Mohon tunggu...
Alliya Riyani Namira
Alliya Riyani Namira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional 2023 yang tidak lepas dari kesalahan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Realisme: Realistis atau Pesimis?

28 September 2024   23:08 Diperbarui: 28 September 2024   23:08 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Calsidyrose

Realisme adalah salah satu teori yang mendasari studi Ilmu Hubungan Internasional. Teori klasik ini didasari oleh insting atau state of nature dari manusia, dimana semua orang akan selalu berusaha untuk bertahan hidup dan pada dasarnya adalah makhluk yang egois. Hal ini diutarakan Thomas Hobbes dalam karya nya Leviathan (1651) dengan pepatah Homo homini lupus est (Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya). Realisme menganggap bahwa negara adalah aktor utama didalam politik, dan tiap negara memiliki kepentingan nasional (state interest) yang akan mereka perjuangkan dan didasari oleh keinginan mereka untuk mempertahankan kedaulatan mereka di dunia internasional.

Dikarenakan dasar pemikiran yang menilai bahwa manusia memiliki insting untuk bertahan hidup, teori ini menganggap bahwa hukum internasional tidak terlalu mengikat karena tidak ada entitas politik lain yang lebih tinggi atau diatas negara, sehingga pada kenyataannya dunia internasional adalah anarki, dimana hal ini semakin mendorong para negara untuk terus memperkuat diri dengan memperjuangkan kepentingannya. Dan layaknya manusia, tiap negara pada akhirnya adalah suatu entitas egois yang akan selalu dipengaruhi oleh nafsu, amarah, bias, dan rasa curiga, sehingga selain sulitnya tercapai kerjasama yang sempurna, perselisihan dan kompetisi akan kemungkinan besar menghasilkan suatu perang yang dimana pada akhirnya akan ada pemenang dan ada yang kalah (zero sum game). Hal ini semakin memicuh ketegangan dan perselisihan di rana internasional yang sudah penuh dengan konflik. Dan pada akhirnya, tiap negara memiliki kepentingan yang berbeda dan akan selalu berkonflik, bahwa tiap negara terikat oleh sifat alami manusia yang menyebabkan perilaku yang berulang-ulang, seperti berbagai perang yang telah tercatat dalam catatan sejarah.

Meskipun teori ini adalah pemikiran yang realistis dikarenakan ia didasari oleh 'insting dasar manusia', salah satu kritik yang prominen mengenai teori ini adalah melainkan realistis, teori ini justru dianggap terlalu pesimis. Kritik ini didasari oleh teori realisme yang terkesan menganggap buruk hakikat dasar manusia dan selalu beranggapan bahwa konflik adalah hal yang lumrah dan bahkan dapat diprediksi yang dihasilkan oleh persaingan dalam mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan negara. Hal ini bertolak belakang dengan Liberalisme yang kebetulan menjadi lawan teori realisme dalam 'the great debate', dimana teori liberalisme justru beranggapan bahwa manusia terlahir sebagai makhluk yang suci dan rasional, sehingga bisa menghasilkan kerjasama dan kedamaian. Teori realisme terkesan menormalisasi persaingan dan konflik, serta mereka yang tampak tidak percaya akan perdamaian dunia dan kerjasama internasional. Para pemimpin dituntut untuk berpikir 'rasional' dalam konteks bahwa semua keputusan harus selalu menguntungkan negara, dan walaupun mereka memiliki kesempatan bekerja sama, perbedaan kepentingan akan selalu menghalangi mereka dalam kooperasi penuh. Meskipun kaum realis berpendapat bahwa teori  mereka adalah yang paling mendekati situasi dunia yang sebenarnya, kritik berpendapat bahwa pemikiran mereka ini akan melestarikan atau bahkan mengembangkan dunia yang penuh kekerasan dan rasa tidak percaya, sehingga akan sulit tercapainya perdamaian dunia yang akan menguntungkan semua aktor, sehingga teori realisme sering digambarkan sebagai suatu ramalan yang memenuhi diri sendiri.

Teori Realisme hanyalah satu dari sekian banyak teori dalam Ilmu Hubungan Internasional, dengan teori ini menekankan sisi konflik dan kompetisi dalam dunia internasional. Sifat teori ini yang selalu menyoroti keegoisan dan persaingan antar aktor memunculkan kesan yang pesimis dan anti kooperatif yang pada akhirnya bertolakbelakang dengan ambisi kebanyakan negara untuk mencapai perdamaian dunia. Namun meskipun kesan pesimisnya, tak bisa dipungkiri bahwa teori ini cukup menggambarkan keadaan dunia dengan akurat, sehingga sampai saat ini teori realisme adalah salah satu atau bahkan teori yang paling dominan dalam studi Ilmu Hubungan Internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun