Mohon tunggu...
Allina Fiftiyani
Allina Fiftiyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

INFP

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Metode Pencegahan dan Pengendalian Penyakit MPOX

30 September 2024   15:47 Diperbarui: 3 November 2024   10:31 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

METODE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MPOX

ALLINA FIFTIYANI NURJANAH/191241228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA 

Monkeypox (MPX) atau kerap dikenal dengan Cacar Monyet merupakan penyakit Zoonosis berupa infeksi monkeypox virus (MPXV) dengan genus Orthopoxvirus pada manusia. Uji klinis menyatakan bahwa Cacar Monyet serupa dengan cacar air, dimana disebutkan angka kematian kasus ini sendiri sebanyak (10%) diantara angka kematian kasus variola mayor (30%) dan variola minor (1%).  Frekuensi penyebaran kasus Cacar Monyet secara geografis meningkat dalam kurun waktu terakhir, dimana terdapat kesenjangan mengenai pengetahuan serta pemahaman masyarakat terhadap epidemiologi, ekologi, serta kemunculan penyakit menular ini. Cacar Monyet dapat dianggap sebagai patogen dengan tingkat bahaya tinggi karena dalam penyebarannya yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat. Sehingga, diperlukan peningkatan kapasitas pengawasan dimana hal tersebut sangat berguna dalam upaya Pencegahan, kesigapan, serta daya respon mumpuni dalam lingkungan bermasyarakat. Kasus MPX pada manusia pertama kali terjadi pada seorang anak berusia 9 tahun pada bulan Agustus 1970 di Bokenda, desa terpencil di Provinsi Ekuatorial Republik Demokratik Kongo (DRC), dimana dalam keluarga pasien menyatakan bahwa mereka mengonsumsi monyet sebagai santapan lezat dalam kurun waktu terakhir, namun mereka tidak dapat mengingat kembali apakah anak tersebut akhir-akhir ini pernah bersentuhan langsung dengan monyet. Setelah penyelidikan berkelanjutan, dinyatakan bahwa satu-satunya anggota keluarga yang belum divaksinasi cacar hanyalah anak tersebut. Cacar Monyet selalu dianggap dapat sembuh dengan sendirinya, namun berdasarkan laporan terbaru menunjukkan hal yang sebaliknya. Dikarenakan data yang dikumpulkan guna melacak penyebaran kasus Cacar Monyet ini kurang relevan karena sering kali terbatas, dan tidak lengkap (Sklenovská & Van Ranst, 2018).

Belum ditemukan terapi yang telah tervalidasi secara klinis terhadap infeksi penyakit Zoonosis ini, namun seperti halnya metode yang diterapkan terhadap kebanyakan penyakit yaitu dengan melakukan pengendalian gejala berupa Pencegahan dengan penghindaran terhadap epidemik. Dimana seseorang yang mengalami sepsis diharuskan untuk mengisolasi dirinya, menutup lesi luka hingga kerak pada lesi terkelupas dan lapisan kulit yang baru terbentuk kembali. Dalam keadaan tingkat tinggi maka dapat menggunakan obat-obatan dengan berbagai khasiat yang dapat mengendalikan Orthopoxvirus dan sebelumnya telah dievaluasi. Terdapat beberapa jenis metode pengobatan yang telah tervalidasi untuk cacar diantaranya brincidofovir, tecovirimat, immunoglobulin vaccinia serta berupa penghambat terjadinya pelepasan virus intraseluler yang dikenal sebagai tecovirimat dan telah menunjukkan tingkat kemanjuran dalam penggunaannya terhadap Cacar Monyet (WHO, 2022).

Berbagai upaya telah ditingkatkan guna mengendalikan serta mencegah infeksi penyakit Zoonosis ini, diantaranya berupa penyaringan alternatif untuk mengisolasi hewan yang telah terinfeksi secara berkala, meminimalisir interaksi dengan hewan dan manusia terutama bagi yang telah terinfeksi, dimana hal tersebut berperan dalam pengendalian epidemik. Kebiasaan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol serta pelaksanaan vaksinasi juga berdampak positif untuk mencegah penyebaran virus yang dapat menjadi sumber infeksi baru. Saat merawat pasien yang terinfeksi, diharapkan menggunakan alat pelindung diri seperti memakai masker. Kemudian, apabila berpapasan dengan seseorang yang terinfeksi maka diharuskan untuk menghindari jabatan tangan, berpelukan, berciuman, terlebih menyentuh luka. Peningkatan perawatan diperlukan dengan pemahaman mengenai manifestasi klinis terhadap penyebaran infeksi, gejala penyakit yang timbul, serta kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat (Khattak et al., 2023).

KATA KUNCI : Cacar Monyet, Pencegahan, Zoonosis

DAFTAR PUSTAKA 

Khattak, S., Rauf, M. A., Ali, Y., Yousaf, M. T., Liu, Z., Wu, D. D., & Ji, X. Y. (2023). The monkeypox diagnosis, treatments and prevention: A review. In Frontiers in Cellular and Infection Microbiology (Vol. 12). https://doi.org/10.3389/fcimb.2022.1088471 .[online]. (diakses pada tanggal 24 September 2024).

Sklenovská, N., & Van Ranst, M. (2018). Emergence of Monkeypox as the Most Important Orthopoxvirus Infection in Humans. In Frontiers in Public Health (Vol. 6). https://doi.org/10.3389/fpubh.2018.00241 .[online]. (diakses pada tanggal 24 September 2024).

World Health Organization. (2022). Multi-country monkeypox outbreak: situation update. [online].   (diakses pada tanggal 24 September 2024).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun