Mohon tunggu...
Aloysius Teme
Aloysius Teme Mohon Tunggu... Guru - Penggemar sastra dan tulisan ringan yang menginspirasi

Ingin berkreasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Time for Change

16 Februari 2022   12:51 Diperbarui: 16 Februari 2022   13:12 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses tanpa hambatan adalah kesempurnaan sedangkan proses penuh hambatan, tantangan, dan rintangan merupakan jalan menuju kesempurnaan.

Hidup tidak terlepas dari lingkaran ruang dan waktu. Aku yang ada saat ini adalah wujud nyata ruang dan waktu yang diciptakan oleh kedua orangtuaku. Keberadaanku nanti pun ditentukan dalam ruang dan waktu. Tak ada seorangpun yang mampu mengganti atau bahkan menghentikan semua itu.

Menghentikan waktu memang pernah terjadi saat Kaisar Konstantinus berperang, waktu berhenti sejenak saat ia menuturkan sumpahnya kepada sang Pencipta. Mungkin itu ilusi atau imajinasi kaum bangsawan untuk mengangkat nama baik sang kaisar. Mungkin pula hanya segelintir naskah terpisah untuk memperkuat iman jemaat bahwa sang Pencipta tak sekali-kali meninggalkan ciptaan-Nya.

Kamu dan aku adalah serpihan-serpihan ciptaan yang diramu dan dijadikan secitra dengan-Nya. Kadang aku lebih fokus pada perbedaan di antara kita. Aku bergurau jika kamu itu keriting dan aku lurus, kamu itu hitam dan aku putih dan masih banyak lagi gurauan yang tercipta saat kita ada bersama, tapi jangan berkecil hati karena kita masih secitra 'kog'.

Jika kita ingin menghetikan waktu apakah kita masih bisa berada dalam ruang yang sama? Mungkin ia dan mungkin pula tidak. Mengapa? Karena waktu tak lagi berputar dan aku tak lagi ada bersama kalian. Aku telah pergi bersama waktu meninggalkan ruang kita.

Saat kita membaca ke-empat injil kita akan menemukan saat-saat yang digunakan oleh sang sabda untuk menyimpang, entah menuju keheningan, entah menuju pengunungan. Itulah bentuk lain dari "menghentikan waktu" sesaat untuk membuka dan menjamu lembaran berikutnya.

Susah memang, itu sama halnya dengan kamu menutup lembaran kisah lama dan membuka lembaran yang baru tetapi belum bisa move on dari lembaran kusam itu. Sang sabda selalu menyimpang dan menyamping untuk mencari keheningan mendalam demi sesuatu yang lebih dalam.

Ruang dan Waktu

Ruang dan waktu kita amat berbeda. Pergulatan kita pun berbeda. Tapi, apakah kita akan terus diam dalam zona kritis dan krisis yang kita buat sendiri? Alangkah lebih baik tidak. Kita membutuhkan waktu untuk menyimpang dan bukan melarikan diri.

Menyamping bukan untuk mendahului. Tapi, menyimpang dan menyamping untuk membenahi dan mendalami setiap situasi yang kita alami. Cari ruang dalam waktu luang untuk mencari peluang yang terpancar gemilang.

Pandangan dan pengalaman itu masih sama seperti yang dulu, yang berubah adalah waktu dulu, saat ini dan nanti. Jika aku dan kamu masih terpukau dan terpaku pada waktu yang dulu, kapan kita punya waktu untuk yang sekarang dan nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun