Masyarakat Indonesia adalah karakteristik yang memang terbuka dengan sesuatu yang baru seperti budaya baru, trend baru termasuk dengan teknologi. Namun, tak bisa dipungkiri proses penerimaan tersebut berjalan dengan jangka waktu yang lama. Masuknya teknologi Augmented Reality dan Virtual Reality di Indonesia saat ini baru meranjak pada tingkat perhatian saja, maksudnya adalah masyarakat Indonesia saat ini baru saja pada tingkat tertarik untuk mengetahui apa itu Augmented Reality dan Virtual Reality namun belum pada tingkat bagaimana cara kerja teknologi tersebut ataupun ketertarikan untuk menggunakan teknologi tersebut.
Orang-orang yang ingin mengetahui hal tersebut juga terbilang masih sedikit, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bisa bertambah walaupun perlahan. Berdasarkan hasil riset dari DailySocial yang membahas tentang pemahaman Virtual Reality dan Augmented Reality di Indonesia dengan diikuti 1013 responden dari seluruh Indonesia, dapat ditemui beberapa kesimpulan:
Pengguna VR dan AR masih belum meluas di Indonesia. Ini bisa dikaitkan dengan berbagai alasan, antara lain harga, biaya, ketersediaan, ragu mencoba teknologi baru, dan lainnya;
Kendati demikian, responden menunjukkan antusiasme terhadap kemungkinan VR/AR saat diminta tanggapan tentang peng-aplikasiannya di bidang pendidikan, periklanan, dan pekerjaan profesional;
Bisnis VR/AR memiliki jalan yang panjang karena belum banyak dimanfaatkan konsumen Indonesia. Bukan berarti pemain VR/AR harus menyerah, tapi lebih ke arah dibutuhkannya banyak landas bisa sebelum lepas landas.
Namun siapkah Indonesia menghapi potensi dari kedua teknologi dan mencari keuntungan terhadap kegiatan -- kegiatan yang menyangkut aspek kehidupan manusia melalui teknologi tersebut? Karena mengingat kedua teknologi ini cukup sulit untuk didapatkan dan mengaplikasikannya seperti teknologi Virtual Reality membutuhkan alat atau berbagai perangkat tambahan untuk menggunakannya yaitu headset VR yang berbentuk seperti kacamata selam dan dilengkapi dengan lensa hitam.
Adapula sarung tangan untuk membantu mendeteksi gerakan tetapi perangkat-perangkat tersebut tentunya didapat dengan harga yang tidak murah walaupun Augmented Reality sendiri cukup mudah untuk didapatkan karena untuk sekarang ini teknologi tersebut hanya memerlukan media yang tidak sulit seperti smartphone ataupun gadget sebagainya.
Untuk Virtual Reality juga belum terlalu banyak persediaannya jika untuk umum dan sulit didapatkan hanya beberapa perusahan yang mengunakan untuk keperluan bisnis atau kegiatan serta kemampuan penerapannya juga terbatas selain di bidang permainan dan industri, untuk penyebaranya di Indonesia sendiri teknologi VR pun terbilang masih sedikit contohnya hanya ada satu di beberapa tempat bermain yang ada di mall di Indonesia dan itupun tidak semua mall di Indonesia.
Sebenarnya untuk industri teknlogi seperti ini Indonesia masih dalam tingkat perkembangan jadi masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenal kedua teknologi dan juga seharusnya berkat teknologi -- teknologi ini Indonesia mampu mempunyai peluang untuk menaikkan tingkat industri teknologi yang ada di Indonesia, namun industri ini tidak bisa berkembang jika penggunanya juga belum siap dengan kegunaan teknologi tersebut.
Maka dari itu siapkah Indonesia membantu meningkatkan industri teknologi Indonesia dengan teknologi Virtual Reality dan Augmented Reality, mengingat kebanyakan karakter masyarakat Indonesia adalah tertarik dan mengikuti sebuah trend atau sesuatu yang viral namun hal tersebut hanya bertahan untuk sementara.
Tantangan terbesar untuk Augmented Reality di Indonesia adalah bagaimana teknologi tersebut bisa mempertahankan keeksistensian untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan teknologi Virtual Reality di Indonesia sendiri penyebarannya masih tidak merata maka perkembangan VR sendiri masih sangat dikhawatirkan saat ini.