Sefanatik apa pun Anda terhadap kendaraan, Anda tidak akan menghabiskan seluruh hidup Anda sekadar untuk memandangi penampilan fisiknya bukan?Â
Anda akan mengendarainya agar ia bisa mengantarkan Anda sampai ke tujuan. Dan dalam beberapa situasi Anda akan berada di dalamnya agar ia dapat melindungi Anda dari terpaan sinar matahari yang terik ataupun curahan air hujan yang deras.Â
Baik, mari kita perjelas. Setidaknya ada tiga tipe para pengguna kendaraan. Pertama, level pemula. Masuk dalam kategori ini adalah mereka yang mengutamakan penampilan fisik dari kendaraan mereka.Â
Tolok ukurnya bisa berupa desain, warna, ukuran, atau juga model. Kedua, level madya. Masuk dalam kategori ini adalah mereka yang selain memerhatikan fisik, juga sisi manfaat dari kendaraan mereka. Tolok ukurnya bisa berupa bahan bakar, garansi, angsuran, atau malah harga jual.Â
Dan ketiga, level mahir. Masuk dalam kategori ini adalah mereka yang selain melihat sisi fisik dan benefit, tetapi juga nilai atau value yang dianut atau diperjuangkan oleh sang pabrikan.
Maka, para pengguna yang sampai di level mahir ini, umumnya adalah para brand loyalist. Mereka berkendara tidak sekadar untuk mendapatkan manfaat yang diperoleh.Â
Namun mereka juga seakan ingin menunjukkan citra bahwa mereka sendiri adalah bagian dari nilai-nilai inti perusahaan pembuat kendaraan.Â
Pada level ini, sebuah kendaraan adalah representasi atas penyatuan keselarasan antara nilai-nilai perusahaan dan nilai-nilai inti sang pengguna kendaraan.
Saya masih ingat persis ketika dulu SMA, saya suka sekali menonton dua serial film di televisi. Pertama, film The A-Team.Â
Sebuah film aksi komedi yang mengisahkan sekelompok mantan anggota Pasukan Khusus Angkatan Darat Amerika yang bekerja sebagai tentara bayaran. Lalu film yang kedua adalah, Knight Rider.Â