Bismillah, Alhamdulillah..
Assalamualaikum teman-teman, how was your day?
By The Way, Welcome back with me hihi kali ini kita mau diskusi mengenai hal yang sering sekali kita dengar atau pelajari. Yaps we'll talk about "Adab"
Teman-teman pernah mendengar tentang adabkah? Atau mungkin pernah membicarakannya? Dimana kamu membicarakannya? Di rumah? Di sekolah? Di kampus?
Sudah berapa kali kita bicara soal adab? Sudah berapa lama kita bicara soal adab? Dimana sj kita bicara soal adab? Dengan siapa saja kita bicara soal adab?
Sejak kecil orangtua kita sudah mengajarkan soal adab, masuk sekolah (RA, MI, MTS, MA) belajar adab lagi, sampai masuk perkuliahan kita masih belajar adab lagi?
Wah, sudah bisa ditebak dong ya betapa pentingnya adab? Sampai-sampai kapan pun, dimanapun dan dengan siapapun yang dibicarakan masih saja tentang adab?!
Ku yakin kita semua sudah tau. Â Bahwa Ilmu yang kita dapatkan selama ini tidak ada nilainya jika tidak didampingi dengan Adab. Harta, Tahta, kecantikan/ketampanan, Ilmu dan semua yang dimiliki manusia bernilai 0 (nol), artinya sebanyak apapun kamu memilikinya nilai dirimu tetap saja 0 (nol). Sedangkan Adab memilki nilai 1 (satu), loh kok Cuma satu? Iya memang Cuma satu, tapi coba deh adab yang dimiliki tsb didampingi dengan Ilmu, Harta, Tahta dan yang lainnya, maka akan berubah menjadi nilai yang lebih tinggi. --Nasihat guruku di pondok tercinta.
Hari ini aku kembali belajar mengenai adab bersama dosen kami di perkuliahan. Adab yang dibahas kali ini bersumber dari kitab karangan KH. Hasyim Asy'ari yang berjudul "Adabul 'Alim Wal Muta'allim". Pembahasan kami saat ini sudah sampai pada Bab 3 -Adab Murid terhadap Gurunya-
Bab ke 3 ini membahas 13 macam Adab seorang Murid terhadap Gurunya..
Pertama : Seorang murid dianjurkan untuk beristikharah untuk menentukan kepada siapa ia akan berguru. Penulis memaparkan hendaklah mencari guru yang dapat menjadi panutan yang baik serta mampu berkasih sayang pada muridnya. Hal ini disesuaikan dengan riwayat dari sebagian Ulama yang mengatakan bahwa "Ilmu adalah Agama , maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil atau belajar Agama kalian."
Kedua, penulis meminta agar bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru. Carilah guru yang mendalami ilmu Syari'at, senang berdiskusi, serta termasuk orang yang dipercayai guru-guru pada zamannya. Imam Syafi'I juga pernah berkata "Barang siapa yang mempelajari Ilmu Fiqih hanya memahami makna-makna yang tersurat saja, maka ia telah menyia-nyiakan beberapa hukum"
Ketiga, patuhi dan turutilah apa yang dianjurkan dan dipesankannya kepadamu. Bangunlah hubungan yang baik sebagaimana hubungan seorang pasien terhadap doketernya. Perlu diketahui juga bahwa merendahkan diri dihadapannya adalah suatu kemuliaan.
Keempat, pandanglah gurumu dengan penuh kehormatan dan kemuliaan, sebab hal tersebut dapat membawamu pada kebahagiaan. Perhatikan pula caramu dalam memanggil guru, KH. Hasyim Asy'ari mengemukakan pendapat para ulama salaf yang mengharuskan mengharuskan murid untuk memanggil guru dengan "ya sayyidi" --wahai tuanku atau "yaa ustadzii" -- wahai guruku.
Kelima, ketahuilah kewajibanmu sebagai seorang murid terhadap guru dan ingat serta kenanglah selalu jasa-jasa guru yang telah menyampaikan ilmunya. Panjatkanlah doa-doa untuknya dan apabila gurumu telah tiada, maka ziarahilah makamnya.
Keenam, apabila amarah dan kesedihan melanda gurumu, bersabarlah dan cobalah meminta maaf atau ampun kepadanya, yakinkanlah pada diri anda  bahwa seorang guru memilki derajat yang baik dan ta'wilkanlah apa yang diperbuatnya dengan tafsiran yang baik. Jangan sampai apa yang diperbuatnya membuatmu meninggalkannya.
Ketujuh, mintalah izin terlebih dahulu sebelum mendatangi rumah gurumu, hendaklah meninggalkan rumahnya jika dalam 3 ketukan sang guru tak kunjung keluar menemuimu. Temuilah gurumu dengan mengenakan pakaian terbaikmu
Kedepalan, hendaklah duduk dengan penuh kerendah hatian dihadapan gurumu, tundukkanlah pandanganmu dihadapannya serta perhatikanlah apa yang dibicarakannya sehingga beliau tidak harus mengulangi perkataannya.
Kesembilan, perhatikanlah etikamu ketika bertanya atau berbicara terhadap gurumu, jangan sampai kamu bertanya hanya untuk mengujinya, atau bahkan kamu membandingkan jawabannya dengan pendapat orang. Hilangkan kesombongan yang ada pada dirimu, seperti menghilangkan kesombongan akan ilmu yang anda miliki dihadapannya.
Kesepuluh, jadilah gelas kosong yang seakan tak tahu apa-apa ketika guru sedang membahas suatu huku ataupun bercerita. Sebagai seorang murid tetaplah mendengarkan apapun yang dijelaskan atau diceritakan oleh sang guru, Â jadilah gelas yang belum terisi sama sekali dihadapannya sehingga engkau dapat menerima ilmu-ilmu yang disampaikannya dengan tabah.
Kesebelas, hendaklah tidak mendahulukan guru dalam menjelaskan atau menjawab suatu materi ataupun pertanyaan, walaupun anda sudah lebih dulu memahami atau mengetahuinya, tetaplah menjadi gelas kosong dihadapannya.
Keduabelas, tekunilah satu ilmu atau pelajaran sampai anda benar-benar mendalami ilmu tersebut.
Ketigabelas, sibukkanlah diri anda dengan kegiatan-kegiatan yang berfaedah sebagai wujud dari cinta pada kesuksesan. Jauhilah segala kesedihan dan segala sesuatu yang dapat menghambat focus anda terhadap suatu pelajaran.
Kurang lebih seperti itulah penjelasan singkat mengenai Bab 3 dari kitab "Adabul 'Alim wal Muta'allim" karya Syekh KH Hasyim Asy'ari.
Berkali-kali mendengar penjelasan tentang adab, tetap saja tidak akan berarti jika hanya kesedar diceritakan, dijelaskan dan dibicarakan. Mari mulai mengaplikasikan ke kehidupan.
Mohon maaf atass segala kekeliruan kata maupun pemahamanku, semoga teman-teman semua mau mengoreksinya ya
And the last, thanks for your nice attention
Wassalamualaikum Wr. Wb.
04/01/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H