Mohon tunggu...
Muhammad Andi Almadani
Muhammad Andi Almadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Perantauan

“Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)” terus tumbuh dan mengakar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Budaya "Ngopi" di Coffee Shop bagi Kalangan Generasi Z di Indonesia

22 Juli 2022   02:26 Diperbarui: 22 Juli 2022   02:32 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Pinterest/Stocksyunited

Di era yang semakin berkembang ini, pola kehidupan manusia juga mengalami perubahan. Perubahan pola hidup manusia dapat dilihat dari banyak faktor, di antaranya tren yang selalu berubah dari waktu ke waktu, kondisi ekonomi, dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi. 

Sangat nyata dan dapat terlihat bahwa seperti tren minum kopi telah menjadi salah satu minuman paling populer di dunia. Dan ini terjadi pada kalangan Generasi Z pada abad 21 di Indonesia.

Kopi merupakan minuman kesukaan di hampir setiap negara di dunia termasuk Indonesia. Kopi adalah minuman hasil seduhan dari biji kopi yang disangrai kemudian dihaluskan menjadi bubuk kopi. 

Sejarah kopi berasal dari bangsa Ethiophia pada abad ke-9. Namun, budidaya dan perdagangan kopi baru mulai dikenal pada abad ke-15 melalui pedagang Arab di Yaman, Baru pada abad ke-16 orang-orang Eropa mulai mengenal kopi.

Masuknya kopi ke Indonesia tak lepas dari peran kolonialisme Belanda. Pada tahun 1696, Ketika walikota Amsterdam, Nicholas Wilsen memerintahkan komandan pasukan Belanda, Adrian Van Ommen, untuk membawa dan menanam biji kopi di Jakarta. Pada masa itu, Belanda membawa bibit kopi pertama dari Malabar, India, ke Pulau Jawa.

Bibitnya sendiri berasal dari Yaman. Sejak saat itu, Belanda memutuskan untuk melebarkan perkebunan kopi ke berbagai daerah lain di Indonesia. Seperti di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi, Bali hingga Papua. Permintaan kopi di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu. Misalnya, kopi Robusta yang selalu diminati dan kopi Arabika memiliki karakteristik rasa yang unik.

Jauh sebelum tersebarnya kedai kopi modern seperti sekarang ini, kopi sebenarnya sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Tradisi minum kopi di Indonesia bisa dilakukan di pagi hari, di waktu senggang, siang hari, bahkan hingga malam hari. Dengan berkembangnya zaman, apalagi di Generasi Z abad 21, kini ngopi bukan hanya sekedar meminum kopi. Menurut Rhenald Kasali (2010), ia menyatakan kopi pada saat ini tidak hanya sekedar untuk menghilangkan rasa kantuk, tetapi sudah menjadi bagian gaya hidup.

Coffee shop adalah tempat yang tidak harus besar, tetapi menawarkan banyak pilihan. Coffee shop bisa menjadi cara untuk bertemu banyak orang yang awalnya tidak saling mengenal menjadi kenal. Di mana coffee shop pada saat ini sebagai pilihan utama tempat berkumpul yang paling banyak diminati oleh anak muda karena menawarkan banyaknya varian kopi maupun non-coffee dan fasilitasnya. 

Kopi tidak hanya menjadi kebutuhan, melainkan dijadikan sebuah tren bagi Generasi Z saat ini. Seringkali para anak muda terutama para kalangan mahasiswa dan pelajar lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berdiskusi, atau mengerjakan tugas kuliah di coffee shop.

Coffee shop sering terlihat dengan ciri khasnya masing-masing. Macam-macam konsep tersebut diterapkan sesuai dengan target pasar yang dituju, salah satunya Generasi Z. Namun, ada alasan lain mengapa Generasi Z saat ini gemar minum kopi. 

Mereka tidak hanya mengenal budaya kopi, tetapi juga mencari tempat-tempat menarik untuk santai, yang mana membuat mereka lebih nyaman ketika mencari lingkungan di luar rumah.

Kini, kopi pun dijadikan sebagai mood booster di kalangan Generasi Z. Karena itu, dengan meminum kopi dapat membantu para Generasi Z untuk aktif agar semangat dalam beraktivitas. 

Budaya kopi tidak lagi hanya untuk laki-laki saja, banyak juga perempuan yang melakukan aktivitas "nongkrong" dan minum kopi atau non-coffee. Coffee shop kini telah menjadi tujuan populer bagi para Generasi Z, karena semakin banyak orang yang bersantai untuk minum kopi bersama teman-teman bahkan sampai larut malam.

Coffee shop paling nyaman pilihan Generasi Z adalah dengan ruang "instagramble", yang mengajak Generasi Z berlomba-lomba mewarnai instastory-nya. 

Selain itu, Generasi Z mencari kedai kopi yang menawarkan fasilitas Wi-Fi dan "colokan listrik", sebab keduanya merupakan objek pendukung paling kuat mengapa Generasi Z merasa betah, sehingga larut dalam aktivitas "ngopi". Kopi dan gadget seperti pasangan yang serasi.

"Ngopi", artinya menikmati secangkir kopi. Sebagian besar pengunjung coffee shop adalah Generasi Z, terdiri dari siswa sekolah menengah pertama, siswa sekolah menengah atas, dan mahasiswa. 

Generasi Z adalah sekelompok orang yang sedang "haus" akan pembuktian dirinya dalam lingkup sosial dan kawan "tongkrongan" maupun kawan di sosial media. Dengan bersosialisasi dalam lingkup perkawananya, mereka mampu untuk unjuk diri dalam berbagai hal.

Pembuktian diri ini, dipahami sebagai bentuk tuntutan globalisasi yang berdampak signifikan terhadap cara hidup masyarakat terkhusus anak muda tersebut. Salah satu media pembuktian diri mereka ini adalah dengan "ngopi" di coffee shop bersama orang-orang tertentu dan mengunggah instastory saat berada di coffee shop di berbagai platform media sosial mereka, sehingga akan diketahui oleh banyak orang.

Jadi, budaya "ngopi" Generasi Z abad 21 di Indonesia, memiliki beberapa dampak positif dan negatif. Secara positif, para Generasi Z dapat menjadikan coffee shop sebagai tempat belajar dan menyelesaikan tugas, berinteraksi dengan orang-orang baru yang berpotensi melatih kepekaan diri, serta juga membantu para petani dalam pengadaan komoditas kopi. 

Sedangkan keadaan negatif dari sering "ngopi" ke coffee shop, menjadikan Generasi Z membuang-buang waktunya untuk aktivitas yang tidak bermanfaat. Seperti sekedar hanya berkumpul, tetapi mereka terlalu fokus memainkan gadget.

Maka dari itu, aktivitas ngopi harus diimbangi dengan produktivitas yang baik. Segala hal dampak positif dan negatif dapat dikendalikan, yaitu dengan tidak berlebihan, dan tetap melaksanakan kewajiban masing-masing yang dimiliki.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun