What I Learn from Good Prejudice
Pra.sang.ka n pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri; syak: sebenarnya semua itu hanya berdasarkan --, bukan kebenaran;
-- ras pendapat atau perasaan yang buruk terhadap ras tertentu tanpa pengetahuan atau alasan yang cukup.
Di atas merupakan pengertian dari kata prasangka yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI. Prasangka menurut saya menjadi salah satu hal yang tidak terpisahkan dari manusia.Â
Baik buruknya manusia dalam berprasangka ada pada kendali manusia itu sendiri, ingin berprasangka baik atau berprasangka buruk itu menjadi pilihan nantinya. Sesuatu yang belum diketahui kebenarannya seringkali memancing kita untuk menerka apa jawabannya. Sesuatu yang belum diketahui pun tidak jarang membuat kita berpikir tentang kenyataan apa yang akan kita jalani di masa mendatang nanti.Â
Hal-hal seperti menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, menyiapkan rencana kedua jika rencana pertama dirasa tidak memungkinkan untuk diipakai menjadi hal positif dari kita berprasangka. Tetapi tidak dapat dipungkiri prasangka seringkali membuat manusia merasa cemas, merasa tidak memiliki ruang, merasa tidak cocok, merasa menjadi manusia yang belum bisa bermanfaat, dan mungkin masih banyak pemikiran yang  berlalu-lalang. Saya membagi ke dalam 3 koridor dalam berprasangka.Â
Pertama, berprasangka baik terhdap-Nya. Kedua, berprasangka baik terhadap orang lain. Ketiga, berprasangka baik dalam menjalani kehidpuan. Sebelum saya menuangkan sudut pandang saya dalam tulisan ini, bukan berarti saya adalah orang yang paling berpengalaman dalam hal ini, saya hanya membagikan tulisan sesuai kapasitas yang ada pada diri saya.
Yang pertama, berprasangka baik kepada-Nya. Allah telah menulis semua qodar manusia 50.000 tahun yang lalu sebelum manusia diciptakan baik rezeki, kematian dan jodoh Allah juga sudah mengaturnya. Manusia kerap kali cemas terhadap hal-hal yang sebenarnya sudah ada takarannya dan sudah diatur oleh yang maha kuasa; seperti nasib di masa depan, pekerjaan, kisah percintaan, dan kematian.Â
Jika manusia bisa yakin bahwa semuanya sudah diatur dan ada takarannya masing-masing, mungkin prasangka-prasangka baik akan selalu muncul dalam melihat suatu ujian atau cobaan yang dialaminya.Â
Mungkin dalam menghadapi masalah yang diberikan oleh Allah, manusia akan mempunyai pikiran bahwa masalah yang datang pasti ada jalan keluar dan hikmah yang dapat diambil, bisa meyakini bahwa ujian yang diberi sekarang itu untuk sesuatu yang lebih besar nikmatnya di kemudian hari. Dalam melihat masalah, mungkin manusia akan menilik pada dirinya sendiri bukan malah menyalahkan keadaan yang ada. Tetapi sebagai manusia biasa kita bisa apa, walau begitu setidaknya kita bisa meminimalisir rasa jelek yang ada dan mulai untuk berprasangka baik.
Kedua, berprasangka baik terhadap orang. Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari yang namanya kesalahan. Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, mencapai tujuan, dan sebagainya. Tapi terkadang, berurusan dengan manusia adalah hal yang paling merepotkan.Â
Benar kata orang, semua yang ada pada manusia tidak ada hentinya untuk dipelajari, orang lain bisa membuat kita kuat, orang lain juga bisa membuat kita hancur dan orang lain bisa membuat kita belajar. Begitu banyak hal yang ada di luar kendali kita yang bisa kapan saja membangun kita atau bahkan menjatuhkan kita.Â
Sejatinya manusia diciptakan dengan hati yang baik, namun kenapa kita sering terluka oleh manusia? Lantas apa yang bisa kita kendalikan demi kebaikan kita? Prasangka baik bisa menjadi salah satu jalannya. Ketika orang lain berbuat buruk pada kita, berprasangka baik saja mungkin orang itu sedang ada masalah.Â
Ketika orang lain marah pada kita, berprasangka baik saja mungkin orang itu tidak ada tempat untuk menjadi tempat berkeluh kesah. Prasangka baik membantu kita dalam berpikir simple dan tidak ambil pusing. Dengan prasangka baik akan membantu kita juga dalam berbuat baik, menjadi orang yang ringan tangan untuk membantu orang lain.
Ketiga, prasangka baik dengan kehidupan ini. Korelasinya dengan yang pertama, yaitu kehidupan ini sudah ada yang mengatur. Kita sebagai manusia tinggal menjalani yang memang seharusnya dijalani. Jika terjadi hal buruk dalam hidup ini, sejatinya itu bukan akhir dari perjalanan ini. Masih akan sealu ada hari esok untuk memperbaiki dan mengevaluasi. Lakukan yang bisa dilakukan, tanamnkan bahwa semua yang diciptakan pasti punya maksut dan tujuannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI