Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mindful Driving, Driving Redefined

10 Mei 2024   14:55 Diperbarui: 11 Mei 2024   16:10 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sefanatik apa pun Anda terhadap kendaraan, Anda tidak akan menghabiskan seluruh hidup Anda sekadar untuk memandangi penampilan fisiknya bukan? 

Anda akan mengendarainya agar ia bisa mengantarkan Anda sampai ke tujuan. Dan dalam beberapa situasi Anda akan berada di dalamnya agar ia dapat melindungi Anda dari terpaan sinar matahari yang terik ataupun curahan air hujan yang deras. 

Baik, mari kita perjelas. Setidaknya ada tiga tipe para pengguna kendaraan. Pertama, level pemula. Masuk dalam kategori ini adalah mereka yang mengutamakan penampilan fisik dari kendaraan mereka. 

Tolok ukurnya bisa berupa desain, warna, ukuran, atau juga model. Kedua, level madya. Masuk dalam kategori ini adalah mereka yang selain memerhatikan fisik, juga sisi manfaat dari kendaraan mereka. Tolok ukurnya bisa berupa bahan bakar, garansi, angsuran, atau malah harga jual. 

Dan ketiga, level mahir. Masuk dalam kategori ini adalah mereka yang selain melihat sisi fisik dan benefit, tetapi juga nilai atau value yang dianut atau diperjuangkan oleh sang pabrikan.

Maka, para pengguna yang sampai di level mahir ini, umumnya adalah para brand loyalist. Mereka berkendara tidak sekadar untuk mendapatkan manfaat yang diperoleh. 

Namun mereka juga seakan ingin menunjukkan citra bahwa mereka sendiri adalah bagian dari nilai-nilai inti perusahaan pembuat kendaraan. 

Pada level ini, sebuah kendaraan adalah representasi atas penyatuan keselarasan antara nilai-nilai perusahaan dan nilai-nilai inti sang pengguna kendaraan.

Saya masih ingat persis ketika dulu SMA, saya suka sekali menonton dua serial film di televisi. Pertama, film The A-Team. 

Sebuah film aksi komedi yang mengisahkan sekelompok mantan anggota Pasukan Khusus Angkatan Darat Amerika yang bekerja sebagai tentara bayaran. Lalu film yang kedua adalah, Knight Rider. 

Sebuah film yang biasanya menggambarkan warga negara biasa, atau kepala perusahaan yang beretika, yang mendapatkan intimidasi dari orang atau pihak lain agar tunduk pada organisasi kriminal yang sombong dan kejam.

Meski, sama-sama film laga, apa yang membedakan dari keduanya? Jawabannya adalah kendaraan yang digunakan. Di The A-Team, sosok van berkelir hitam dengan kombinasi abu-abu beraksen garis merah ini cukup akrab dengan pemirsa layar kaca di Indonesia di era saat itu. Pada bagian gril tampak terpampang nama GMC. 

Sebuah merek yang tidak terlalu terkenal di Indonesia saat itu. Namun melalui film The A-Team, merek yang berada di bawah kepakan General Motors (GM), Amerika ini menjadi pembuka keberadaan van Amerika di Indonesia. 

Sedangkan dalam film kedua, sosok sedan hitam yang ramping dengan dashboard dan konsol warna-warni dan bisa berbicara layaknya manusia ini bisa dengan mudah dikenali para penggemar Knight Rider,

Maka menjadi mudah dipahami jika kemudian sang produser The A-Team Frank Lupo memilih van GMC yang secara tampilan fisik berpenampilan garang dan kekar sebagai representasi dari kekuatan (tentara) Amerika. 

Jika Anda pernah menonton filmnya, Anda lihat sang tokoh BA atau Baracus memiliki badan yang juga kekar bak pegulat. 

Pun menjadi mudah dipahami ketika sang produser Knight Rider Glen A. Larson juga memilih sedan Pontiac yang berpenampilan gesit sebagai representasi kelincahan sang detektif Michael Knight. Anda juga barangkali tahu jika Michael Knight juga berbadan tinggi, ramping, dan lincah dalam berlari?

Amerika, melalui General Motors, identik dan ingin diidentikkan dengan kekuatan, tak terkecuali Pentagon yang sering dimunculkan melalui film-film mereka. 

Maka menjadi mudah dipahami jika kemudian produsen-produsen otomotif Amerika semacam General Motors juga mengutamakan untuk memproduksi kendaraan-kendaraan yang identik dengan kekuatan dan daya tahan, Anda pernah menonton serial teve Renegade yang dibintangi Lorenzo Lamas? 

Motor apa yang ia naiki? Harley Davidson. Dan lagi-lagi ini juga representasi atas kekuatan dan tubuh sang tokoh Reno Raines yang tinggi dan berotot.

When you look at the truck market in North America, you have to understand the customer, and that's one of the things I think General Motors does really well. There's a big population that buys our trucks. It's their life --- or it's their livelihood. Not their lifestyle, their livelihood. It's a work truck.

Mary Barra, CEO General Motors

Dari Amerika, kita berpindah ke Asia. Honda Company adalah contoh unik dari perusahaan yang berhasil menggarap pasar di lima benua, peserta dalam acara-acara olahraga bergengsi, dan perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan proyek-proyek berteknologi tinggi dan berupaya meningkatkan kinerja lingkungan dari produk-produk manufaktur secara radikal. 

Sejak 1990, Honda dan General Motors telah bekerja sama dalam berbagai jenis kendaraan dan teknologi, termasuk pengembangan baterai untuk kendaraan listrik dan upaya menghasilkan sistem sel bahan bakar hidrogen. 

Raksasa otomotif asal Jepang ini malah telah menetapkan target yang superambisius; menargetkan 100% penjualan akan terdiri dari kendaraan listrik atau bertenaga hidrogen pada 2040.

Disarikan dari energy.gov, hidrogen adalah bahan bakar bersih yang bila dikonsumsi dalam sel bahan bakar hanya menghasilkan air. Hidrogen dapat diproduksi dari berbagai sumber daya domestik, seperti gas alam, tenaga nuklir, biomassa, dan tenaga terbarukan seperti tenaga surya dan angin. 

Kualitas ini menjadikannya pilihan bahan bakar yang menarik untuk aplikasi transportasi dan pembangkit listrik. Dapat digunakan di mobil, di rumah, untuk daya portabel, dan dalam banyak aplikasi lainnya.

Dan pada 2008, Honda telah meluncurkan kendaraan hidrogen pertamanya. FCX Clarity.

Honda FCX Clarity menggunakan sumber tenaga listrik yang diberi nama Honda FC Stack sebagai reaktannya, sementara itu mobil ini menggunakan liquid hydrogen sebagai pengganti bahan bakar fosil. 

Meskipun demikian, mobil ini mampu menghasilkan akselerasi dan presisi dalam berkendara yang andal. Kecepatan maksimal yang bisa dihasilkan oleh mobil ini mencapai sekitar 140 kilometer per jam. 

Baterai pada mobil ini akan mendapatkan tenaga tambahan ketika mobil melakukan manuver pengereman, sementara tenaga baterai senantiasa memberikan tambahan kecepatan pada saat mobil melakukan akselerasi. Dan dibandingkan mobil listrik lainnya, Honda FCX Clarity hanya membutuhkan waktu pengisian sekitar lima menit untuk baterainya.

Dan seperti penampakan pada tipe-tipe mobil besutan Honda lainnya yang berada di pasaran Indonesia, seperti Accord, Civic, City, Jazz, Odyssey, BR-V, hingga NSX, memiliki tampilan yang cenderung sepadan, yakni keanggunan. 

Cukup banyak desain-desain mobil Honda yang memang memiliki desain yang minimalis dan tak begitu banyak ornamen-ornamen ataupun aksesori yang cenderung aneh alih-alih dipaksakan. 

Dan kalau boleh dibilang, Honda memiliki style tersendiri yang mencerminkan gaya khas Honda yang sederhana namun elegan. Jika body mobil Amerika cenderung menjulang tinggi dan kekar, contohnya Hummer maka Asia dalam hal ini Honda cenderung pendek dan anggun, contoh paling gampang adalah Jazz.

Meskipun begitu, tidak lantas diartikan bahwa Honda mengabaikan citra atau sisi kekuatan laiknya yang dimiliki oleh mobil-mobil gahar pabrikan Amerika. 

Dalam banyak hal Honda memang terlihat identik atau ingin diidentikkan dengan sisi keanggunan; baik dari sisi tampilan interior, dan khususnya eksterior. Tidak bisa dipungkiri, jika kemudian banyak orang mendapatkan first impression in the first sight pada banyak tipe mobil Honda.

Dan terlepas dari pabrikan mana pun kendaraan yang sedang Anda gunakan, tidak dapat dipungkiri bahwa kendaraan lebih dari sekadar roda bermesin, tetapi ia menjadi representasi dari kepribadian yang Anda miliki, setuju?

Vivere cum mores.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun