. Retrieved from kemkes.go.id: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20231124/4544318/analisis-risiko-tunjukkan-wolbachia-aman-untuk-jangka-panjang/
Utami, K. D. (2023, November 23). Lawan DBD, Masyarakat Semarang Tak Keberatan Beternak Nyamuk ”Wolbachia”. Retrieved from Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/11/23/lawan-dbd-masyarakat-semarang-tak-keberatan-beternak-nyamuk-wolbachia?status=sukses_login%3Fstatus_login%3Dlogin&status_login=login
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H