Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN tematik UPI dengan kelompok-103 yang dibagi lagi menjadi kelompok kecil sudah melakukan kegiatan tersebut di daerah Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.Â
Tema dari kelompok 103 ini adalah ‘’Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi’’. Di mana kelompok tersebut melakukan observasi ke beberapa dusun. Salah satunya adalah dusun 04, dengan RW 13. Ketua RW 13 ini bernama bapak Sugih Hartoyo yang sekaligus menjabat sebagai ketua KPP TPS 3-R Bagja.
Sampah akan selalu ada selama manusia hidup. Maka dari itu, di KPP TPS 3-R Bagja sangat aktif dalam mengolah sampah. Untuk sampah anorganik akan dilakukan 3R (reduce, reuse, dan recycle). Sedangkan untuk sampah organik dilakukan dengan cara yang unik yaitu, melalui budidaya maggot.Â
Maggot merupakan larva yang berasal dari lalat hitam yang disebut dengan BSF (Black Soldier Fly). Jantan dari Lalat tersebut akan mati setelah kawin, sedangkan betina akan mati setelah melahirkan. Untuk larva maggot sendiri akan memakan sisa-sisa makanan yang terbuang.Â
Menurut bapak Sugih Hartoyo selaku ketua KPP TPS-3R Bagja, mengungkapkan bahwa sampah yang paling banyak didapatkan di KPP TPS-3R Bagja adalah sampah organik. Sehingga, hal tersebut dapat menjadi peluang untuk menguraikan sampah dengan budidaya maggot. Dalam menjalankan budidaya ini, KPP TPS-3R Bagja tidak dilakukan seorang diri. Namun terdapat 12 anggota lain yang membantu.
Budidaya maggot di KPP TPS 3-R Bagja sudah berlangsung sekitar 8 bulan, dan masih aktif hingga sekarang. Anggota KPP TPS 3-R selalu mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan maggot untuk menambah pengetahuan akan maggot. Budidaya tersebut sedang dikembangkan untuk menjadi lebih baik, terutama dalam menghasilkan banyak larva.Â
Dalam menjalankan budidaya maggot ini memerlukan beberapa alat dan bahan. Diantaranya adalah kandang BSF, bak penetasan, kawat kasa, pakan maggot berupa sayur, ampas tahu, nasi, dan buah. Sedangkan untuk  mengolah makanannya menggunakan berbagai macam alat. Diantaranya, meja pilah, mesin pencacah organik dan mesin penggiling. Namun sayangnya, mesin pencacah organik, dan mesin penggiling tidak berjalan baik. Sehingga pakan untuk maggot ini sulit hancur, dan menyulitkan maggot untuk memakan makanannya yang nantinya akan menghambat perkembangan maggot.
Banyak sekali manfaat dari maggot, di mana salah satunya maggot tersebut dapat dijadikan sebagai pelet pakan ternak. Namun, alat untuk pembuatan pelet tersebut tidak dimiliki oleh KPP TPS 3-R Bagja, sehingga menghambat untuk memanfaatkan maggot.Â
Padahal jika pelet tersebut dibuat dapat meningkatkan ekonomi, mengembangkan KPP TPS-3R Bagja, dan budidaya maggot akan semakin baik. Sehingga memberikan dampak kepada masyarakat untuk membiasakan memilah sampah dengan baik.
Dengan melihat permasalahan tersebut, maka KKN UPI kelompok ke-103 membantu KPP TPS 3-R Bagja dalam pembuatan proposal pengajuan kepada DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan) Kabupaten Bandung. Diharapkan, pengajuan tersebut dapat diterima oleh pihak yang tertuju.
Penulis: Alma Gracetia R
Dosen Pembimbing Lapangan: Dr. Rozmita D. Y. R. S.Pd.,M.Si.,CSRS.,CSP.,CIISA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H