Terhitung kurang dari 59 hari dan kurang dari dua bulan lamanya dari hari ini, tepatnya pada tanggal 14 Februari tahun 2024 nanti, saya, para pembaca tulisan kali ini, kita semua juga seluruh rakyat Indonesia akan melaksanakan pemilihan umum secara serentak di seluruh penjuru tanah air Indonesia, untuk menentukkan siapa saja sekiranya orang-orang terbaik yang sekiranya bisa kita atau kami titipkan juga diharapkan dapat menjadi perwakilan untuk menyuarakan berbagai suara dan seluruh keluh-kesah dan pikiran juga keresahan yang dimiliki oleh masing-masing dari kami mengenai negara ini sebagai bagian dari masyarakat yang berada di lingkup tanah air tercinta, Indonesia. Baik itu mengenai hukum yang berjalan, ekonomi, infrastruktur, pendidikan, kemiskinan ataupun lapangan kerja sebagai bentuk keresahan yang selalu berada di lingkup kehidupan kami sebagai masyarakat.
      Memasuki kali kedua saya mengikuti pemilihan umum ini, dan berati sudah terhitung hamper 5 tahun lamanya dari terakhir kali saya memilih. Pemilihan umum pada kali ini, saya, dengan identitas yang belakangan ini cukup sering di gaungkan dan identitas yang juga cukup saya banggakan untuk menjadi bagian sebagai seorang Gen-Z merasakan banyaknya perubahan yang cukup signifikan pada pemilihan umum kali ini. Dengan arus informasi yang sangat mudah untuk diakses dan dijangkau juga ditambah dengan saya yang merupakan generasi yang cukup ter ekspos cuku banyak dengan teknologi, informasi mengenai pemilu kali ini, bagi saya pribadi membuka mata saya mengenai banyak hal khususnya mengenai topik panas dan juga sensitive yakni mengenai politik.
Ditambah dengan banyaknya platform dengan karakteristik nya masing-masing hal tersebut juga menambahkan ketertarikkan saya mengenai masalah ini, terkhusus mengenai topik terhangat yang akan terus berjalan mungkin hingga beberapa bulan kedepan, atau setidaknya hingga 100 hari masa kerja pemimpin baru yang telah dipilih. Melihat berbagai karakteristik yang dimiliki oleh setiap kepribadian di setiap platform sosial media yang berbeda menyadarkan saya bahwa internet dan media massa merupakan lahan baru lainnya yang harus dijajaki oleh para diri yang akan mencalonkan sebagai pemimpin untuk 2024 nanti.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya media sosial merupakan lahan paling menarik bagi saya sebagai Gen Z untuk menelaah lebih jauh lingkup yang ada, dan hal ini pula membantu saya sedikit banyak mengenai banyak nya perspektif menarik yang bisa saya ambil, untuk sekiranya dapat membantu saya lebih jauh untuk menentukan sekiranya siapa yang ingin saya pilih pada 14 Februari 2024 nanti, hingga sedikit banyaknya satu suara yang saya miliki diharapkan bisa membantu sosok pemimpin baru yang dapat membawa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dan maju diberbagai aspek.
Hingga akhirnya dapat terpilih pula seorang pemimpin yang bisa membantu menyiapkan Indonesia emas pada tahun 2045 nanti, yang setidaknya pada 5 tahun masa menjabat dapat mewujudkan dan membantu Indonesia dalam langkah bayi-nya menjalankan kesempatan terbaiknya yakni bonus demografi yang sedang dialami oleh Indonesia, yang juga merupakan acuan dan situasi yang cukup penting bagi saya. Melihat angka penduduk dengan usia produktif untuk bisa maju menjadikan Indonesia menjadi negara yang jauh lebih baik dan berkembang menuju arah yang lebih baik, merupakan situasi genting dan penting untuk diarahkan oleh sebaik-baiknya navigator terbaik yang akan dipilih nanti.
Dan apabila ditanya mengenai pendapat saya mengenai pemilihan kali ini dan sekiranya siapa yang akan saya pilih, sejujurnya sedikit banyak saya masih terus terombang-ambing mengenai sekiranya siapa pemimpin yang paling baik atau setidaknya dirangkum dari cuitan yang berada di aplikasi X sendiri, setidaknya saya atau kami bisa memilih seorang yang memiliki hal yang paling mendingan diantara satu dari ketiga calon yang maju pada pemilihan kali ini, dikarenakan disetiap nomor yang ada sendiri pasti memiliki kurang juga lebih nya masing-masing. So, ya. Just pick which poison you want to drink this time. Menjadi hal yang cukup banyak saya lihat digaungkan oleh rekan satu generasi saya atau setidaknya satu tingkat diatas generasi saya, Millennial dan Gen-Z.
Dan melanjutkan pertanyaan yang tadi mengenai apa pendapat saya dalam pemilihan kali ini, menjadi seorang Generasi Z merupakan posisi yang cukup menguntungkan bagi saya, seperti yang saya sebutkan dan ceritakan diatas mengenai banyaknya benefit yang saya miliki sebagai generasi yang sangat terbuka terhadap teknologi dan terhadap akses informasi yang ada, mambantu saya membuka mata mengenai setiap individu dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden ataupun hingga tahap para calon yang maju dalam pemilihan calon legislative pada 14 Februari 2023 nanti, baik dari berbagai cerita ataupun catatan hingga masa lalu juga apa saja pencapaian hingga apa saja yang sudah sempat dikerjakan sangatlah membantu saya dalam banyaknya hal.
Juga ditambah dengan banyaknya orang yang cukup vocal mengenai masalah ini, sekali lagi membantu saya lebih jauh lebih yakin siapa saja yang akan saya pilih dan siapa saja yang tidak akan saya pilih. Yang mungkin sekali lagi, terutama selepas debat pertama yang diadakan untuk calon presiden Indonesia pada tanggal 12 Desember 2023 kemarin. Sesuai yang disuarakan oleh pengguna aplikasi media sosial X menyebutkan, bahwasanya debat calon presiden ini bukanlah merupakan sarana yang membantu kami untuk mengetahui siapa kandidat yang akan dipilih, namun mengetahui siapa sekiranya kandidat yang tidak akan kita pilih. Dan ya, lagi-lagi saya setuju mengenai itu.
Dan seiring waktu membuat saya jauh lebih membuka mata mengenai banyak hal terutama mengenai pendapat yang disuarakan oleh masing-masing pada debat calon presiden lalu. Hingga sedikit banyak saya kira selepas debat calon presiden pada 12 Desember lalu ternyata memberikan banyak perspektif baru mengenai masing-masing kandidat juga menurut saya memberikan efek yang cukup besar bahkan hingga beberapa hari selepasnya atau minggu sesudahnya apa saja yang sudah sempat disuarakan mengenai gagasan-gagasan oleh masing-masing kandidat calon presiden masih menjadi topik hangat, setidaknya di laman media sosial yang saya ikuti. Hingga pada akhirnya menurut saya setiap pergerakan dan perkataan yang disuarakan oleh claon kandidat yang ada dapat mempengaruhi perspektif masyarakat apalagi apabila hal yang sudah disuarakan tersebut dibawa ke dalam forum diskusi terbuka di masyarakat, media sosial.
Memasuki tahun kedua saya dalam mengikuti pemilihan umum kali ini baik itu presiden hinga legislative tidak menjadikannya jauh lebih mudah, atau setidaknya itu yang akan saya kira, namun hal terbut menjadi paradoks yang sebenarnya, dengan kemampuan untuk memahami kondisi juga situasi yang ada mengenai lapangan dan para diri yang memilih untuk maju untuk mencalonkan diri sebaga pemimpin yang memiliki banyak tanggung jawab dan beban diantaranya, membuat saya sedikit banyak lebih jauh mempertimbangkan segala sesuatu yang ada. Hingga bahkan sampai saat ini saya ingin memposisikan diri di tengah hingga menjadi nantinya saya harapkan dapat tetap netral dan tidak berat pada satu sisi saja, dikarenakan selepas debat calon presiden yang pertama membuat saya meyakini bahwa pilihan saya yang tadinya sudak terasa sangat tetap dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa saya ternyata perlahan beralih dan memilih mundur untuk kembali berada di tengah. Untuk melihat jauh lebih seksama dan hati-hati, dikarenakan lagi lagi sudah jauh lebih sadar menganai berbagai probabilitas yang masih mungkin untuk terjadi didepan, untuk kandidat mana saja. Tidak terikat nomor satu, dua baik maupun tiga.
Namun, sesuai dengan slaah satu kata yang saya sebutkan yakni probabilitas. Hal tersebut menurut saya tidak hanyalah dialami oleh saya sendiri, setidaknya itu yang saya bisa simopulakn setelah melihat lingkungan sekeliling ataupun beberapa orang yang saya tanyakan kembali mengenai pendapat masing-masing setelah debat pertama calon presiden diselenggarakan, disamping saya menjadi partisipan yang akan sudah dapat memilih, bahkan untuk kali kedua. Hal itu merupakan hal yang menarik bagi saya. Hingga hal lainnya seperti respon-respon yang disuarakan di berbagai platform media sosisal yang saya ikut gandrungi, terutatama platform sosial media X dan Tiktok.
Banyaknya pendapat yang ada hingga kelakar-kelakaran yang bagi saya sangatlah lucu dan menghibur, pula memberikan saya kesadaran bahwa untuk pemilihan kali ini sendiri yang awalnya menurut saya akan terdapat banyaknya masyarakat yang apatis dikarenakan sudah muaknya terhadap berbagai gejolak politik dan bebrbagai kejadian di lingkup politik di Indonesia terutama pada kalangan Millennial dan Generasi Z ternyata salah, setidaknya menurut saya sendiri, ditilik dari lingkungan pertemanan, keluarga, orang yang jauh lebih dewasa hingga lingkup perbincangan dan diskusi yang ada di ranah sosial media. Hingga apabila ditanya mengenai contoh nyatanya ialah saya sendiri, karena sejujurnya saya cukup lelah dan muak dihadapkan dengan berbagai drama yang ada dan beranggapan bahwa sepertinya saya akan angkat tangan mengenai perpolitikan yang terjadi di Indonesia.
Hingga ternyata pada akhirnya, hal tersebut seiring waktu berubah Haluan. Terhitung dari masa kampanye yang telah di tetapkan atau bahkan jauh sebelum itu sudah banyak diskusi terbuka mengani masalah ini. Atau bahkan berbagai cara dan upaya dari masing-masing kandidat pasangan calon presiden yang ada dalam rangka kampanye untuk mengusahakan usaha juga strategi terbaiknya yang sudah, sedang juga direncanakan melihat pasar yang ada diupayakan oleh masing masing kandidat hingga oleh berbagai bentuk dukungan yang ikut dibelakangnya. Untuk dikerahkan merebut hati masing-masing masyarakat hingga pada akhirnya dapat mencapai posisi strategis yang tentu saja didambakan oleh masing-masing pemimpin dan pendukung juga pengikut dibelakangnya.
Mungkin sekian pendapat saya pada tulisan yang kali ini saya coba suarakan, dengan sedikit banyak kurang yang saya miliki. Semoga setiap pembaca yang ada atau bahkan lebih jauh pada lingkup semua masyarakat yang memiliki hak suara dapat ikut serta untuk mengambil hak nya untuk memilih calon pemimpin yang paling baik, agar Indonesia sendiri seiring waktu dapat dijauhkan dari kata hancur dan tidak baik, dijauhkan dari perspektif generasi muda mengenai sudah tidak banyak yang bisa diharapkan dan berbagai hal lainnya.
Terdapatnya proses yang masih panjang didepan hingga hari pemilihan, semoga dijalankan dengan sebaik-baik nya cara untuk merebut hati masing-masing pemilih tanpa menyakiti satu atau dua pihak lainnya meski tentu saja saya pahami terdapat kepentingan yang mengikuti masing-masing dibelakangnya. Dengan kurang dan lebihnya mengenai hal yang dimiliki oleh masing-masing kandidat, disemogakan kita sebagai pemilih dapat memilih dengan jalan panjang yang penuh kehati-hatian. Dengan berawal dari satu suara yang memiliki pengaharapan yang sama dan mengenai ternyata terdapat keinginan yang sama untuk menjadi satu suara dalam menjadikan Indonesia rumah ternyaman dan terbaik yang pernah dihidupi oleh masing-masing insan didalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H