Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mindful Driving: Make it Counts

27 Mei 2024   22:11 Diperbarui: 27 Mei 2024   22:33 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Fakta sensasional nan kompleks bagaimana kita belajar bahwa angka-angka tidak sekadar memperjelas tujuan yang hendak kita capai tetapi juga turut menciptakan persaingan gengsi adalah balapan jet darat Formula 1. Penobatan gelar sang juara dalam sebuah musim balapan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang lagi-lagi jika kesemua faktor itu disatukan, maka akarnya akan selalu sama yakni merujuk pada kumpulan data statistikal.  

Salah satu faktor yang sangat esensial adalah pit-stop. Dalam setiap seri balapan, para pebalap akan masuk ke pit-stop untuk mengganti ban. Meskipun begitu, faktanya, lajur pit-stop ini tidak hanya digunakan untuk mengganti ban, tetapi juga untuk menukar setir, membersihkan sidepod, memperbarui sayap depan, sampai mengganti kendaraan balap yang digunakan. Maka, sebuah pit-stop membutuhkan ketelitian ekstrem dan kerja sama tim yang sempurna agar hasil pekerjaan tidak hanya tuntas tetapi juga cepat sehingga sang pebalap dapat kembali ke lintasan balap dalam waktu sesingkat mungkin.

Sebelum 1950-an, pit-stop masih menyatu dengan lintasan balap dan tidak ada pergantian ban. Dan sekitar tahun 1950, hal ini berubah dan jalur pit dipisahkan dari lintasan. Hal ini memungkinkan para mekanik melakukan pekerjaannya dengan lebih aman dan memiliki lebih banyak ruang. Sekitar tahun 1957, barulah pit-stop dianggap sebagai salah satu strategi balapan. Dan barulah pada 1980-an pit-stop benar-benar mulai dioptimalkan, dari semula juga difungsikan untuk pengisian bahan bakar kemudian dihapuskan sehingga proses pebalap memasuki lajur pit-stop ini menjadi semakin cepat.

Dua dekade lalu, sekitar musim balapan 2004, saya masih sering menikmati ajang balap jet darat ini melalui layar televisi. Michael "Schumi" Schumacher dan Ferrari F2004 menjadi salah satu momen klasik yang senantiasa saya tunggu-tunggu. Masih teringat dengan jelas, bagaimana di musim 2004 seri Perancis, Ferrari mampu mencuri kemenangan atas Renault melalui 4 strategi pemberhentian.

Ferrari F2004 adalah mobil yang lebih cepat dibandingkan Renault R24 yang ditunggangi Fernando Alonso saat itu. Namun, di akhir pekan itu, Renault memiliki ban yang lebih cepat setidaknya di dalam satu putaran. Dan ditambah seperti yang ditakutkan oleh Ferrari, Alonso mampu meraih pole position lebih cepat 0.25 detik dari Schumacher yang tercepat kedua. Meski begitu, Ferrari sebenarnya bisa dikatakan beruntung karena bisa berada di barisan depan berkat jasa Jarno Trulli yang tidak melakukan putaran kualifikasi supercepat seperti biasanya.

Ban Michelin yang dimiliki oleh Renault tidak hanya memberikan traksi yang jauh lebih baik daripada ban Bridgestone yang dipunyai oleh Ferrari. Distribusi bobot bias ke belakang yang unik dari Renault semakin menonjolkan keunggulan tersebut.

Alonso awalnya terus menjauh dari Ferrari ketika balapan dimulai. Namun semakin lama mereka membalap, performa Bridgestone semakin baik dibandingkan Michelin. Meski begitu, ketika di lap kedelapan keduanya saling bersaing, Ferrari yang berpotensi lebih cepat, sayangnya tidak juga bisa mampu menyalip Alonso. Ferrari pun akhirnya memasukkan Schumacher di akhir lap 11 dari total 70 lap yang harus dijalani.

Pat Symonds dari Renault pun menghitung waktu pemberhentian Ferrari dan terkejut dengan durasinya yang sangat singkat. "Saya berasumsi mereka hanya berusaha untuk tidak kehilangan posisi dari beberapa pemain lini tengah, jadi ketika kami memasukkan Alonso ke dalam pit tiga lap kemudian, membuat stint kedua kami sedikit lebih pendek dari yang direncanakan."

Pada lap 15, Schumacher kembali naik ke posisi kedua. Pada lap ke-25, Schumacher kembali menguntit Alonso. Namun lagi-lagi tetap tidak mampu untuk menyalipnya. Schumacher pun melakukan pemberhentian kedua pada lap ke-29 dan sekali lagi kehabisan bahan bakar hingga tingkat ekstrem yang hanya cukup untuk 9 putaran. Pemberhentian lebih awal oleh Ferrari ini telah mendorong Renault untuk melakukan hal yang sama secepatnya. Renault pun masuk pit-stop lima lap lebih awal dari yang mereka rencanakan.

Schumacher pun melakukan pemberhentian ketiganya pada lap ke-42 saat unggul 5,5 detik lebih cepat dari Renault. Renault memperhatikan bahwa pemberhentian Schumacher ini akan sangat lama. Namun nyatanya tidak. Pemberhentian Schumacher jauh lebih singkat dari yang dibutuhkan. Schumacher mampu bergabung kembali di lintasan hanya sekitar 20 detik lebih lambat dari Renault yang masih menyisakan pemberhentian ketiga. Akhirnya, Alonso pun masuk pit-stop untuk ketiga kalinya di belakang Schumacher.

Tidak pelak lagi, Alonso pun kembali bergabung di lintasan dengan posisi di belakang Schumacher yang memimpin dengan mobil sangat ringan dan secara intrinsik lebih cepat. Yang dilakukan Schumacher saat itu hanyalah memperpanjang keunggulannya menjadi 25 detik atau lebih dalam 12 lap berikutnya, yang meskipun nantinya harus melakukan pemberhentian ke-4, Schumacher masih akan tetap memimpin balapan. Dan hasilnya, Schumacher juara!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun