Dalam konteks kesehatan mental, empati bukan hanya sekedar atribut yang diinginkan; ia merupakan kebutuhan yang esensial. Empati mampu menjembatani kesenjangan antar manusia, meningkatkan pemahaman dan penerimaan satu sama lain, serta membuka jalan bagi proses penyembuhan dan pertumbuhan. Dengan cara ini, kita tidak hanya memupuk empati dalam diri sendiri tetapi juga membangun hubungan yang berlandaskan empati dengan orang lain. Jika kita mampu mengintegrasikan nilai-nilai empati ke dalam praktik kesehatan mental kita, kita berpotensi menciptakan dunia yang lebih penuh kasih dan bersolidaritas, di mana kesejahteraan emosional setiap individu dihargai dan dipelihara.
Temukan artikel-artikel menarik lainnya di :Â https://bk.fip.unesa.ac.id/
Â
DAFTAR PUSTAKA :
Mental Health First Aid USA. (2017, July 28). The quiet power of empathic listening. Mental Health First Aid. https://www.mentalhealthfirstaid.org/2017/07/quiet-power-listening/ .
Rahim, M. (2024). Empati dan Kesehatan Mental. Diakses dari https://dosen.ung.ac.id/0018075910/home/2024/7/17/empati-dan-kesehatan mental.html
Rochmani, A. (2022). Pembiasaan Sedekah Untuk Pembentukan Karakter Empati Pada Anak Usia Dini Dalam Perspektif Al-Qur'an. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam, 4(01), 89-103.
Yumar, E., Yuliarta, R. L., Deo, H. Y., & Linderi, C. (2023). Etika Dalam Berkomunikasi Dan Kesehatan Mental Pemuda. Jurnal Komunikasi, 1(2), 60-70.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H