Mohon tunggu...
Allysa Salsabillah D.G
Allysa Salsabillah D.G Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember, jurusan Hubungan Internasional

Memiliki ketertarikan terhadap banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suku Bunga The Fed Naik, Apa Penyebab dan Dampaknya bagi Indonesia?

3 April 2023   03:25 Diperbarui: 3 April 2023   06:14 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Penyebab dan Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed Bagi Indonesia

The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak sembilan kali, saat ini suku bunga telah menyentuh angka 0.25%. Dengan hal tersebut tingkat suku bunga di AS berada di kisaran angka 4,75% sampai 5%. Jerome Powell selaku Gubernur Bank Sentral AS menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga akan tetap dilakukan kedepannya hingga inflasi dapat turun menjadi 2%. Jadi dapat disimpulkan kenaikan suku bunga The Fed disebabkan karena adanya upaya penurunan inflasi. Dalam hal ini The Fed juga hati-hati mengambil keputusan terkait kenaikan suku bunga karena krisis  perbankan yang baru-baru ini terjadi. Dengan naiknya suku bunga The Fed maka bank akan semakin mahal untuk meminjami uang. Tingginya suku bunga akan mengurungkan masyarakat untuk meminjam uang di bank.

CEO JPMorgan, Jamie Dimon mengungkapkan bahwa The Fed perlu menaikkan FFR sampai level 6% untuk melawan inflasi apabila kondisi tidak kunjung membaik. Jika kondisi itu benar terjadi maka suku bunga 6% adalah suku bunga yang paling tertinggi sejak tahun 2021. Apabila hal tersebut terjadi maka akan terjadi "Gempa" di kalangan pasar finansial global. Aliran modal dapat keluar dari emergecing market seperti Indonesia menuju AS, nantinya AS menjadi kuat lagi dan tentunya nilai tukar mata uang di negara lain kembali mengalami keterpurukan. Saat ruiah anjlok, akan berpengaruh terhadap sektor rill. Inflasi bisa menaik dan akan menyiksa masyarakat,daya beli akan berkurang serta pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami pelambatan.

Bank Indonesia juga menyatakan bahwa suku bunga tidak perlu naik lagi supaya selisih dengan The Fed bisa menipis. Akan ada risiko capital outflow yang masif terjadi, dengan begitu rupiah akan menurun dan inflasi melanda, sekaligus daya beli dari masyarakat akan menurun. Melihat suku bunga BI dengan kisaran  5,75% serta Gubernur Perry Warjiyo menyatakan bahwa hal tersebut sudah cukup untuk meredam inflasi, ini artinya suku bunga memang tidak akan bertambah naik. Dalam kondisi seperti ini, kemungkinannya akan kencil untuk menerapkan suku bunga BI lebih rendah dari The Fed. Dengan menaikkan suku bunga lebih dari 5,25% juga memiliki tekanan yang besar bagi BI untuk menjaga nilai tukar tetap stabil

Kalangan ekonom memperingatkan dan harus waspada terkait kenaikan suku bunga The Fed, salah satunya negara Indonesia. Center of Economic and Lawa Studies (Celios) memandakan kenaikan suku ini akan berpengaruh terhadap likuiditas perbankan yang ada di Indonesia. Selain itu juga akan berdampak pada berkurangnya penyaluran kredit dengan dana murah internasional. Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed tentunya mengejutkan banyak pihak karena dilakukan di tengah risiko krisis perbankan yang ada di Amerika Serikat. Hal tersebut juga dapat disimpulkan bahwa The Fed akan melakukan pengetatan moneter sebagai upaya mengontrol inflasi.

Dilanir dari republic.com, Bhima Yudhistira selaku Direktur Eksekutif Celios menjelaskan bahwa The Fed mungkin akan menaikan suku bunga sebanyak dua kali sampai akhir tahun. Jika hal tersebut benar terjadi, maka Bank Indonesia juga berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak dua sampai tiga kali. Seorang Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia yakni Yusuf Rendy juga menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga the Fed akan berpeluang memicu arus modal keluar dari pasar keuangan di Indonesia. Hal tersebut juga akan berpengaruh dengan melemahnya juga nilai tukar rupiah.

Strategi yang dilakukan Indonesia yakni melakukan penjualan SBN jang pendek dengan tujuan yield SBN jangkan pendek akan tetap menarik investasi portofolio. Hal tersebut juga akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Strategi yang terakhir yakni mengimplementasikan kebijakan devisa hasil ekspor. Devisa hasil ekspor dinilai lebih mampu mendukung ekonomi dalam negeri terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah BI.

 

Referensi

Akbar, Raden Jihad. 2023. Strategi BI Hadapi Kenaikan Suku Bunga The Fed AS pada 2023. Diakses pada 3 April 2023 melalui https://www.viva.co.id/berita/bisnis/1575637-strategi-bi-hadapi-kenaikan-suku-bunga-the-fed-as-pada-2023?page=1

Cnbcindonesia. 2023. Apa Itu The Fed? Gerak-geriknya Jadi Perhatian Dunia. Diakses pada 2 April 2023 melalui https://www.cnbcindonesia.com/market/20220729101614-17-359559/apa-itu-the-fed-gerak-geriknya-jadi-perhatian-dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun