Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang unik dan pastinya berbeda-beda, baik dalam hal fisik, kognitif, maupun emosional. mengajarkan mengaji sejak usia terlalu dini sering kali dianggap sebagai langkah baik untuk memperkenalkan agama lebih awal. namun, juka dilakukan tanpa mempertimbangkan kesiapan anak, hal ini justru bisa menggganggu keseimbangan perkembangan alaminya. meskipun ada beberapa anak yang mengaji berdasarkan keinginannya sendiri karena melihat kakaknya akan tetapi perlu di ingat masa anak-anak hanyalah dipergunakan untuk bermain dan mempelajari alam sekitar.Â
Pada usia dini, anak-anak belum sepenuhnya siap secara kognitif untuk memahami huruf hujaiyyah dan bacaan Al-Qur'an, yang merupakan konsep abstrak dan kompleks bagi pikiran mereka. Memaksa mereka belajar terlalu cepat bisa membuat anak merasa bingung, bosan, atau bahkan menolak untuk belajar karena secara kognitif mereka masih belum mampu untuk diajarkan hal-hal yang seperti itu.Â
Di pondok saya banyak ditemukan anak kecil bahkan ada yang masih berusia 3 tahun sudah diantarkan mengaji oleh orang tuanya. Pada saat saya tanya, apakah tidak terburu-buru ?, dengan yakinnya mereka menjawab, agar sama dengan teman-temannya. Padahal anak usia 3 tahun saja terkadang masih belum terlalu fasih bicaranya, sedangkan ini sudah diantarkan mengaji oleh orang tuanya. Mungkin niat mereka baik agar anaknya mengenal agama sejak dini, akan tetapi yang perlu di perhatikan adalah kesiapan fisik, emosional, dan kognitif dari anak tersebut.
Secara emosional, anak-anak yang dipaksa belajar mengaji sebelum waktunya juga berpotensi mengalami tekanan. Mereka merasa terbebani oleh harapan orang tua, yang bisa mengurangi rasa antusias untuk belajar. Ketika belajar tidak lagi menyenangkan, anak bisa mengalami stres atau kehilangan minat untuk mendalami agama di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa perkembangan emosional anak sama pentingnya dengan perkembangan kognitifnya, dan memberikan pendidikan agama pada waktu yang tepat bisa mendukung kedua aspek tersebut.
Sebagai alternatif, anak-anak usia dini sebaiknya belajar melalui aktivitas bermain yang mendukung interaksi sosial dam kreativitas mereka. Pendekatan yang lebih santai, seperti memperkenalkan nilai-nilai agama melalui cerita atau permainan, bisa menjadi langkah awal yang efektif sebelum memulai pembelajaran formal seperti mengaji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H